Partai Komunis Indonesia: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi tidak terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Nyilvoskt (bicara | kontrib)
k Mengembalikan suntingan oleh Jvanzz (bicara) ke revisi terakhir oleh Ardiansyah Abdurrahman
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
OrophinBot (bicara | kontrib)
Baris 60:
Pada Mei 1925, Komite Exec dari Komintern dalam rapat pleno memerintahkan komunis di Indonesia untuk membentuk sebuah front anti-imperialis bersatu dengan organisasi nasionalis non-komunis, tetapi unsur-unsur ekstremis didominasi oleh Alimin & [[Musso]] menyerukan revolusi untuk menggulingkan pemerintahan kolonial Belanda.<ref name="SINAGA_10">Sinaga (1960) p10</ref> Dalam sebuah konferensi di [[Prambanan]], [[Jawa Tengah]], serikat buruh perdagangan yang dikontrol komunis memutuskan revolusi akan dimulai dengan pemogokan oleh para pekerja buruh kereta api yang akan menjadi sinyal pemogokan yang lebih umum dan luas untuk kemudian revolusi akan bisa dimulai. Hal ini akan mengarah pada PKI yang akan menggantikan pemerintah kolonial.<ref name="SINAGA_10"/>
 
Pada November [[1926]] PKI memimpin pemberontakan melawan pemerintahan kolonial di [[Jawa Barat]] dan [[SumatraSumatera Barat]]. PKI mengumumkan terbentuknya sebuah [[republik]]. Bersama Alimin, Musso yang merupakan salah satu pemimpin PKI di era tersebut sedang tidak berada di Indonesia. Ia sedang melakukan pembicaraan dengan [[Tan Malaka]] yang tidak setuju dengan langkah pemberontakan tersebut. Pemberontakan ini akhirnya dihancurkan dengan brutal oleh penguasa kolonial. Ribuan orang dibunuh dan sekitar 13.000 orang ditahan, 4.500 dipenjara, sejumlah 1.308 yang umumnya kader-kader partai diasingkan, dan 823 dikirim ke [[Boven Digul]], sebuah kamp tahanan di [[Papua]] <ref>[http://www.independent-bangladesh.com/news/may/20/20052005ed.htm], Independent-Bangladesh.com, diakses [[28 April]] [[2008]]</ref>. Beberapa orang meninggal di dalam tahanan. Banyak aktivis politik non-komunis yang juga menjadi sasaran pemerintahan kolonial, dengan alasan menindas pemberontakan kaum komunis. Pada [[1927]] PKI dinyatakan terlarang oleh pemerintahan Belanda. Karena itu, PKI kemudian bergerak di bawah tanah.
 
Rencana pemberontakan itu sendiri sudah dirancang sejak lama. Yakni di dalam perundingan rahasia aktivis PKI di Prambanan. Rencana itu ditolak tegas oleh [[Tan Malaka]], salah satu tokoh utama PKI yang mempunyai banyak massa terutama di Sumatra. Tan Malaka memprediksi bahwa pemberontakan akan gagal, karena menurutnya basis kaum proletar Indonesia adalah rakyat petani bukan buruh seperti di Uni Soviet. Penolakan tersebut membuat [[Tan Malaka]] di cap sebagai pengikut [[Leon Trotsky]] yang juga sebagai tokoh sentral perjuangan [[Revolusi Rusia]]. Walau begitu, beberapa aksi PKI justru terjadi setelah pemberontakan di [[Jawa]] terjadi. Semisal [[Pemberontakan Silungkang]] di [[Sumatra]].
Baris 139:
Komunis, simpatisan merah dan keluarga mereka dibantai yang mencapai ribuan. Unit tentara dilaporkan telah mengeksekusi ribuan komunis setelah diinterogasi di penjara-penjara terpencil. Berbekal pisau berbilah lebar yang disebut parang, kelompok Muslim merayap di malam hari ke rumah-rumah komunis, membunuh seluruh keluarga dan mengubur mayat mereka di kuburan dangkal.
 
Kampanye pembunuhan ini sangatlah kejam di beberapa daerah pedesaan di Jawa Timur, para milisi Islam menancapkan kepala korban pada tiang dan mereka mengarak melalui desa-desa. Pembunuhan telah ada pada skala tinggi sehingga pembuangan mayat menciptakan masalah sanitasi yang serius di [[Jawa Timur]] dan [[SumatraSumatera Utara]] di mana udara lembab penuh bau busuk daging. Pengunjung dari daerah tersebut mengatakan sungai kecil dan besar yang telah benar-benar tersumbat dengan mayat tubuh.
</blockquote>
 
Baris 178:
-->
Penolakan permintaan maaf terhadap PKI juga datang dari budayawan [[Taufiq Ismail]] karena menurutnya PKI telah 3 kali memberontak yaitu tahun 1927, 1948 dan 1965.<ref>http://news.okezone.com/read/2015/08/21/337/1200498/pki-dalam-kacamata-budayawan-taufik-ismail/</ref>
<!-- Peristiwa pembantaian PKI di daerah juga dikenang oleh warga [[Blora]] sebagai tragedi Pohrendeng pada tahun 1948 dimana PKI membunuh banyak tokoh pejabat di Blora saat pemberontakan PKI di [[Madiun]]<ref>http://berita.suaramerdeka.com/tragedi-pohrendeng-saksi-bisu-kekejaman-pki-di-blora/</ref> 20 orang korban kekejaman PKI juga pernah berkumpul di Surabaya tahun 2002 menceritakan kekejaman PKI di Madiun (1948), peristiwa Cemedok [[Banyuwangi ]](1965), peristiwa Jengkol [[Kediri]] (1965) serta peristiwa Lingkar Selatan (1968) dimana PKI membunuh banyak orang secara kejam dan membakar masjid.<ref> http://news.liputan6.com/read/42433/korban-kekejaman-pki-di-jatim-menuturkan-pengalaman/</ref> Sumur tua di Soco juga menjadi saksi penyiksaan dan kekejaman PKI dengan ditemukan tak kurang dari 108 jenazah korban kebiadaban PKI. Sebanyak 78 orang diantaranya dapat dikenali, sementara sisanya tidak dikenal. Sumur-sumur tua yang tak terpakai di desa Soco memang dirancang oleh PKI sebagai tempat pembantaian massal sebelum melakukan pemberontakan. Beberapa nama korban yang menjadi korban pembantaian di Desa Soco adalah Bupati [[Magetan]] Sudibjo, Jaksa R Moerti, Muhammad Suhud (ayah mantan Ketua DPR/MPR, Kharis Suhud), Kapten Sumarno dan beberapa pejabat pemerintah serta tokoh masyarakat setempat termasuk KH Soelaiman Zuhdi Affandi, pimpinan Pondok Pesantren ath-Thohirin Mojopurno, Magetan.<ref>http://www.sarkub.com/2012/sumur-tua-saksi-bisu-kekejaman-pki//</ref> PKI juga menyerang dengan kejam santri dan ulama di Kanigoro (1965) dan membunuh secara keji di Bandar Betsi [[SumatraSumatera Utara]] (1965)<ref>http://soeharto.co/sketsa-banjir-darah-ala-pki-partai-komunis-indonesia/</ref> Pembunuhan massal rejim komunis juga terjadi di seluruh dunia dengan korban mencapai 100 Juta orang diantaranya [[Rusia]] 20 Juta orang meninggal, [[China]] 65 Juta orang meninggal, [[Vietnam]] 1 Juta orang meninggal, [[Korea Utara]] 2 Juta orang meninggal, [[Kamboja]] 2 Juta orang meninggal, [[Eropa Timur]] 1 Juta orang meninggal dan [[Afrika]] 1 Juta orang meninggal.<ref name="Courtois1999Introduction">[[#Courtois1999Introduction|Courtois (1999) "Introduction"]] p. X: USSR: 20 million deaths; China: 65 million deaths; Vietnam: 1 million deaths; North Korea: 2 million deaths; Cambodia: 2 million deaths; Eastern Europe: 1 million deaths; Latin America: 150,000 deaths; Africa: 1.7 million deaths; Afghanistan: 1.5 million deaths; the international Communist movement and Communist parties not in power: about 10,000 deaths.</ref> -->
<!-- Profesor Sam Abede Pareno anggota Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia menolak permintaan maaf pada PKI dan beliau bersaksi pada 1 Oktober 1965, tembok-tembok gedung dan pagar di Surabaya dipenuhi corat-coret "Dukung Dewan Revolusi", "Hidup PKI", "Ganyang 7 Setan Kota", dan jargon-jargon lain yang selalu digunakan anggota-anggota PKI dalam setiap aksi mereka. Pada 27 September 1965, rumah dinas Gubernur Jawa Timur Moch. Wiyono di Jalan Pemuda 7 Surabaya (sekarang Grahadi) diserbu massa PKI hingga berantakan. Kemudian, 2 Oktober 1965 malam, Sam Abede ikut menggerebek rumah ketua SBPP/SOBSI (Serikat Buruh Pelayaran Pelabuhan/Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia) Tanjung Perak, ditemukan puluhan pucuk senjata api dan berkarung-karung rupiah. Pada Oktober 1965, Sam Abede dan pendukung Front Pancasila melawan Front Nasional yang dimotori PKI- mengambil alih Gedung CDB (Comite Daerah Besar) PKI Surabaya di Jalan Penghela, mereka diserang oleh orang-orang di gedung tersebut dengan panah dan parang. Tahun 1966 Sam Abede mengikuti pasukan-pasukan RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat, sekarang Kopassus) ke Blitar karena ditengarai banyak tokoh PKI yang melarikan di ke selatan daerah itu. Dia melihat seorang Danramil gugur dengan luka bacok di sekujur tubuh dan menemukan penjaga masjid meninggal di salah satu gua yang menjadi tempat persembunyian pelarian gembong PKI. Pada 1968, Sam Abede turut serta ke Blitar Selatan lagi. Kali ini bersama pasukan-pasukan Kodam Brawijaya di bawah komando Kol Witarmin yang kemudian menjabat Pangdam Brawijaya. Dia menyaksikan ratusan pucuk senapan dan mesiu ditemukan oleh pasukan Brawijaya di gua-gua dan di beberapa rumah penduduk anggota BTI (Barisan Tani Indonesia, onderbouw PKI). Orang-orang PKI -hampir semuanya- memang kejam dan dipastikan telah merancang rencana untuk menghabisi lawan-lawan politik mereka. Bukan hanya para jenderal, melainkan juga rakyat awam, terutama para santri serta kiai.<ref> https://groups.yahoo.com/neo/groups/nasional-list/conversations/topics/61358?o=1&xm=1&m=p</ref><ref>http://sastra-pembebasan.10929.n7.nabble.com/sastra-pembebasan-PKI-Pemberontak-atau-Pahlawan-Ujian-Kekinian-yang-Tak-Menyaktikan-Pancasila-td16901.html</ref> Guru besar ilmu sejarah dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Profesor Doktor Aminuddin Kasdi, mengklaim buku saku tentang 'ABC Revolusi' yang dia temukan benar. Buku itu ditulis oleh CC (Comite Central) PKI pada 1957. Buku itu, kata dia, merinci tiga rencana revolusi atau pemberontakan oleh PKI untuk "target" mendirikan negara komunis di Indonesia.<ref><http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-bukti-pemberontakan-pki-versi-dokumen-sejarawan-unesa/dokumen-ditulis-comite-central-pki-1957.html</ref> 70 orang saksi mata berikut korban keganasan PKI tahun 1948 dan 1965, mengadakan pertemuan di Hotel Simpang Natour Surabaya, Jawa Timur. Satu demi satu di antara mereka menceritakan bagaimana sanak saudaranya dibantai PKI, dalam acara yang diprakarsai Centre for Indonesia Comunism Studies (CICS). Mayoritas dari mereka menyatakan trauma akibat tragedi pembantaian itu dan mengingatkan kepada generasi muda untuk mewaspadai dan menjaga agar PKI jangan sampai bangkit kembali di Bumi Pertiwi Indonesia.<ref>http://www.pelita.or.id/cetakartikel.php?id=1889</ref>