Kota Banda Aceh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
NFR1704 (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Pineapplethen (bicara | kontrib)
→‎Sejarah: Lamuri merupakan kerajaan Hindu, bukan kerajaan Islam.
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 58:
Banda Aceh sebagai ibu kota [[Kesultanan Aceh Darussalam]] berdiri pada abad ke-14. [[Kesultanan Aceh Darussalam]] dibangun di atas puing-puing kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha yang pernah ada sebelumnya, seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra Purwa, Kerajaan Indra Patra, dan Kerajaan Indrapura (Indrapuri). Dari batu nisan Sultan Firman Syah, salah seorang sultan yang pernah memerintah Kesultanan Aceh, didapat keterangan bahwa Kesultanan Aceh beribu kota di Kutaraja (Banda Aceh). (H. Mohammad Said a, 1981:157).<ref>''[http://repositori.kemdikbud.go.id/7682/1/SEJARAH%20KOTAMADYA%20BANDA%20ACEH.pdf SEJARAH KOTAMADYA BANDA ACEH] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200604050718/http://repositori.kemdikbud.go.id/7682/1/SEJARAH%20KOTAMADYA%20BANDA%20ACEH.pdf |date=2020-06-04 }}''</ref>
 
Kemunculan Kesultanan Aceh Darussalam yang beribu kota di Banda Aceh tidak lepas dari eksistensi Kerajaan IslamHindu [[Lamuri]]. Pada akhir abad ke-15, dengan terjalinnya suatu hubungan baik dengan kerajaan tetangganya, maka pusat singgasana Kerajaan [[Lamuri]] dipindahkan ke Meukuta Alam.<ref>Rusdi Sufi & Agus Budi Wibowo a, 2006:72-73</ref> Lokasi istana Meukuta Alam berada di wilayah [[Banda Aceh]].<ref>{{Cite book|last=Al Asyi|first=Yusuf Al Qardhawy|date=Januari 2020|url=https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/14078/1/Editor%20Buku%20-%20The%20History%20of%20Aceh%20%282019%29.pdf|title=The History of Aceh: Mengenal Asal Usul Nama, Bahasa, dan Orang Aceh|location=Banda Aceh|publisher=Yayasan PeNA Banda Aceh|isbn=978-602-5820-86-1|pages=77|url-status=live}}</ref>
 
Sultan Ali Mughayat Syah menjadi [[sultan]] terakhir bagi Kerajaan Islam Aceh sekaligus menjadi sultan pertama bagi Kesultanan Aceh Darussalam.<ref>{{Cite book|last=Sudirman|date=2016|url=https://repositori.kemdikbud.go.id/19963/1/2016-Booklet-Kronologis%20para%20sultan%20di%20aceh.pdf|title=Kronologis Para Sultan Aceh|location=Banda Aceh|publisher=Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh|isbn=978-602-9457-59-9|editor-last=Sufi|editor-first=Rusdi|pages=5|url-status=live}}</ref> Ia memerintah selama 10 tahun dengan beribu kota di [[Banda Aceh]].{{Butuh rujukan}} Pada batu nisan Sultan Ali Mughayat Syah terdapat tulisan yang menyatakan bahwa Sultan Ali Mughayat Syah meninggal dunia pada hari Senin tanggal 12 Zulhijah 936 Hijriah. Tanggal kematiannya bertepatan dengan tanggal 7 Agustus 1530 Masehi.<ref>{{Cite book|last=Ambary|first=Hasan Muarif|date=1997|url=https://repositori.kemdikbud.go.id/4972/1/19.pdf|title=Makam-Makam Islam di Aceh|location=Jakarta|publisher=Pusat Penelitian Arkeologi Nasional|pages=5|issn=0126-4141|url-status=live}}</ref> Kendati masa pemerintahan Sultan Mughayat Syah relatif singkat, namun ia berhasil membangun [[Banda Aceh]] sebagai pusat peradaban Islam di Asia Tenggara. Pada masa ini, Banda Aceh telah berevolusi menjadi salah satu kota pusat pertahanan yang ikut mengamankan jalur perdagangan maritim dan lalu lintas jemaah haji dari perompakan yang dilakukan armada [[Portugis]].