Kota Bukittinggi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dedi A (bicara | kontrib)
Dedi A (bicara | kontrib)
Baris 50:
Pada masa pemerintahan [[Jepang]], Bukittinggi dijadikan sebagai pusat pengendalian pemerintah militernya untuk kawasan [[Sumatera]], bahkan sampai ke [[Singapura]] dan [[Thailand]], karena disini berkedudukan komandan Militer ke 25. Pada masa ini Bukittinggi berganti nama dari Taddsgemente Fort de Kock menjadi Bukittinggi Si Yaku Sho yang daerahnya diperluas dengan memasukkan nagari-nagari Sianok, Gadut, Kapau, Ampang Gadang, Batu Taba dan Bukit Batabuah yang sekarang kesemuanya itu kini berada dalam daerah Kabupaten Agam, di Kota ini pulalah bala tentara Jepang mendirikan pemancar [[radio]] terbesar untuk pulau Sumatera dalam rangka mengibarkan semangat rakyat untuk menunjang kepentingan perang Asia Timur Raya versi Jepang.<ref name="BT">[http://www.bukittinggikota.go.id/?module=Text&file_id=127 Situs resmi pemerintah kota Bukittinggi]</ref>
 
Pada masa perjuangan kemerdekaan RI, Bukitinggi berperan sebagai kota perjuangan. Dari bulan [[Desember]] [[1948]] sampai dengan bulan [[Juni]] [[1949]], Bukittinggi ditunjuk sebagai ibukota [[Pemerintahan Darurat Republik Indonesia]] ( [[PDRI]] ), setelah [[Yogyakarta]] jatuh ke tangan Belanda. Selanjutnya Bukittinggi pernah menjadi ibukota propinsi Sumatera dengan gubernurnya Mr. [[Tengku Muhammad Hasan]]. Kemudian dalam PP Pengganti undang-undang No. 4 tahun 1959, Bukittinggi ditetapkan sebagai ibukota [[Sumatera Tengah]] yang meliputi keresidenan-keresidenan [[Sumatera Barat]], [[Jambi]] dan [[Riau]] yang sekarang masing-masing keresidenan itu telah menjadi provinsi sendiri.<ref name="BT">[http://www.bukittinggikota.go.id/?module=Text&file_id=127 Situs resmi pemerintah kota Bukittinggi]</ref>
 
 
== Pariwisata ==