Kesultanan Asahan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bimo K.A. (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 86:
[[Berkas:Replika Istana Sultan Asahan.jpg|jmpl|220px|Bangunan baru Istana Kesultanan Asahan di [[Kota Tanjung Balai]], sebagai pusat kegiatan Kesultanan Asahan saat ini (secara resmi bernama Bangunan Bersejarah Kota Tanjung Balai).<ref name=istana>[https://cagarbudaya.sumutprov.go.id/article/cagar/bangunan-bersejarah-6149ac116dbb7 Cagar Budaya Provinsi Sumatera Utara: Bangunan Bersejarah]</ref>]]
 
Sebagai kesultanan yang berada dalam pengaruh kebudayaan [[Islam]], maka di Asahan juga berkembang kehidupan keagamaan yang cukup baik. Bahkan, ada seorang ulama terkenal yang lahir dari Asahan, yaitu [[SyeikhAbdul Hamid Mahmud Talu|Syekh Abdul Hamid]]. Ia lahir tahun [[1880]] (1298 H), dan wafat pada [[18 Februari]] [[1951]] (10 Rabiul Awal 1370 H). Datuk, nenek dan ayahnya berasal dari Talu, [[Minangkabau]]. Syekh Abdul Hamid belajar agama di [[Mekkah]], karena itu, ia sangat disegani oleh para ulama zaman itu.<ref name="simargolang"/>
 
Dalam perkembangannya, murid-murid Syekh Abdul Hamid inilah yang kelak mendirikan organisasi Jamiyyatul Washliyyah. Sebuah organisasi yang berbasis pada aliran sunni dan [[mazhab Syafi'i]]. Dalam banyak hal, organisasi ini memiliki persamaan dengan [[Persatuan Tarbiyah Islamiyah]] (PERTI) yang didirikan oleh para ulama Minangkabau. Adanya banyak persamaan ini, karena memang para ulama tersebut saling bersahabat baik sejak mereka menuntut ilmu di Mekkah. Pandangan para tokoh agama ini sangat berbeda dengan paham reformis yang dibawa oleh para ulama muda Minangkabau, seperti Dr. Haji Abdul Karim Amrullah. Oleh sebab itu, sering terjadi polemik di antara para pengikut kedua paham yang berbeda ini.<ref name="simargolang"/>