Kadirun Yahya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Pengembalian manual
OrophinBot (bicara | kontrib)
Baris 1:
{{Infobox Ulama Muslim|nama=Kadirun Yahya|nama_ibu=Siti Dour Aminah Siregar|tempat_makam=Surau Qutubul Amin, Arco, Depok, Jawa Barat|tempat_wafat=Arco, Depok, Jawa Barat|umur_wafat_m=84 tahun|tgl_wafat_m=9 Mei 2001|tgl_wafat_h=15 Safar 1422 H|mazhab_aqidah_sunni_1=Syafi'i|thariqah_sunni_1=Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah|etnis=Mandailing|nama_ayah=Sutan Sori Alam Abdullah Harahap|glr_islam_dpn=Al 'Arif Billah|thn_lahir_m=20 Juni 1917|tgl_lahir_h=30 Sya'ban 1335 H|nama_lahir=Muhammad Amin|caption=Prof. Dr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin, MSc.|alt=Prof. Dr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin, MSc.|image=File:Prof._DR._H._Sayyidi_Syeikh_Kadirun_Yahya_Muhammad_Amin.png|tempat_lahir=Pangkalan Brandan, Sumatera Utara|gelar_bangsawan=Patuan Baleo Rahmatsyah|negara_makam=Indonesia|glr_tengah=Saidi Syaikh|above_end_special=Muhammad Amin Al-Khalidi}}
 
'''Prof. Dr. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya Muhammad Amin Al Khalidi '''(lahir di [[Pangkalan Brandan]], [[SumatraSumatera Utara|Sumatera Utara]] 1917 - meninggal di Arco, Depok, Jawa Barat 2001, pada usia 84 tahun) adalah seorang [[ulama]] [[tasawuf]] atau tokoh [[sufi]] kharismatik dari Indonesia. Ia adalah [[mursyid]] [[Tarekat Naqsyabandiyah]] Khalidiyah, salah satu [[tarekat]] terbesar di Indonesia, di mana tarekat yang dipimpinnya berkembang pesat di dalam maupun luar negeri. Lebih dari 700 tempat [[Zikir|dzikir]]/surau/alkah telah didirikan, dan setiap tahunnya diselenggarakan kegiatan [[suluk]] (i'tikaf, ibadah dan dzikir intensif selama 10 hari) hingga 10 kali di berbagai tempat, di Indonesia dan [[Malaysia]].<ref>{{Cite web|url=https://republika.co.id/berita/dunia-islam/tasawuf/12/01/18/lxzphe-tarekat-naqsyabandiyah-di-nusantara-1|title=Tarekat Naqsyabandiyah di Nusantara (1)|date=2012-01-18|website=Republika Online|language=id|access-date=2020-06-04}}</ref>
 
Syekh Kadirun Yahya adalah salah satu ulama [[tarekat]] yang dinilai berhasil memadukan antara ilmu [[Zikir|dzikir]] serta ilmu pengetahuan dan teknologi modern.<ref name=":0">{{Cite book|title=Tasawuf dan Tarekat Naqsyabandiyah Pimpinan Prof. Dr. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya|last=Nur|first=Prof. K. H. Djamaan|publisher=USU Press|year=2002|isbn=979-458-191-7|location=Medan|pages=}}</ref> Ia banyak membuat tulisan-tulisan ilmiah, serta menjadi pemakalah dan pembicara dalam berbagai forum ilmiah, untuk menyampaikan gagasan dan pemikirannya mendeskripsikan tarekat dalam bahasan sains, yang disebutnya sebagai "Teknologi Metafisika Al-Qur'an". Pemikiran, sosok kepribadian, dan pola dakwah Syekh Kadirun Yahya yang unik dan berbeda dengan ulama-ulama pada umumnya ini, juga telah banyak diteliti dan ditulis para akademisi, peneliti, dan penulis, baik dari Indonesia maupun luar negeri.
Baris 8:
 
== Biografi ==
Syekh Kadirun Yahya dilahirkan di [[Pangkalan Brandan]], [[SumatraSumatera Utara]], pada tanggal [[20 Juni 1917]] bertepatan dengan 30 Sya'ban 1335 H dari ibu yang bernama Siti Dour Aminah Siregar dan ayah yang bernama Sutan Sori Alam Abdullah Harahap. Ayah Syekh Kadirun Yahya adalah seorang pegawai perminyakan (BPM) Pangkalan Berandan yang berasal dari kampung Sikarang-karang, [[Kota Padang Sidempuan|Padang Sidempuan]]. Keluarga besarnya adalah keluarga islamis religius yang ditandai dengan nenek dari pihak ayah dan ibunya adalah dua orang [[Syekh]] [[Tarekat]], yaitu Syekh Yahya dari pihak ayah dan Syekh Abdul Manan dari pihak ibu.<ref name=":0" /> Keluarga ini sering dikunjungi oleh para Syekh pada zaman dahulu.
 
== Riwayat Pendidikan ==
Baris 93:
Pernikahan Syekh Kadirun Yahya muda dengan putri Syekh [[Haji Jalaluddin]] yang bermukim di [[Kota Bukittinggi|Bukit Tinggi]], yang kala itu merupakan tempat pertemuan para Syekh tarekat, memberinya peluang untuk memperdalam tarekat.<ref name=":5">{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/949660598|title=Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia : survei historis, geografis dan sosiologis|last=Bruinessen, Martin van.|date=1994|publisher=Penerbit Mizan|isbn=979-433-000-0|edition=Rev. ed|location=Bandung, Indonesia|oclc=949660598}}</ref> Melalui mertuanya inilah Syekh Kadirun Yahya muda akhirnya berkenalan dengan Syekh yang kelak menjadi guru utamanya, yaitu Saidi Syekh [[Muhammad Hasyim Buayan]], di mana Syekh Muhammad Hasyim Buayan mendapatkan ijazah tarekat Naqsyabandiyah dari Syekh ‘Ali al-Rida di [[Jabal Abu Qubais, Mekkah|Jabal Abu Qubays, Mekkah]], yang dibantu oleh Syekh Husain. Keduanya adalah khalifah dari Syekh Sulaiman al-Zuhdi.<ref>{{Cite journal|last=Mohamad al-Merbawi|first=Abdul Manam Bin|last2=Abdullah|first2=Mohd Syukri Yeoh|last3=Abdullah|first3=Osman Chuah|last4=Wan Abdullah|first4=Wan Nasyrudin Bin|last5=Ahmad|first5=Salmah|date=2012-12-02|year=2012|title=Tarekat Naqshabandiyyah Khalidiyyah in Malaysia: A Study on the Leadership of Haji Ishaq bin Muhammad Arif|url=http://jurnalmiqotojs.uinsu.ac.id/index.php/jurnalmiqot/article/view/120|journal=MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman|location=Medan|publisher=Universitas Islam Negeri Sumatera Utara|volume=36|issue=2|pages=299-319|doi=10.30821/miqot.v36i2.120|issn=2502-3616}}</ref>
 
Pada tahun 1947, Syekh Kadirun Yahya muda hadir di rumah murid Saidi Syekh Muhammad Hasyim, di [[Bukit Tinggi]], [[SumatraSumatera Barat]]. Ketika itulah ia pertama sekali mengikuti kegiatan tawajuh atau [[zikir]] berjamaah yang dipimpin oleh Saidi Syekh Muhammad Hasyim, seorang Syekh [[tarekat Naqsyabandiyah]] yang tinggal di nagari Buayan [[Lubuk Alung, Padang Pariaman|Lubuk Aluang,]] Kecamatan Batang Anai, [[Kabupaten Padang Pariaman]], [[SumatraSumatera Barat|Sumatera Barat]].
 
Saidi Syekh Muhammad Hasyim Buayan adalah orang yang disiplin dalam melaksanakan ketentuan tawajuh, dan biasanya siapa saja yang belum ikut tarekat belum diperbolehkan ikut dalam kegiatan ini. Tetapi pada waktu tawajuh hendak dilaksanakan, saat itu Saidi Syekh M. Hasyim Buayan melihat Kadirun Yahya muda, dan membolehkannya ikut tawajuh dengan diajarkan kaifiat (tata cara) singkat oleh khalifahnya pada saat itu juga. Ini merupakan peristiwa yang langka terjadi pada murid Tarekat Naqsyabandiyah seperti yang terjadi atas diri Syekh Kadirun Yahya, yaitu belum memasuki tarekat tetapi sudah mengikuti kegiatan tawajuh.