Suku Bagelen: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: Pengembalian manual VisualEditor |
Baca lagi buku Melalatoa, M. Junus (1995) "Ensiklopedia Suku Bangsa di Indonesia" halaman 79. orang >> suku(?), bukan desa LOL |
||
Baris 3:
[[Berkas:Suku Bagelen.jpg|jmpl|Suku Bagelen.|280x280px]]
'''
== Ciri khas ==
Secara umum, orang Bagelen dapat disebut memiliki kebudayaan Jawa. Namun, ada sub-sub kebudayaan dengan variasi budayanya, misalnya dalam hal logat bahasa, makanan, upacara-upacara rumah tangga, kesenian rakyat, dan seni suara. Keragaman budaya suku Bagelen dibandingkan dengan sub kebudayaan lain tampak dalam hal kesenian. Kesenian Bagelen antara lain wayang urang, tarian kuda yang disebut jathilan, dan tarian teledhek. Mereka juga sudah mengenal pertunjukkan wayang kulit sejak zaman dahulu kala, yakni dengan pertunjukkan wayang beber.<ref name=":0">{{Cite book|last=Melalatoa|first=M. Junus|date=1995|url=https://repositori.kemdikbud.go.id/12417/|title=Ensiklopedia Suku Bangsa di Indonesia|location=Jakarta|publisher=Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal Kebudayaan|pages=79|url-status=live}}</ref>
Satu pertunjukkan yang khas dari daerah Bagelen ini adalah wayang jemblung, yang menuturkan cerita-cerita Menak, dongeng-dongeng tentang tokoh Islam Amir Hamzah. Pertunjukkan ini biasa diadakan pada perayaan khitanan dan perkawinan. Warga masyarakatnya gemar mengadakan pertunjukkan nyanyian agama, yaitu perjanjen, yang dilakukan oleh tiga atau empat orang penyanyi dengan duduk di lantai, masing-masing memegang tamborin kecil yang dibunyikan menurut irama lagunya. Dihadapan mereka duduk sekitar 12 orang laki-laki yang turun menyanyi. Lagu-lagu yang dibawakan adalah lagu-lagu dari buku Arab Barzanji. Budaya masyarakat desa Jawa umumnya memang menunjukkan adanya persamaan, tetapi terdapat variasi di berbagai tempat seperti halnya Bagelen.<ref name=":0" /><ref>{{Cite web|title=Menguak Jejak Sejarah Suku Keresidenan Bagelen|url=https://www.ketiknews.id/ragam-indonesia/pr-3012251998/menguak-jejak-sejarah-suku-keresidenan-bagelen|website=Ketik News|access-date=9 Oktober 2022}}</ref>▼
▲Satu pertunjukkan yang khas dari daerah Bagelen ini adalah wayang jemblung, yang menuturkan cerita-cerita Menak, dongeng-dongeng tentang tokoh Islam Amir Hamzah. Pertunjukkan ini biasa diadakan pada perayaan khitanan dan perkawinan. Warga masyarakatnya gemar mengadakan pertunjukkan nyanyian agama, yaitu perjanjen, yang dilakukan oleh tiga atau empat orang penyanyi dengan duduk di lantai, masing-masing memegang tamborin kecil yang dibunyikan menurut irama lagunya. Dihadapan mereka duduk sekitar 12 orang laki-laki yang turun menyanyi. Lagu-lagu yang dibawakan adalah lagu-lagu dari buku Arab Barzanji. Budaya masyarakat desa Jawa umumnya memang menunjukkan adanya persamaan, tetapi terdapat variasi di berbagai tempat seperti halnya Bagelen.<ref>{{Cite web|title=Menguak Jejak Sejarah Suku Keresidenan Bagelen|url=https://www.ketiknews.id/ragam-indonesia/pr-3012251998/menguak-jejak-sejarah-suku-keresidenan-bagelen|website=Ketik News|access-date=9 Oktober 2022}}</ref>
== Rujukan ==
|