Konten dihapus Konten ditambahkan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
k clean up, typos fixed: ibukota → ibu kota (2), klenteng → kelenteng, Ridho → Rida, tapi → tetapi, Marhum → –
Herryz (bicara | kontrib)
Update data, Merapihkan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 8:
|translit_lang1_type = [[Abjad Jawi|Jawi]]
|foto = {{multiple image|border=infobox|total_width =300|image_style = border:1;
|perrow = 1/2/2/12
|image1=Pekanbaru 2019.jpg
|image2=Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu Riau Indonesia.jpg
|image2image3=Anjung Seni Idrus Tintin.JPG
|image3image4=Istana Kerajaan Siak (3).jpg
|image4image5=Stadion utama-saidmufti.jpg
|image5image6=Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah.jpg
|image6=Pekanbaru 2019.jpg
}}
|caption = Searah'''Kiri jarumke jam darikanan, atas ke bawah''': Panorama [[Kota Pekanbaru]], [[Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu]], [[Istana Siak]], [[JembatanAnjung TengkuSeni AgungIdrus Sultanah LatifahTintin]], Panorama [[kotaIstana PekanbaruSiak]], [[Stadion Utama Riau]], dan [[AnjungJembatan SeniTengku IdrusAgung TintinSultanah Latifah]].
|bendera = Flag of Riau.svg
|lambang = Coat of arms of Riau.svg
Baris 40:
|luasperairan = <!-- Tuliskan angka saja, tanpa satuan (km, dsb.) dan tanda titik sebagai pembatas ribuan. -->
|persenperairan = <!-- Tuliskan angka saja, tanpa satuan (%). -->
|penduduk = 64936036794944
|tahun populasi = 30 Juni [[20222023]]
|populasi ref = <ref name="DUKCAPIL"/><ref name="RIAU">{{cite web|url=https://riau.bps.go.id/publication/2022/02/25/85c4ce5fd9662f99e34a5071/provinsi-riau-dalam-angka-2022.html|title=Provinsi Riau Dalam Angka 2022|publisher=BPS Provinsi Riau|accessdate=26 Februari 2022|format=pdf|page=29, 30, 68, 236|archive-date=2022-02-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20220226061525/https://riau.bps.go.id/publication/2022/02/25/85c4ce5fd9662f99e34a5071/provinsi-riau-dalam-angka-2022.html|dead-url=no}}</ref><ref name="DUKCAPIL"/>
|kepadatan =
|agama = [[Islam]] 87,0504%<br> [[Kekristenan|Kristen]] 10,8688%<br>– [[Protestanisme|Protestan]] 9,7881%<br>– [[Gereja Katolik Roma|Katolik]] 1,08%<br> [[Agama Buddha|Buddha]] 2,0301%<br> [[Konfusianisme|Konghucu]] 0,03%<br> [[Agama Hindu|Hindu]] 0,01%<br> Lainnya 0,0201%<ref name="DUKCAPIL"/>
|bahasa =[[Bahasa Indonesia|Indonesia]] (resmi)<br>, [[Bahasa Melayu Riau|Melayu Riau]] (dominan)<br>, [[Bahasa Jawa|Jawa]], [[Bahasa Minangkabau|Minangkabau]], [[Bahasa Batak|Batak]], [[Bahasa Banjar|Banjar]], [[Bahasa Loncong|Loncong]], [[Bahasa Tionghoa|Tionghoa]], [[Bahasa Bugis|Bugis]]<br>, Lainnya
|IPM = {{increase}} 73,52 ([[2022]])<br>{{fontcolor|Green|Tinggi}}<ref name="IPM">{{cite web|url=https://www.bps.go.id/indicator/26/413/1/-metode-baru-indeks-pembangunan-manusia.html|title=Indeks Pembangunan Manusia 2021-2022|website=www.bps.go.id|accessdate=29 Desember 2022|archive-date=2021-01-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20210127193437/https://www.bps.go.id/indicator/26/413/1/-metode-baru-indeks-pembangunan-manusia.html|dead-url=no}}</ref>
 
|DAU = Rp 1.603.291.532.000,00- ([[2020]])<ref>{{cite web|url=http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2019/09/2.-DAU.pdf |title=Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020|website=www.djpk.kemenkeu.go.id|date=(2020)|accessdate=26 Februari 2021}}</ref>
|lagu = {{hlist|"[[Lancang Kuning]]"|"[[Soleram]]"|"[[Kelewang]]"}}
Baris 169 ⟶ 168:
Penduduk provinsi Riau terdiri dari bermacam-macam suku bangsa. Berdasarkan [[Sensus Penduduk Indonesia 2010]] menunjukkan bahwa [[Suku Melayu-Indonesia|Melayu]] adalah masyarakat terbesar dengan komposisi 33,35% dari seluruh penduduk Riau. Mereka umumnya berasal dari daerah pesisir di Rokan Hilir, Dumai, Bengkalis, Kepulauan Meranti, Indragiri Hilir, hingga ke daerah daratan di Pelalawan, Siak, Pekanbaru, dan Indragiri Hulu. Suku bangsa lainnya yaitu [[Suku Jawa|Jawa]] (29,20%), [[Suku Batak|Batak]] (12,55%), [[Orang Minangkabau|Minangkabau]] (12,29%), [[Suku Banjar|Banjar]] (4,13%), [[Suku Bugis|Bugis]] (1,95%), [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]] (1,85%), [[Suku Sunda|Sunda]] (1,44%), [[Suku Nias|Nias]] (1,30%), dan lainnya 1,94%.<ref name="SUKU">{{Cite web|url=http://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Kelompok_1/Referensi/BPS_kewarganegaraan_sukubangsa_agama_bahasa_2010.pdf|title=Kewarganegaraan Suku Bangsa, Agama, Bahasa 2010|website=demografi.bps.go.id|publisher=[[Badan Pusat Statistik]]|year=2010|format=PDF|accessdate=23 Oktober 2021|pages=23, 36-41|archive-date=2017-07-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20170712140438/http://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Kelompok_1/Referensi/BPS_kewarganegaraan_sukubangsa_agama_bahasa_2010.pdf|dead-url=yes}}</ref> Ada juga masyarakat asli Melayu Riau rumpun Minang seperti masyarakat [[Suku Petalangan|Melayu Petalangan]] di sebagian Pelalawan, juga yang berasal dari Rokan Hulu, terutama Kampar, dan Kuantan Singingi memiliki kekerabatan dekat dengan Minangkabau karena wilayah-wilayah tersebut berdekatan bahkan berbatasan langsung dengan Sumatra Barat. Juga terdapat masyarakat Batak Mandailing di Rokan Hulu, yang kerap lebih mengaku sebagai Mandaling dan Melayu daripada sebagai Batak ataupun Minangkabau.<ref>Tsuyoshi Kato, Adat Minangkabau dan Merantau dalam Perspektif Sejarah, Balai Pustaka</ref>
 
[[Berkas:Rumah Melayu Bangkinang.JPG|jmpl|300px250px|ka|[[Bangkinang (kota)|Rumah Melayu Bangkinang]] di Pekanbaru]]
[[Berkas:Rumah Melayu Pelalawan.JPG|jmpl|300px250px|ka|[[Kabupaten Pelalawan|Rumah Melayu Pelalawan]] di Pekanbaru]]
 
Berdasarkan data dari [[Sensus Penduduk Indonesia 2010]], berikut ini komposisi etnis atau suku bangsa di provinsi Riau, yakni;<ref name="SUKU"/>
Baris 248 ⟶ 247:
 
Abad ke-19, masyarakat [[Suku Banjar|Banjar]] dari [[Kalimantan Selatan]] dan [[Suku Bugis|Bugis]] dari [[Sulawesi Selatan]], juga mulai berdatangan ke Riau. Mereka banyak bermukim di [[Kabupaten Indragiri Hilir|Indragiri Hilir]] khususnya [[Tembilahan, Indragiri Hilir|Tembilahan]].<ref>Majalah Prisma, Masalah 1-8, Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, 1990</ref> Dibukanya perusahaan pertambangan minyak [[Chevron Pacific Indonesia|Caltex]] pada tahun 1940-an di [[Rumbai, Pekanbaru]], mendorong orang-orang dari daerah-daerah di Indonesia untuk mengadu nasib di Riau.
 
Suku [[Suku Jawa|Jawa]] dan [[Suku Sunda|Sunda]] pada umumnya banyak berada pada kawasan [[transmigran]]. Etnis Jawa umumnya bekerja sebagai pegawai swasta & buruh serta tersebar cukup merata di Riau terutama di Pekanbaru, Dumai, dan sekitarnya, serta di banyak kabupaten. Sedangkan etnis Sunda umumnya bekerja sebagai buruh serta banyak bermukim di Pekanbaru dan sebagian sisanya di Dumai. Sementara etnis Minangkabau umumnya menjadi [[pedagang]] dan banyak bermukim pada kawasan perkotaan seperti [[Kota Pekanbaru|Pekanbaru]], [[Kota Dumai|Dumai]], dan sekitarnya atau di wilayah ramai/padat penduduk di beberapa kabupaten (terutama di beberapa kecamatan serta ibu kota kabupaten seperti Bangkinang & Kuok di Kampar) serta juga dapat ditemukan di wilayah-wilayah yang berbatasan langsung dengan Sumatra Barat. Begitu juga etnis Tionghoa pada umumnya sama dengan etnis Minangkabau yaitu berniaga/menjadi pedagang serta menjadi pengusaha dan banyak bermukim khususnya di wilayah Pekanbaru, Dumai, dan sekitarnya serta banyak juga terdapat pada kawasan pesisir timur seperti di [[Bagansiapiapi (kota)|Bagansiapiapi]], [[Selatpanjang (kota)|Selatpanjang]], [[Pulau Rupat]], dan [[Bengkalis, Bengkalis|Bengkalis]]. Etnis Batak umumnya bekerja sebagai buruh, pegawai swasta, dan juga berniaga, etnis Batak banyak yang tinggal di wilayah perkotaan seperti Pekanbaru, Dumai, dan sekitarnya serta juga di beberapa kabupaten dengan populasi yang signifikan seperti di Rokan Hulu yang berbatasan dengan Sumatra Utara. Etnis Nias banyak bekerja sebagai buruh dan biasa ditemukan di wilayah Pekanbaru dan sebagian kecil sisanya di Dumai. Selain itu di provinsi ini masih terdapat sekumpulan masyarakat asli yang tinggal di pedalaman, pinggir sungai, muara, bahkan pesisir laut seperti: Suku Hutan, [[Suku Bonai|Bonai]], [[Orang Talang Mamak|Talang Mamak]], [[Orang Sakai|Sakai]], [[Suku Akik|suku Akit]], dan [[Suku Laut (Indonesia)|Orang Laut]], mereka umumnya bekerja sebagai petani, peternak, mengelola perkebunan ataupun menjadi nelayan dan beberapa pekerjaan lainnya. Suku Hutan & suku Bonai adalah 2 kelompok masyarakat paling terasing di Riau yang kebanyakkan tinggal di wilayah pedalaman/hutan yang jauh dari pemukiman penduduk dan mereka jauh dari kehidupan modern. Sementara suku asli Melayu Riau yang tersebar merata di seluruh wilayah Riau dan umumnya mereka bekerja di sektor pemerintahan (pegawai negeri sipil atau pegawai negeri lainnya), buruh, pengusaha, pegawai swasta, serta juga sebagian berniaga/berdagang.
 
=== Bahasa ===
Baris 257 ⟶ 254:
Bahasa Melayu, yang dikenal sebagai bahasa Melayu Riau beserta dialeknya, merupakan bahasa yang dipertuturkan secara luas oleh etnis [[Suku Melayu-Indonesia|Melayu]] yang merupakan penduduk asli Riau khususnya di daerah pesisir, seperti [[Kabupaten Rokan Hilir|Rokan Hilir]], [[Kabupaten Bengkalis|Bengkalis]], [[Kota Dumai|Dumai]], [[Kabupaten Kepulauan Meranti|Kepulauan Meranti]], [[Kabupaten Indragiri Hilir|Indragiri Hilir]], hingga ke daerah daratan, seperti [[Kabupaten Pelalawan|Pelalawan]], [[Kota Pekanbaru|Pekanbaru]], [[Kabupaten Siak|Siak]], [[Kabupaten Indragiri Hulu|Indragiri Hulu]], [[Kabupaten Kampar|Kampar]], [[Kabupaten Kuantan Singingi|Kuantan Singingi]], dan [[Kabupaten Rokan Hulu|Rokan Hulu]].<ref name=":6" />
 
Bahasa Minangkabau dipergunakan secara luas/dominan menjadi bahasa perniagaan di perkotaan (Pekanbaru) dan di sebagian wilayah bagian barat Riau yang berbatasan dengan Sumatra Barat. Selain menjadi bahasa yang digunakan masyarakat etnis Minangkabau dan digunakan di pasar-pasar/tempat perniagaan, dialek/bahasa Minangkabau juga bahkan dominan dan menjadi bahasa sehari-hari, bahasa pengantar/komunikasi (lingua franca), dan bahasa pergaulan masyarakat kota Pekanbaru.
Bahasa Minangkabau dipergunakan secara luas/dominan menjadi bahasa perniagaan di perkotaan (Pekanbaru) dan di sebagian wilayah bagian barat Riau yang berbatasan dengan Sumatra Barat. Selain menjadi bahasa yang digunakan masyarakat etnis Minangkabau dan digunakan di pasar-pasar/tempat perniagaan, dialek/bahasa Minangkabau juga bahkan dominan dan menjadi bahasa sehari-hari, bahasa pengantar/komunikasi (lingua franca), dan bahasa pergaulan masyarakat kota Pekanbaru. Di Pekanbaru sendiri mayoritas etnis Minang, etnis Minang merupakan etnis terbesar di Pekanbaru. Hal ini dikarenakan banyak orang Minang yang merantau lalu berniaga, bekerja, dan sekolah/kuliah di Riau hingga menetap dan menjadi warga Riau (khususnya Pekanbaru yang merupakan ibu kota provinsi Riau), ini juga menyebabkan logat khas Minang dengan ciri khas penambahan partikel "do" diakhir kalimat dan beberapa kosakata/partikel seperti "mah", "wak", dan lainnya banyak dipakai masyarakat kota Pekanbaru oleh non-Minang seperti pendatang lainnya ataupun masyarakat asli Melayu Riau itu sendiri. Bahasa Melayu lokal di daerah sekitar Pekanbaru yang dituturkan oleh masyarakat Melayu Riau memang terdengar banyak kemiripan dan ada beberapa persamaan dengan dialek bahasa Minangkabau terutama dari logatnya. Bahasa Melayu lokal disana juga memiliki ciri kata diakhiri "o" seperti Minang juga dengan beberapa kosakata yang sama dan banyak kemiripan terutama dari logat bahasa. Selain dituturkan di Pekanbaru, bahasa ini juga dituturkan oleh masyarakat asli Minang yang berada di sebagian wilayah yang berbatasan dengan Sumatra Barat di [[Kabupaten Kampar|Kampar]], [[Kabupaten Rokan Hulu|Rokan Hulu]], dan [[Kabupaten Kuantan Singingi|Kuantan Singingi]]. Ketiga daerah tersebut mempunyai banyak kemiripan dan persamaan dari adat-istiadat, budaya/kebudayaan, dan bahasa dengan daerah tetangganya di Sumatra Barat, serta mempunyai ciri dialek tersendiri yang agak berbeda dengan masyarakat Melayu Riau lainnya. Pada umumnya, penutur asli tersebut tidak menyebutkan bahasanya sebagai bahasa Minang, tetapi sebagai bahasa tersendiri atau sebagai dialek Melayu.<ref>Saidat Dahlan, Saidat Dahlan and Anwar Syair, Anwar Syair and Abdullah Manan, Abdullah Manan and Amrin Sabrin, Amrin Sabrin (1985) ''Pemetaan Bahasa Daerah Riau dan Jambi (1985).'' Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta.[http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/1685/] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210131033747/http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/1685/|date=2021-01-31}}</ref><ref>Agus Sri Danardana, Agus Sri Danardana (2010) ''persebaran dan kekerabatan bahasa-bahasa di prov riau dan kep riau 149h.'' Balai Bahasa Provinsi Riau. ISBN 978-979-1104-46-3 [http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/3413/] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210130022127/http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/3413/|date=2021-01-30}}</ref><ref name=":4">{{Cite web|title=Kampar, antara Melayu dan Minangkabau - WACANA|url=http://www.wacana.co/2017/02/kampar-antara-melayu-dan-minangkabau/|website=www.wacana.co|language=Indonesia|access-date=2018-07-03}}{{Pranala mati|date=Maret 2021|bot=InternetArchiveBot|fix-attempted=yes}}Pemeliharaan CS1: Bahasa nan tidak diketahui ([[:Kategori:Pemeliharaan CS1: Bahasa nan tidak diketahui|link]])</ref> Dialek-dialek rumpun Minang yang tersebar di Riau antara lain, [[Bahasa Kampar|dialek Melayu Kampar]],<ref>Witrianto dan Arfinal, 2011. Bahasa Ocu: Akulturasi antara Bahasa Minangkabau dengan Bahasa Melayu Riau di Kabupaten Kampar. ''Seminar Internasional Forum Ilmiah VII FPBS UPI “Pemikiran-pemikiran Inovatif dalam Kajian Bahasa, Sastra, Seni, dan Pembelajarannya” Bandung''. 30 November 2011: 1-18. [https://anzdoc.com/bahasa-ocu-akulturasi-antara-bahasa-minangkabau-dengan-bahas.html] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20180817023105/https://anzdoc.com/bahasa-ocu-akulturasi-antara-bahasa-minangkabau-dengan-bahas.html|date=2018-08-17}}</ref><ref name=":12">Said, C., (1986), ''Struktur bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar'', Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.</ref> [[Bahasa Kuantan|dialek Melayu Kuantan]], dan dialek Melayu Rokan.<ref name=":6">Sugono, Dendy, Sasangka, S.S.T. Wisnu, Rivay, Ovi Soviaty, et al., 2017. ''Bahasa dan peta bahasa di Indonesia.'' Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. ISBN 9786024373762 [http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/7191/] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210131022024/http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/7191/|date=2021-01-31}}</ref><ref>Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud RI. ''Bahasa Minangkabau di Provinsi Riau''. Pada: Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. 2017 [http://118.98.223.79/petabahasa/infobahasa2.php?idb=20&idp=Riau] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20180812115450/http://118.98.223.79/petabahasa/infobahasa2.php?idb=20&idp=Riau|date=2018-08-12}}</ref><ref>Hamidy, U. U. 2003, ''Bahasa Melayu dan Kreativitas Sastra di Riau / U.U. Hamidy'' Unri Press kerjasama dengan Yayasan Adikarya Ikapi dan The Ford Foundation Pekanbaru, <nowiki>ISBN 979-3297-33-6</nowiki></ref><ref>http://adesafitri9.blogspot.com/2014/03/adverbia-dalam-bahasa-melayu-ocu-dialek.html%3Fm%3D1&ved=2ahUKEwiDlr_UvoKAAxX_3zgGHfq-Bt84HhAWegQIBRAB&usg=AOvVaw07-uyAvRlbQKyYd3us49I9</ref><ref>https://www.ranahriau.com/berita-2690-yukkk-kenali-ragamnya-dialek-bahasa-melayu-riau-ini-lengkapnya.html&ved=2ahUKEwiDlr_UvoKAAxX_3zgGHfq-Bt84HhAWegQICRAB&usg=AOvVaw3BfByFHOzqR8a-Cp2lYH7K</ref><ref>https://www.ayoindonesia.com/regional/amp/pr-012916998/suku-ocu-dari-riau-berbeda-dengan-minang-ataupun-melayu&ved=2ahUKEwi3wNyovoKAAxVKwTgGHffYBIsQFnoECCgQAQ&usg=AOvVaw2uvSPtUQM7MqoUaIJxr5Yx</ref><ref>https://pustaka.kemdikbud.go.id/libdikbud/index.php%3Fp%3Dshow_detail%26id%3D44866&ved=2ahUKEwi3wNyovoKAAxVKwTgGHffYBIsQFnoECCcQAQ&usg=AOvVaw2pOcgbQNn7HJTBoqGoIwcR</ref><ref>https://inlislite.kamparkab.go.id/opac/detail-opac%3Fid%3D12982&ved=2ahUKEwi3wNyovoKAAxVKwTgGHffYBIsQFnoECCoQAQ&usg=AOvVaw2CIUf9bSzDZzJ4z2vYw5ds</ref><ref>https://www.pn-bangkinang.go.id/%3Flink%3DTampilPesonaSejarahMasyarakatKampar&ved=2ahUKEwjEmuiWwIKAAxXmxjgGHdsNAQEQFnoECB0QAQ&usg=AOvVaw3mu4FD6E2hzkhQRNXG3n5k</ref><ref>https://repository.uir.ac.id/14884/&ved=2ahUKEwihuaupwIKAAxX64TgGHRpcCQg4FBAWegQIBxAB&usg=AOvVaw0kq5ee9mLib04NgJ8KYPOd</ref><ref>https://ejournal.unp.ac.id/index.php/bsp/article/download/4910/3863&ved=2ahUKEwihuaupwIKAAxX64TgGHRpcCQg4FBAWegQIAxAB&usg=AOvVaw3cyuulWHp8t_jF_j0vXPp2</ref><ref>https://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/SosialBudaya/article/view/1940&ved=2ahUKEwihuaupwIKAAxX64TgGHRpcCQg4FBAWegQICRAB&usg=AOvVaw2Bz3xdriuBFytwgEt_lvS0</ref><ref>https://onesearch.id/Record/IOS1769.article-11096&ved=2ahUKEwie0OqEwYKAAxX3zzgGHTgoCpEQFnoECB0QAQ&usg=AOvVaw2OkcVQSaseMGT3z4PkPx8M</ref><ref>https://jptam.org/index.php/jptam/article/view/4638&ved=2ahUKEwie0OqEwYKAAxX3zzgGHTgoCpEQFnoECB4QAQ&usg=AOvVaw2HvNQqMmBMCzl3_U5EEivs</ref><ref>https://lib.ui.ac.id/detail.jsp%3Fid%3D20329938&ved=2ahUKEwil-PaswYKAAxWP7TgGHShED04QFnoECBcQAQ&usg=AOvVaw1fFrA4VIyoLZKNkzbx7K_9</ref>
 
Di Pekanbaru sendiri mayoritas etnis Minang, etnis Minang merupakan etnis terbesar di Pekanbaru. Hal ini dikarenakan banyak orang Minang yang merantau lalu berniaga, bekerja, dan sekolah/kuliah di Riau hingga menetap dan menjadi warga Riau (khususnya Pekanbaru yang merupakan ibu kota provinsi Riau), ini juga menyebabkan logat khas Minang dengan ciri khas penambahan partikel "do" diakhir kalimat dan beberapa kosakata/partikel seperti "mah", "wak", dan lainnya banyak dipakai masyarakat kota Pekanbaru oleh non-Minang seperti pendatang lainnya ataupun masyarakat asli Melayu Riau itu sendiri.
 
Bahasa Melayu lokal di daerah sekitar Pekanbaru yang dituturkan oleh masyarakat Melayu Riau memang terdengar banyak kemiripan dan ada beberapa persamaan dengan dialek bahasa Minangkabau terutama dari logatnya. Bahasa Melayu lokal disana juga memiliki ciri kata diakhiri "o" seperti Minang juga dengan beberapa kosakata yang sama dan banyak kemiripan terutama dari logat bahasa. Selain dituturkan di Pekanbaru, bahasa ini juga dituturkan oleh masyarakat asli Minang yang berada di sebagian wilayah yang berbatasan dengan Sumatra Barat di [[Kabupaten Kampar|Kampar]], [[Kabupaten Rokan Hulu|Rokan Hulu]], dan [[Kabupaten Kuantan Singingi|Kuantan Singingi]]. Ketiga daerah tersebut mempunyai banyak kemiripan dan persamaan dari adat-istiadat, budaya/kebudayaan, dan bahasa dengan daerah tetangganya di Sumatra Barat, serta mempunyai ciri dialek tersendiri yang agak berbeda dengan masyarakat Melayu Riau lainnya.
 
Bahasa Minangkabau dipergunakan secara luas/dominan menjadi bahasa perniagaan di perkotaan (Pekanbaru) dan di sebagian wilayah bagian barat Riau yang berbatasan dengan Sumatra Barat. Selain menjadi bahasa yang digunakan masyarakat etnis Minangkabau dan digunakan di pasar-pasar/tempat perniagaan, dialek/bahasa Minangkabau juga bahkan dominan dan menjadi bahasa sehari-hari, bahasa pengantar/komunikasi (lingua franca), dan bahasa pergaulan masyarakat kota Pekanbaru. Di Pekanbaru sendiri mayoritas etnis Minang, etnis Minang merupakan etnis terbesar di Pekanbaru. Hal ini dikarenakan banyak orang Minang yang merantau lalu berniaga, bekerja, dan sekolah/kuliah di Riau hingga menetap dan menjadi warga Riau (khususnya Pekanbaru yang merupakan ibu kota provinsi Riau), ini juga menyebabkan logat khas Minang dengan ciri khas penambahan partikel "do" diakhir kalimat dan beberapa kosakata/partikel seperti "mah", "wak", dan lainnya banyak dipakai masyarakat kota Pekanbaru oleh non-Minang seperti pendatang lainnya ataupun masyarakat asli Melayu Riau itu sendiri. Bahasa Melayu lokal di daerah sekitar Pekanbaru yang dituturkan oleh masyarakat Melayu Riau memang terdengar banyak kemiripan dan ada beberapa persamaan dengan dialek bahasa Minangkabau terutama dari logatnya. Bahasa Melayu lokal disana juga memiliki ciri kata diakhiri "o" seperti Minang juga dengan beberapa kosakata yang sama dan banyak kemiripan terutama dari logat bahasa. Selain dituturkan di Pekanbaru, bahasa ini juga dituturkan oleh masyarakat asli Minang yang berada di sebagian wilayah yang berbatasan dengan Sumatra Barat di [[Kabupaten Kampar|Kampar]], [[Kabupaten Rokan Hulu|Rokan Hulu]], dan [[Kabupaten Kuantan Singingi|Kuantan Singingi]]. Ketiga daerah tersebut mempunyai banyak kemiripan dan persamaan dari adat-istiadat, budaya/kebudayaan, dan bahasa dengan daerah tetangganya di Sumatra Barat, serta mempunyai ciri dialek tersendiri yang agak berbeda dengan masyarakat Melayu Riau lainnya. Pada umumnya, penutur asli tersebut tidak menyebutkan bahasanya sebagai bahasa Minang, tetapi sebagai bahasa tersendiri atau sebagai dialek Melayu.<ref>Saidat Dahlan, Saidat Dahlan and Anwar Syair, Anwar Syair and Abdullah Manan, Abdullah Manan and Amrin Sabrin, Amrin Sabrin (1985) ''Pemetaan Bahasa Daerah Riau dan Jambi (1985).'' Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta.[http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/1685/] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210131033747/http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/1685/|date=2021-01-31}}</ref><ref>Agus Sri Danardana, Agus Sri Danardana (2010) ''persebaran dan kekerabatan bahasa-bahasa di prov riau dan kep riau 149h.'' Balai Bahasa Provinsi Riau. ISBN 978-979-1104-46-3 [http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/3413/] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210130022127/http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/3413/|date=2021-01-30}}</ref><ref name=":4">{{Cite web|title=Kampar, antara Melayu dan Minangkabau - WACANA|url=http://www.wacana.co/2017/02/kampar-antara-melayu-dan-minangkabau/|website=www.wacana.co|language=Indonesia|access-date=2018-07-03}}{{Pranala mati|date=Maret 2021|bot=InternetArchiveBot|fix-attempted=yes}}Pemeliharaan CS1: Bahasa nan tidak diketahui ([[:Kategori:Pemeliharaan CS1: Bahasa nan tidak diketahui|link]])</ref> Dialek-dialek rumpun Minang yang tersebar di Riau antara lain, [[Bahasa Kampar|dialek Melayu Kampar]],<ref>Witrianto dan Arfinal, 2011. Bahasa Ocu: Akulturasi antara Bahasa Minangkabau dengan Bahasa Melayu Riau di Kabupaten Kampar. ''Seminar Internasional Forum Ilmiah VII FPBS UPI “Pemikiran-pemikiran Inovatif dalam Kajian Bahasa, Sastra, Seni, dan Pembelajarannya” Bandung''. 30 November 2011: 1-18. [https://anzdoc.com/bahasa-ocu-akulturasi-antara-bahasa-minangkabau-dengan-bahas.html] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20180817023105/https://anzdoc.com/bahasa-ocu-akulturasi-antara-bahasa-minangkabau-dengan-bahas.html|date=2018-08-17}}</ref><ref name=":12">Said, C., (1986), ''Struktur bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar'', Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.</ref> [[Bahasa Kuantan|dialek Melayu Kuantan]], dan dialek Melayu Rokan.<ref name=":6">Sugono, Dendy, Sasangka, S.S.T. Wisnu, Rivay, Ovi Soviaty, et al., 2017. ''Bahasa dan peta bahasa di Indonesia.'' Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. ISBN 9786024373762 [http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/7191/] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210131022024/http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/7191/|date=2021-01-31}}</ref><ref>Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud RI. ''Bahasa Minangkabau di Provinsi Riau''. Pada: Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. 2017 [http://118.98.223.79/petabahasa/infobahasa2.php?idb=20&idp=Riau] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20180812115450/http://118.98.223.79/petabahasa/infobahasa2.php?idb=20&idp=Riau|date=2018-08-12}}</ref><ref>Hamidy, U. U. 2003, ''Bahasa Melayu dan Kreativitas Sastra di Riau / U.U. Hamidy'' Unri Press kerjasama dengan Yayasan Adikarya Ikapi dan The Ford Foundation Pekanbaru, <nowiki>ISBN 979-3297-33-6</nowiki></ref><ref>http://adesafitri9.blogspot.com/2014/03/adverbia-dalam-bahasa-melayu-ocu-dialek.html%3Fm%3D1&ved=2ahUKEwiDlr_UvoKAAxX_3zgGHfq-Bt84HhAWegQIBRAB&usg=AOvVaw07-uyAvRlbQKyYd3us49I9</ref><ref>https://www.ranahriau.com/berita-2690-yukkk-kenali-ragamnya-dialek-bahasa-melayu-riau-ini-lengkapnya.html&ved=2ahUKEwiDlr_UvoKAAxX_3zgGHfq-Bt84HhAWegQICRAB&usg=AOvVaw3BfByFHOzqR8a-Cp2lYH7K</ref><ref>https://www.ayoindonesia.com/regional/amp/pr-012916998/suku-ocu-dari-riau-berbeda-dengan-minang-ataupun-melayu&ved=2ahUKEwi3wNyovoKAAxVKwTgGHffYBIsQFnoECCgQAQ&usg=AOvVaw2uvSPtUQM7MqoUaIJxr5Yx</ref><ref>https://pustaka.kemdikbud.go.id/libdikbud/index.php%3Fp%3Dshow_detail%26id%3D44866&ved=2ahUKEwi3wNyovoKAAxVKwTgGHffYBIsQFnoECCcQAQ&usg=AOvVaw2pOcgbQNn7HJTBoqGoIwcR</ref><ref>https://inlislite.kamparkab.go.id/opac/detail-opac%3Fid%3D12982&ved=2ahUKEwi3wNyovoKAAxVKwTgGHffYBIsQFnoECCoQAQ&usg=AOvVaw2CIUf9bSzDZzJ4z2vYw5ds</ref><ref>https://www.pn-bangkinang.go.id/%3Flink%3DTampilPesonaSejarahMasyarakatKampar&ved=2ahUKEwjEmuiWwIKAAxXmxjgGHdsNAQEQFnoECB0QAQ&usg=AOvVaw3mu4FD6E2hzkhQRNXG3n5k</ref><ref>https://repository.uir.ac.id/14884/&ved=2ahUKEwihuaupwIKAAxX64TgGHRpcCQg4FBAWegQIBxAB&usg=AOvVaw0kq5ee9mLib04NgJ8KYPOd</ref><ref>https://ejournal.unp.ac.id/index.php/bsp/article/download/4910/3863&ved=2ahUKEwihuaupwIKAAxX64TgGHRpcCQg4FBAWegQIAxAB&usg=AOvVaw3cyuulWHp8t_jF_j0vXPp2</ref><ref>https://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/SosialBudaya/article/view/1940&ved=2ahUKEwihuaupwIKAAxX64TgGHRpcCQg4FBAWegQICRAB&usg=AOvVaw2Bz3xdriuBFytwgEt_lvS0</ref><ref>https://onesearch.id/Record/IOS1769.article-11096&ved=2ahUKEwie0OqEwYKAAxX3zzgGHTgoCpEQFnoECB0QAQ&usg=AOvVaw2OkcVQSaseMGT3z4PkPx8M</ref><ref>https://jptam.org/index.php/jptam/article/view/4638&ved=2ahUKEwie0OqEwYKAAxX3zzgGHTgoCpEQFnoECB4QAQ&usg=AOvVaw2HvNQqMmBMCzl3_U5EEivs</ref><ref>https://lib.ui.ac.id/detail.jsp%3Fid%3D20329938&ved=2ahUKEwil-PaswYKAAxWP7TgGHShED04QFnoECBcQAQ&usg=AOvVaw1fFrA4VIyoLZKNkzbx7K_9</ref>
 
Dialek-dialek dari [[Rumpun bahasa Batak|bahasa Batak]], juga dipertuturkan di provinsi Riau. Khususnya [[Bahasa Mandailing|dialek Mandailing]] yang dituturkan oleh masyarakat [[Suku Mandailing|Batak Mandailing]] di wilayah kabupaten Rokan Hulu yang berbatasan dengan Sumatra Utara. Dialek Batak lainnya seperti [[Bahasa Batak Toba|dialek Toba]] juga banyak dituturkan oleh masyarakat [[Suku Batak Toba|Batak Toba]] yang tinggal disekitar perkotaan (Pekanbaru & Dumai) serta daerah-daerah Riau lainnya di beberapa kabupaten.<ref name=":0" />
Baris 273 ⟶ 276:
Dilihat dari komposisi penduduk, provinsi Riau yang penuh kemajemukan dengan latar belakang sosial budaya, bahasa, dan agama yang berbeda, pada dasarnya merupakan aset bagi daerah Riau sendiri. Agama-agama yang dianut penduduk provinsi ini sangat beragam, di antaranya [[Islam]], [[Protestanisme|Kristen Protestan]], [[Agama Buddha|Buddha]], [[Gereja Katolik Roma|Kristen Katolik]], [[Konfusianisme|Konghucu]], dan [[Agama Hindu|Hindu]].<ref name="AGAMA2018">{{cite web|url=https://www.riau.go.id/home/content/67/sosial-budaya|title=Sosial Budaya, Demografi, Provinsi Riau 2018|website=www.riau.go.id|accessdate=5 Februari 2020|archive-date=2019-12-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20191203083102/https://www.riau.go.id/home/content/67/sosial-budaya|dead-url=no}}</ref>
 
Berdasarkan data [[Kementerian Dalam Negeri]] [[20212023]], mayoritas warga Riau menganut agama [[Islam]]. Penganut [[Islam|Islam Sunni]] sebanyak 87,0504% yang umumnya dianut [[Suku Melayu-Indonesia|Melayu]], [[Suku Jawa|Jawa]], [[Orang Minangkabau|Minangkabau]], [[Suku Banjar|Banjar]], [[Suku Bugis|Bugis]], [[Suku Sunda|Sunda]], dan sebagian Batak, umumnya [[Suku Mandailing|Mandailing]] & sebagian [[Suku Batak Angkola|Angkola]]. Kemudian, [[Kekristenan]] dianut oleh 10,8688% dengan rincian [[Protestanisme]] sebanyak 9,7881% dan [[Gereja Katolik Roma|Katolik Roma]] sebanyak 1,08% yang kebanyakan berasal dari etnis Batak (Khususnya [[Suku Batak Toba|Toba]], [[Suku Simalungun|Simalungun]], serta [[Suku Pakpak|Pakpak]]), [[Suku Nias|Nias]], [[Suku Karo|Karo]], dan sebagian dianut etnis Jawa, Tionghoa, serta penduduk dari Indonesia Timur (suku asal NTT, Minahasa, dan Ambon). Penganut [[Agama Buddha|Buddhisme]] sebanyak 2,0301% dan [[Konfusianisme|Konfusianisme/Konghucu]] sebanyak 0,03% yang berasal dari etnis Tionghoa serta sebagian Jawa dan suku lainnya juga menganut Buddha. Sekitar 0,01% menganut [[Agama Hindu|Hindu]] yang dianut oleh masyarakat suku Bali serta sebagian masyarakat keturunan [[Orang India Indonesia|India-Indonesia]] (Hindi & Tamil), dan agama tradisional sebanyak 0,0201% yang umumnya dianut oleh beberapa masyarakat terasing di Riau, sisanya sebagian besar sudah menganut agama Islam tetapi ada pula yang menganut agama Buddha hingga Kristen.<ref name="DUKCAPIL">{{cite web|url=https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/|title=Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 31 Desember 20222023|website=www.dukcapil.kemendagri.go.id|accessdate=1522 MeiAgustus 2023|format=Visual}}</ref>
 
Berbagai sarana dan prasarana peribadatan bagi masyarakat Riau sudah terdapat di provinsi ini, seperti masjid & musala (Islam), gereja Protestan dan gereja Katolik (Kristen), vihara/wihara Buddha, serta kuil atau pura Hindu. Jumlah rumah ibadah ibadah di Riau hingga tahun [[2021]], yakni masjid sebanyak 6.318 bangunan, kemudian musala sebanyak 6.544 bangunan, gereja Protestan sebanyak 1.895 bangunan, gereja Katolik sebanyak 244 bangunan, vihara/wihara sebanyak 94 bangunan, beberapa kelenteng, dan pura atau kuil sebanyak 8 bangunan.<ref name="RIAU"/>