Amangkurat IV: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kikakikuk (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 48:
}}
 
'''Amangkurat IV''' ({{lang-jv|ꦲꦩꦁ​ꦏꦸꦫꦠ꧀꧇꧔꧇|amangkuratAmangkurat kapapatKapapat|amangkuratAmangkurat empatEmpat}}, dikenal juga sebagai ''SunanSusuhunan Jawi'') adalah [[susuhunanSusuhunan]] [[Mataram II|Mataram]] kedelapan yang memerintah pada tahun [[1719]] – [[1726]]. Ia kemudian dianggap sebagai leluhur raja-raja Jawa, bapak [[wangsa Mataram]], karena menurunkan trah yang berkuasa di Surakarta dan Yogyakarta.
 
== Silsilah ==
Baris 54:
 
Seperti raja-raja Mataram lainnya, Amangkurat IV memiliki beberapa orang putra yang kemudian menjadi tokoh penting, diantaranya:
* Dari garwa padmi (permaisuri) GKR. Kencana (Ratu Mas Kadipaten) lahir [[Pakubuwana II]], pendiri [[Kesunanan Surakarta|Kasunanan Surakarta]]
* Dari garwa ampil (selir) Mas Ayu Tejawati lahir Pangeran Mangkubumi alias [[Hamengkubuwana I]], pendiri [[Kesultanan Yogyakarta|Kasultanan Yogyakarta]]
* Dari garwa ampil (selir) Mas Ayu Karoh lahir [[Pangeran Mangkunagara]], ayah dari [[Mangkunagara I]], pendiri [[Kadipaten Mangkunagaran]]
* Dari garwa ampil (selir) RA. Ratna Susilawati (putri [[Untung Surapati]]) lahir [[Nur Iman Mlangi|Kiai Nur Iman Mlangi]], tokoh agama atau ulama di [[Kabupaten Sleman|Sleman]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]]
Baris 74:
Di tengah-tengah era kepemimpinan Amangkurat IV, suksesi takhta Jawa kembali terjadi. Perebutan pucuk penguasa Mataram tak bisa dihindari, berdampak besar bagi Mataram, juga wilayah-wilayahnya di mancanagara. Dan karena kurang berkenannya banyak keluarga karaton atas penobatan Amangkurat IV, rakyat Jawa kemudian terpecah kepercayaannya, menjadi lima kubu, yaitu pihak Amangkurat IV kemudian ketiga saudaranya, yaitu; Pangeran Purbaya, Pangeran Balitar, Arya Dipanagara, dan juga Pangeran Arya Mataram (paman Amangkurat IV).
 
Sementara itu Pangeran Balitar mencoba mendirikan kembali bekas istana [[Sultan Agung|Susuhunan Agung]], yang diberi nama KartasekarKarta Sekar dan mengkuhkan diri sebagai Sultan Ibnu Mustafa Pakubuwana. Disusul Arya Dipanagara mengukuhkan diri bergelar Panembahan Herucakra, beristana di [[Madiun]]. Sementara itu, Arya Mataram memilih mengungsi dari Kartasura menuju pesisir utara. Setelah sampai di Santenan (Cengkal Sewu), pasukan Arya Mataram bergerak dan menyerang wilayah Grobogan, Warung, Blora dan Sesela.<ref name ="babadkarta1">{{cite book | author= R. Ng. Yasadipura I | year = 1729-1803 | title= Babad Kartasura | location = Jakarta }}</ref>
 
=== Meredamkan pemberontakan ===
Baris 99:
 
== Lihat pula ==
* [[Kesultanan Mataram|Kasunanan Mataram]]
* [[Wangsa Mataram]]
* [[Kesunanan Surakarta|Kasunanan Surakarta]]
* [[Kesultanan Yogyakarta|Kasultanan Yogyakarta]]
 
== Referensi ==
Baris 124:
 
{{DEFAULTSORT:Amangkurat 04}}
[[Kategori:Kesultanan Mataram]]
[[Kategori:Susuhunan Mataram]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]