Halim Ambiya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 51:
Karya-karya penyuntingan buku-bukunya bertengger di rak buku-buku Gramedia, Gunung Agung, dan toko buku utama lainnya. Lebih dari 80 judul buku pernah disunting melalui kepiawaiannya. Halim Ambiya tak hanya menyunting buku-buku Islaman, namun juga buku-buku sosial-politik, ekonomi Islam, psikologi, dan sejarah.
 
Beberapa karya penyuntingannya antara lain; ''Psikologi Beragama'' (Komaruddin Hidayat), ''Soraya Clues;'' ''Jejak-jejak Perjalanan Jiwa'' (Soraya Haque, Mizan Publika), ''Opick; Oase Spiritual dalam Senandung'' (Opick, Mizan Publika), ''Bangkit dari Terpuruk'' (Masriyah Amva, Penerbit Buku Kompas), ''Indahnya Doa Rasulullah Bagiku'' (Masriyah Amva, Penerbit Buku Kompas), ''Sikus Rezeki dengan Silva Method'' (Lasmono Dyar, Ufuk Publishing House), ''40 Nasehat Langit'' (Syekh Abdul Hamid Al-Anquri, Serambi), dll.
 
Berkat kepiawannya dalam penyuntingan buku, di tahun 2009-2010, Halim Ambiya dipercaya menjadi Redaktur Pelaksana di Rakyat Mereka Magazine, sebuah majalah bulanan yang memuat biografi tokoh-tokoh nasional.
Baris 57:
Halim Ambiya pun pernah mengabdikan dirinya untuk membantu mengajar di almamaternya. Namun, tidak di fakultas dimana dia kuliah dulu. Dia menjadi asisten Prof Dr. Salam Harun,MA untuk mengajar mata kuliah tafsir di Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyar, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta dari tahun 2007-2012.
 
Halim Ambiya tumbuh menjadi konsultan dan kreator buku hingga kawan-kawan penerbitan buku menjuluki dirinya sebagai ''Ghost Writer'', karena keahliannya dalam membuat konsep dan penyusunan buku. Dia terlibat dalam penyusunan buku-buku karya tokoh-tokoh nasional, anggota dewan, menteri dan pengambil kebijakan lainnya. Ketika ditanya, judul buku apa saja yang pernah disusunnya, Halim Ambiya menolak untuk menyebut. ''"Biarkan itu menjadi misteri. Namanya juga Ghost Writer. Nggak ada nama saya disitu,"'' jawabnya sambil tertawa.
Pada tahun 2012 akhir, Halim Ambiya mendirikan perusahaan penerbitan sendiri yang dia namakan Salima Publika. Dia mulai fokus menerbitkan buku-buku keislaman. Diantara buku yang diterbitkan oleh penerbit ini antara lain; ''Dahsyatnya Doa'' (Muhammad Agus Syafii), ''Mukjizat Huruf - Huruf Al-Qur'an'' (Didik Suharyo), ''Sunan Gunung Djati'' (Dadan Wildan), ''Sirrul Asrar; Rasaning Rasa'' (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, terj KH Zezen Zaenal Abidin Bazul Asyhab), ''Tafsir Al-Jailani'' (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani-terjemah), Wisdom Traveler (Imam Arkananto), ''DISC; The Soul of Selling'' (Evilin Kumala Warangian), dll.
 
Pada tahun 2012 akhir, Halim Ambiya mendirikan perusahaan penerbitan sendiri yang dia namakan Salima Publika., Diasebuah mulailembaga fokusyang menerbitkan buku-buku keislaman. Diantara buku yang diterbitkan oleh penerbit ini antara lain; ''Dahsyatnya Doa'' (Muhammad Agus Syafii), ''Mukjizat Huruf - Huruf Al-Qur'an'' (Didik Suharyo), ''Sunan Gunung Djati'' (Dadan Wildan), ''Sirrul Asrar; Rasaning Rasa'' (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, terj KH Zezen Zaenal Abidin Bazul Asyhab), ''Tafsir Al-Jailani'' (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani-terjemah), Wisdom Traveler (Imam Arkananto), ''DISC; The Soul of Selling'' (Evilin Kumala Warangian), dll.
 
Hingga sekarang Halim Ambiya masih menjadi Direktur Salima Publika. Lembaga yang dipimpinan ini tidak hanya berkutat pada penerbitan dan percetakan buku, tetapi juga pada penelitian-penelitian ilmiah terkait sejarah kebudayaan Islam di Nusantara, manuskrip-manuskrip Melayu, dan kebijakan publik. Apalagi di tengah kelesuan industri penerbitan buku di Indonesia, Halim Ambiya aktif mengkampanyekan literasi digital melalui media sosial.
 
Karena kegelisahannya melihat fenomena budaya instan di kalangan Milineal, yang mengikis tradisi intelektual pesantren, Halim Ambiya pada 8 Februari 2012 mendirikan apa yang dikenal sebagai Tasawuf Underground. Didampingi sahabatnya, Ade Irfan Abdurrahman, membuat ''fanspage'' di Facebook dengan nama Tasawuf Underground. Sebuah nama yang dianggap asing ketika itu. Halim Ambiya merasa terpancing untuk terlibat dalam dakwah digital melalui penyebaran karya-karya klasik Islam di Medsos, khususnya tentang ilmu tasawuf.
 
"Saya merasa sedih melihat Medos yang mengumbar syahwat ilmu tanpa sumber rujukan yang jelas. Hingga menjadi salah kaprah. Tasawuf diangap klenik. Bicara tasawuf tanpa rujukan. Karena itu, saya masuk mengenalkan wajah tasawuf yang ilmiah," tuturnya. Halim Ambiya memposting kalimat-kalimat hikmah tasawuf dari para tokoh sufi klasik, dengan mencantumkan sumber tujukan kitab yang representatif. Seperti memposting kalimat hikmah dari kitab-kitab seperti: ''Ihya Ulumudddin, Minhajul 'Abidin, Risalah Al-Qusyairiyah, Al-Hikam, Sirrul Asrar, Fatuhurrabani, Mastnawi, Fihi Ma Fihi, Nashaihul 'Ibad,'' dan sebagainya,
 
Menurutnya, nama "Tasawuf Underground" adalah istilah yang pernah disampaikan oleh Prof Dr. Aziz Dahlan, MA (Gurubesar ilmu tasawuf UIN Jakarta) dalam sebuah sidang skripsi mahasiswa Jurusan Akidah dan Filsafat, Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. "Istilah Tasawuf Underground ini berasal dari Prof Aziz Dahlan, untuk menyebut fenomena seorang tokoh yang berkiprah dalam dakwah tasawuf dengan cara sembunyi-sembunyi terhadap para preman di Tanjung Priok, Jakarta. Dia tidak dikenal di bumi, tapi dikenal di langit," tuturnya lagi.
 
"Alhamdulillah. Mereka bisa membaca kalimat hikmah dari sumber yang jelas. Bisa dibaca di mobil, di halte, di tempat kerja, di dapur, di kantor. Mereka secara underground belajar ilmu tasawuf secara sembunyi-sembunyi melalui Facebook dan Instagram," tuturnya.
 
Halim Ambiya tak hanya merambah dakwahnya di Medsos. Para pecinta ilmu tasawuf melalui akun Facebook dan Instagram Tasawuf Underground pun kian bertambah. Di tahun 2016, fanspage Tasawuf Underground diikuiti lebih dari 300.000 followers dan akun Instagramnya mencapat 60.000 followers lebih. Bahkan, Halim Ambiya akhirnya dikenal sebagai ''influencer'' ketika membuat viral puluhan lagu-lagu shalawat melalui akun Facebooknya. Jutaan viewers Facebook, Instagram, dan Youtube meramaikan video shalawat yang dikenalkannya. Group Nasyid bernama "Aleehya" yang dikenalkan Halim Ambiya pun kian dikenal oleh stasiun televisi nasional.
 
Dari sini, Ustadz Halim Ambiya mulai membuat pengajian secara ''offair''. Dibantu sejumlah jamaah, Halim Ambiya membuka pengajian Tasawuf Underground di rumah dan kantor penerbitannya. Lalu, membuat pengajian yang disebutnya dengan ''Sufi After Hours''. Halim Ambiya membuka pengajian dari kafe ke kafe di Jakarta. Beberapa tokoh yang menjadi narasumber pengajian tasawuf ini antara lain; Prof. Dr. Kautsar Azhari Noer, Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara, Prof. Dr. Asep Usman Ismail, dan Dr. KH Ahmad Sodiq, MA.
 
"Kalau di Barat, After Hours itu diisi dengan ''nenggak'' minuman keras di bar. Tapi, saya buat di kafe, rumah dan kantor agar bisa NGOPI, Ngobrol Perkara Iman. Bahkan belajar ilmu tasawuf dari profesor ilmu tasawuf dan filsafat," jelas Halim.
 
Di tahun 2017, Halim Ambiya mulai merambah dakwahnya ke kalangan marjinal, yakni anak-anak punk dan jalanan. Dirinya terjun langsung ke beberapa titik kelompok kalangan jalanan, seperti di Gaplek, Pondok Cabe, Pondok Aren, Tebet, Tanah Abang, Gondangdia, Kota Tua, Kebon Jeruk, Cipinang dan lainnya. Halim Ambiya mulai merangkul secara personal satu per satu untuk ikut dalam kegiatan pengajiannya di kantor atau rumahnya. Kedua tempat inilah yang kelak menjadi embrio pendirian Pondok Pesantren Tasawuf Underground.
 
Saat membuka pengajian di Kolong Jembatan bersama anak punk dan jalanan di tahun 2019 inilah, Halim Ambiya dan Tasawuf Undergroud-nya menjadi viral di Medsos. Gerakan dakwahnya pun disambut banyak kalangan hingga meramaikan pemberitaan nasional dan internasional. Bahkan, setelah pendirian Pondok Tasawuf Underground di Ciputat, memancing berbagai kalangan akademik dan media untuk meneliti kiprah dakwahnya. Tercatat sudah ada 35 skripsi, 2 tesis dan 1 disertasi yang meneliti tentang kiprah Halim Ambiya dan Tasawuf Underground. Apalagi setelah Pengasuh Pondok Tasawuf Underground ini mendirikan lini usaha milik santri, seperti kafe, usaha laundry, bengkel motor, sablon kaos, cucia n mobil dan penjualan motor custom, Halim Ambiya mendapatkan panggung yang lebih besar untuk mengembangkan dakwah di kalangan anak punk dan jalanan.