Perang Aceh (1876-1877): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
 
Baris 17:
 
== Operasi militer di bawah pimpinan MayJend. Diemont ==
Pada tanggal [[25 Januari]] 1877, pasukan kembali dikerahkan ke daerah pantai Kuala Gigieng hingga Kuala Lue untuk merebutnya kembali (bagian terakhir rencana Jend. Pel yang belum terlaksana); [[Lamnga, Mesjid Raya, Aceh Besar|Lamnga]] diduduki tanpa perlawanan dan kini musuh mencegat sepanjang pantai dari Pedir ke Kuala Lue dan berjalan lebih lanjut ke XXII Mukim; kini rencana itu dilaksanakan sepenuhnya untuk mempertimbangkan tindakan selanjutnya. Untuk itu, [[Daftar Penguasa Hindia Belanda|GubJend.]] [[Johan Wilhelm van Lansberge]] mengadakan kunjungan ke Aceh; sejumlah penguasa dan tetua tiba di Kutaraja untuk memberikan penghormatan pada gubernur dan dalam pidatonya mereka mendorong kerja sama untuk menciptakan keamanan dalam pemerintahan Belanda dan menjanjikan renovasi Masjid Raya. Akta pengakuan diberikan terhadap pimpinan di negeri-negeri pesisir yang belum ditaklukkan, yakni Simpang Ulim dan Kluang; Rigaih, [[Teunom, Aceh Jaya|Teunom]], Teluk Kruet dan Sabee. Setelah itu, didirikanlah pemerintahan pribumi di XXV Mukim. Di awal tahun 1877, kekuatan pasukan penakluk berjumlah 351 perwira dan 9235 lainnya dan kekuatan perang tersebut tidak dapat berkurang karena negeri pesisir, seperti [[Samalanga, Bireuen|Samalanga]], kekuatan persenjataan Belanda tersebut masih dirasakan. Walaupun demikian, diputuskan pula pembangunan rumah sakit militer yang besar di Pante Perak, tempat 2.000 [[pasien]] dirawat. Di samping itu, pada bulan [[April]], Analabu diduduki dan tindakan militer diarahkan ke [[Lhoong, Aceh Besar|Lhoong]], Baba Awe dan No di pantai selatan, yang akhirnya bisa ditaklukkan. Karena MayJend. Diemont sakit, kepemimpinan harus dialihkan kepada Kol. Van der Heijden pada tanggal [[30 Juni]], yang untuk mempersiapkan peraturan yang lebih rinci, diangkat sebagai gubernur sipil dan militer sementara di Aceh.{{butuh rujukan}}
 
== Rujukan ==