Tenggelamnya RMS Titanic: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 66:
Menjelang ''Titanic'' menabrak gunung es, sebagian besar penumpang sudah terlelap, dan komando anjungan telah beralih dari Opsir Kedua [[Charles Lightoller]] ke Opsir Pertama [[William McMaster Murdoch|William Murdoch]]. Petugas pengawas [[Frederick Fleet]] dan [[Reginald Lee]] berada di menara pengawas, {{convert|29|m}} di atas geladak. Suhu udara turun nyaris mendekati titik beku, dan lautan teramat tenang. Kolonel [[Archibald Gracie IV|Archibald Gracie]], salah seorang penyintas musibah ini, kelak mengungkapkan bahwa "laut seperti kaca, begitu halus sehingga bintang-bintang terpantul dengan jelas."{{sfn|Gracie|1913|p=247}} Kemudian diketahui bahwa kondisi air laut yang tenang sebagaimana saat itu adalah pertanda adanya [[hanyutan es]] di sekitarnya.{{sfn|Halpern|2011|p=85}}
 
Meskipun udara cerah, tidak ada [[Bulan baru|penampakan bulan]]. Dengan kondisi laut yang begitu tenang, sulit untuk mengetahuimelihat posisi gunung es terdekat; seandainya laut lebih bergelora, niscaya ombak yang menghantam gunung es akan membuat keberadaannya lebih terlihat.{{sfn|Eaton|Haas|1987|p=19}} Akibat ketergesaan di Southampton, pengawas tidak memiliki teropong; akan tetapi, teropong juga tidak begitu berguna dalam kegelapan total, yang hanya disinari cahaya bintang dan lampu kapal.{{sfn|Brown|2000|p=47}} Petugas pengawas tetap mewaspadai bahaya es, karena Lightoller telah memerintahkan mereka dan awak lainnya agar "terus mengawasi es, terutama es kecil dan bongkahan es".{{sfn|Barratt|2010|p=122}}
 
Pada pukul 23.30, Fleet dan Lee melihat sebersit kabut di cakrawala di hadapan mereka, tetapi tidak melakukan apa-apa. Beberapa pakar meyakini bahwa kabut tersebut sebenarnya adalah [[fatamorgana]] yang disebabkan oleh pertemuan antara air dingin dengan udara hangat selagi ''Titanic'' melewati [[Atlantic Marine Ecozone|Lorong Gunung Es]], mirip dengan fatamorgana air di padang gurun. Fenomena tersebut menyebabkan cakrawala terlihat cembung, sehingga pengawas tidak bisa melihat apa pun di kejauhan.<ref>{{cite news |url=https://www.nytimes.com/2012/04/10/science/a-new-look-at-natures-role-in-the-titanics-sinking.html |title=A New Look at Nature's Role in the Titanic's Sinking |first=William J. |last=Broad |date=9 April 2012 |work=The New York Times |access-date=15 April 2018 |archive-date=15 June 2018 |archive-url=https://web.archive.org/web/20180615163335/https://www.nytimes.com/2012/04/10/science/a-new-look-at-natures-role-in-the-titanics-sinking.html |url-status=live }}</ref><ref name="U.S. Coast Guard Navigation Center">{{cite web |title=Where Is Iceberg Alley |website=U.S. Coast Guard Navigation Center |url=https://www.navcen.uscg.gov/?pageName=iipWhereIsIcebergAlley |access-date=15 April 2018 |archive-date=15 June 2018 |archive-url=https://web.archive.org/web/20180615190613/https://www.navcen.uscg.gov/?pageName=iipWhereIsIcebergAlley |url-status=live }}</ref>
Baris 121:
Dalam [[keadaan darurat]], sekoci pada masa itu hanya digunakan untuk memindahkan penumpang dari kapal yang kecelakaan menuju kapal penyelamat terdekat.{{sfn|Hutchings|de Kerbrech|2011|p=116}}{{efn|Sebuah insiden menegaskan anggapan ini saat ''Titanic'' sedang dibangun: kapal White Star ''Republic'' mengalami tabrakan dan tenggelam. Meskipun kapal tersebut tidak memiliki sekoci yang cukup untuk menampung keseluruhan penumpang, mereka semua terselamatkan karena kapal dapat mengapung cukup lama untuk diangkut ke kapal penyelamat.{{sfn|Chirnside|2004|p=29}}}} Oleh karena itu, sudah jadi hal lumrah bilamana kapal memiliki sekoci yang jauh lebih sedikit daripada jumlah sekoci yang dibutuhkan untuk menampung keseluruhan penumpang dan awak, dan dari 39 kapal Britania berbobot lebih dari {{convert|10000|LT|t}} pada masa itu, 33 di antaranya memiliki kapasitas sekoci yang lebih sedikit daripada jumlah penumpang.{{sfn|Bartlett|2011|p=30}} White Star Line menginginkan kapal memiliki [[Taman pejalan kaki|geladak pejalan kaki]] yang luas dengan pemandangan laut tak terhalang, dan keberadaan deretan sekoci akan menghalangi pemandangan tersebut.{{sfn|Marshall|1912|p=141}}
 
Kapten Smith adalah pelaut berpengalaman yang telah mengabdi selama 40 tahun di lautan, termasuk 27 tahun sebagai nakhoda. Peristiwa ini menjadi krisis pertama dalam kariernya, dan ia pun menyadari bahkan jika semua sekoci terisi penuh, lebih dari seribu orang akan terperangkap di kapal saat ''Titanic'' tenggelam, dengan sedikit atau tidak ada peluang untuk selamat.{{sfn|Ballard|1987|p=22}} Beberapa sumber kelak mengungkapkan bahwa setelah memahami apa yang akan terjadi, Kapten Smith didera ketakutan, mengalami gangguan mental atau kegugupan, dan menjadi [[Kelinglungan|linglung]]. Hal demikian membuatnya tidak bisa mencari solusi untuk meminimalisir korban jiwa.{{sfn|Butler|1998|pp=250–252}}{{sfn|Cox|1999|pp=50–52}} Namun, sejumlah penyintas mengungkapkan bahwa Smith berperan aktif dan bersikap dingin serta tenang pada saat-saat kritis. Setelah kapal menabrak gunung es, Smith lekas memulai penyelidikan mengenai kondisi dan tingkat kerusakan, menginspeksi sendiri geladak bawah untuk mengetahuimemantau kerusakan, dan memerintahkan petugas nirkabel untuk meminta bantuan. Ia bertindak cepat dengan memerintahkan para awak agar mulai mempersiapkan pemuatan sekoci, dan membantu penumpang memakai [[baju pelampung]] sebelum ia diberitahu oleh Andrews bahwa kapal akan tenggelam. Smith terlihat di dekat geladak, sendirian mengawasi dan membantu memuat sekoci, bercakap-cakap dengan penumpang, dan berupaya meyakinkan pentingnya mengikuti perintah evakuasi sembari menghindari kepanikan.{{sfn|Fitch|Layton|Wormstedt|2012|pp=162–163}}
 
Opsir Keempat Boxhall diberitahu oleh Smith pada pukul 00.25 bahwa kapal akan tenggelam,{{sfn|Fitch|Layton|Wormstedt|2012|p=183}} sedangkan Intendans George Rowe tidak menyadari kalau keadaan sedang darurat sampai proses evakuasi dimulai, ia menelepon anjungan dari stasiun pengawasnya, bertanya kenapa ia baru saja melihat sebuah sekoci lewat.{{sfn|Bartlett|2011|p=106}} Para awak kapal tidak siap menghadapi keadaan darurat karena minimnya pelatihan sekoci. Tercatat hanya satu pelatihan sekoci yang dilaksanakan, yakni saat kapal berlabuh di Southampton. Pelatihan tersebut hanya berjalan sekilas, tatkala dua sekoci diturunkan, masing-masing diawaki oleh seorang kelasi dan empat awak yang mendayung mengitari dermaga selama beberapa menit, kemudian kembali ke kapal. Sekoci seyogianya dilengkapi dengan perbekalan darurat, tetapi penumpang ''Titanic'' menemukan hanya sedikit perbekalan yang tersedia di sekoci, meskipun ada upaya dari tukang roti kapal bernama [[Charles Joughin]] dan stafnya untuk memasok perbekalan ke sekoci.{{sfn|Mowbray|1912|p=279}} Tidak ada pelatihan sekoci atau pelatihan damkar yang diselenggarakan sejak ''Titanic'' meninggalkan Southampton.{{sfn|Mowbray|1912|p=279}} Pelatihan sekoci dijadwalkan pada hari Minggu pagi menjelang kapal tenggelam, tetapi dibatalkan oleh Kapten Smith karena alasan yang tidak diketahui.{{sfn|Aldridge|2008|p=47}}
Baris 141:
Sementara itu, awak kapal lainnya berjuang mempertahankan layanan vital karena air terus mengalir ke geladak bawah kapal. Para teknisi dan juru api berupaya mengeluarkan uap dari ketel untuk mencegahnya meledak saat bersentuhan dengan air dingin. Mereka membuka kembali pintu kedap air untuk memasang pompa portabel tambahan di kompartemen depan guna mengurangi luapan air, meskipun usaha ini sia-sia. Para awak juga mengupayakan generator listrik tetap menyala agar penerangan dan daya di seluruh kapal tetap hidup. Awak kabin [[Frederick Dent Ray]] nyaris tersapu air sewaktu dinding kayu di antara baraknya dan kabin kelas tiga di dek E runtuh, memerangkapnya di air setinggi pinggang.{{sfn|Lord|1976|p=78}} Dua orang teknisi, Herbert Harvey dan Jonathan Shepherd (yang kaki kirinya patah setelah jatuh ke dalam ceruk beberapa menit sebelumnya), tewas pada pukul 00.45 di ruang ketel No. 5 ketika pintu bunker yang memisahkan ruang ketel No. 5 dan No. 6 ambruk dan tersapu oleh "gelombang busa hijau", sebagaimana diutarakan oleh juru api [[Frederick Barrett]], yang juga hampir terperangkap di ruang ketel tersebut.{{sfn|Halpern|Weeks|2011|p=126}}
 
Menurut pengakuan seorang penyintas bernama Trimmer George Cavell, pada pukul 01.20 di ruang ketel No. 4, air mulai meluap dari pelat lantai logam di bawah, menandakan bahwa dasar kapal juga telah bocor akibat menabrak gunung es. Luapan air juga membanjiri ruang pompa, yang memaksa juru api dan juru batu bara untuk mengevakuasi ruang ketel.{{sfn|Lord|1976|p=76}} Di buritan, Kepala Teknisi Bell dan rekan-rekannya serta sejumlah juru api dan juru minyak tetap tinggal di ruang ketel No. 1, 2, 3 serta di ruang [[motor bakar torak]] dan turbin yang belum kebanjiran. Mereka terus menyalakan ketel dan generator listrik agar lampu dan pompa kapal bisa terus beroperasi, dandengan demikian radio bisa tetap menyala sehinggadan sinyal mara bahaya dapat dikirim.{{sfn|Ballard|1987|p=25}} Beberapa sumber mengungkapkan bahwa para awak ini tetap berada di tempat tersebut sampai akhir,''Titanic'' yangtenggelam, memastikan bahwa listrik ''Titanic'' tetap menyala sampai menit-menit terakhir tenggelam. Menurut juru api Frederick Scott, kira-kira pukul 02.05, ketika jelas bahwa usaha untuk mempertahankan kapal sia-sia dan banjir di kompartemen depan terlalu parah untuk diatasi oleh pompa, ia bersama sejumlah teknisi dan awak lainnya naik ke geladak terbuka ''Titanic'', tetapi saat itu semua sekoci telah berangkat. Scott bersaksi melihat 8 dari 35 orang teknisi kapal berkumpul di ujung belakang geladak di sisi kanan.<ref>{{cite web |url=https://www.titanicinquiry.org/BOTInq/BOTInq06Scott02.php |title=Day 6 – Testimony of Frederick Scott (Greaser, SS Titanic) |work=British Wreck Commissioner's Inquiry |date=10 May 1912 |access-date=9 April 2020 |archive-date=6 January 2021 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210106101508/https://www.titanicinquiry.org/BOTInq/BOTInq06Scott02.php |url-status=live }}</ref> Tidak ada teknisi dan juru listrik ''Titanic'' yang selamat.{{sfn|Butler|1998|p=226}} Begitu pula dengan 5 petugas pos di ''Titanic'', yang terlihat terakhir kali sedang berjibaku menyelamatkan kantong surat yang mereka angkut dari ruang surat yang kebanjiran. Kesemuanya terperangkap oleh air yang membanjiri dek D.{{sfn|Butler|1998|p=225}}
 
Sebagian besar penumpang kelas tiga juga berjuang menerobos air yang membanjiri kabin penumpang di dek E, F, dan G. Carl Jansson, salah seorang dari sedikit penyintas kelas tiga, mengutarakan:
Baris 154:
Pada pukul 01.20, keseriusan situasi mulai terlihat di atas geladak tatkala para penumpang mulai saling mengucapkan selamat tinggal dan para suami mengawal istri dan anak-anak mereka ke sekoci. Suar mara bahaya ditembakkan setiap beberapa menit sekali untuk menarik perhatian kapal terdekat, dan operator radio berulang kali mengirimkan [[sinyal mara bahaya]] [[CQD]]. Operator radio [[Harold Bride]] menyarankankan agar rekannya, Jack Phillips, menggunakan sinyal [[SOS]], karena "mungkin ini adalah kesempatan terakhirmu untuk mengirimkannya". Bertentangan dengan ucapan Bride, SOS bukanlah sinyal baru, melainkan telah digunakan berkali-kali sebelumnya.{{sfn|Fitch|Layton|Wormstedt|2012|p=205}} Kedua operator radio tersebut menghubungi kapal lain untuk meminta bantuan. Beberapa kapal menanggapi, yang terdekat adalah [[RMS Carpathia|RMS ''Carpathia]], berjarak {{convert|58|mi}} dari ''Titanic''.{{sfn|Butler|1998|p=98}} Kecepatan ''Carpathia'' jauh lebih lambat daripada ''Titanic'', bahkan jika dikemudikan dengan kecepatan maksimum {{convert|17|kn|mph km/h|lk=in|abbr=on}}, kapal ini membutuhkan waktu empat jam untuk mencapai ''Titanic''.{{sfn|Butler|1998|p=113}} Kapal lainnya yang menanggapi adalah SS ''Mount Temple'', tetapi perjalanannya terhalang oleh bongkahan es saat hendak berlayar menuju ''Titanic''.<ref>{{cite web|url=http://www.titanicinquiry.org/USInq/AmInq09Moore01.php|title=Testimony of Henry James Moore at the US Inquiry|access-date=1 May 2017|archive-date=21 June 2018|archive-url=https://web.archive.org/web/20180621170144/http://www.titanicinquiry.org/USInq/AmInq09Moore01.php|url-status=live}}</ref>
 
Sebenarnya, kapal terdekat dari ''Titanic'' adalah [[SS Californian|SS ''Californian'']], yang telah memperingatkan ''Titanic'' mengenai bahaya es beberapa jam sebelumnya. Kapten ''Californian'', [[Stanley Lord]], khawatir bahwa kapalnya akan terjebak di ladang es hanyut dan memutuskan untuk berhenti kira-kira pukul 22.00 sembari menunggu datangnya siang untuk menemukan jalan melewati ladang es.{{sfn|Butler|1998|p=159}} Pada pukul 23.30, sepuluh menit sebelum ''Titanic'' menabrak gunung es, operator radio ''Californian'' bernama [[Cyril Furmstone Evans|Cyril Evans]] mematikan perangkatnya pada malam itu dan tidur.{{sfn|Butler|1998|p=161}} Di anjungan, Opsir Ketiga Charles Groves melihat sisi kanan sebuah kapal besar kira-kira berjarak {{convert|10|to|12|mi|abbr=on}} dari ''Californian'', yang mendadak berbelok ke kiri dan berhenti. Seandainya operator radio ''Californian'' tetap di tempatnya lima belas menit lebih lama, ratusan nyawa mungkin bisa diselamatkan.{{sfn|Butler|1998|p=160}} Satu jam kemudian, Opsir Kedua Herbert Stone melihat lima roket putih meledak di atas kapal yang berhenti. Stone tidak mengetahuimemahami artimakna dari roket itutersebut, ia lantas memanggil Kapten Lord yang sedang beristirahat di ruang peta dan melaporkan penampakan tersebut.{{sfn|Butler|1998|p=162}} Lord tidak melakukan tindakan apa pun terkait laporan tersebut, meskipun Stone bersikeras bahwa "Sebuah kapal tidak akan menembakkan roket di laut dengan sia-sia," ujarnya kepada salah seorang rekannya.{{sfn|Butler|1998|p=163}}
 
[[File:Titanic signal.jpg|thumb|upright=1.35|left|Sinyal mara bahaya yang dikirim kira-kira pukul 01.40 oleh operator radio ''Titanic'', Jack Phillips, ke kapal [[SS Birma|SS ''Birma'']] milik [[Russian American Line]]. Sinyal ini adalah salah satu pesan radio terakhir ''Titanic'' yang dapat dipahami.|alt=Foto sinyal mara bahaya bertuliskan: "SOS SOS CQD CQD. MGY [Titanic]. We are sinking fast passengers being put into boats. MGY"]]
Pada saat itu, para penumpang dan awak yang berada di ''Titanic'' sudah menyadari bahwa kapal benar-benar akan tenggelam dan sekoci tidak cukup untuk mengangkut semua orang. Ada yang masih berpegang teguh pada harapan bahwa hal terburuk tidak akan terjadi. [[Eloise Hughes Smith]] memohon apakah Lucian, suami yang baru dinikahinya dua bulan lalu, boleh naik sekoci bersamanya, tetapi Kapten Smith mengabaikannya, berteriak melalui megafonnya bahwa wanita dan anak-anak harus didahulukan. Lucian berkata, "Tidak apa-apa, kapten, mengenai masalah itu; saya akan memastikan dia naik sekoci", lalu ia memberi tahu Eloise, "Aku tidak pernah berharap memintamu untuk patuh, tetapi kali ini kau harus menurutiku. Ini hanyalah masalah mendahulukan wanita dan anak-anak. Peralatan di kapal ini lengkap dan semua orang akan diselamatkan."{{sfn|Lord|1976|p=84}} Suami Charlotte Collyer, Harvey, berseru kepada istrinya saat ia dinaikkan ke atas sekoci, "Pergilah, Lottie! Demi Tuhan, beranilah dan pergilah! Aku akan mendapat tempat duduk di sekoci lain!". Tidak seorang pun dari pria ini yang selamat.{{sfn|Lord|1976|p=84}}
 
Ada juga pasangan yang menolak dipisahkan. [[Ida Straus]], istri pemilik [[toko serba ada]] [[Macy's]] dan mantan anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat]] Isidor Straus, berkata kepada suaminya: "Kami telah hidup bersama selama bertahun-tahun. Ke mana kau pergi, aku ikut."{{sfn|Lord|1976|p=84}} Mereka berdua duduk di sepasang kursi di geladak dan menunggubertahan sampai akhir''Titanic tenggelam''.{{sfn|Lord|1976|p=85}} Industriawan [[Benjamin Guggenheim]] mengganti baju pelampung dan sweternya dengan topi tinggi dan baju pesta dan menyatakan keinginannyabertekad untuk "berpulang selayaknya pria terhormat".{{sfn|Ballard|1987|p=25}}
 
Pada saat itu, sebagian besar penumpang yang menaiki sekoci berasal dari kelas satu dan dua. Segelintir penumpang kelas tiga berhasil naik ke geladak, sedangkan sebagian besarnyabesar masih tersesat di labirin koridor atau terjebak di balik gerbang dan partisi yang memisahkan kabin penumpang kelas tiga dengan area kelas satu dan dua.{{sfn|Barczewski|2006|p=284}} Pemisahan ini bukan hanya karena alasan sosial, melainkan merupakandisyaratkan persyaratanoleh undang-undang imigrasi Amerika Serikat, yang mewajibkan penumpang kelas tiga dipisahkandipisah untuk mengontrol imigrasi dan mencegah penyebaran [[penyakit menular]]. Penumpang kapal kelas satu dan dua dipada jalur lintas Atlantik turun di dermaga utama di [[Pulau Manhattan]], tetapi penumpang kelas tiga harus melewati pemrosesan dan pemeriksaan kesehatan di [[Pulau Ellis]].{{sfn|Howells|1999|p=96}} Di sejumlah tempat, awak ''Titanic'' diduga menghalangi penyelamatan penumpang kelas tiga. Beberapa gerbang dikunci dan dijaga oleh awak kapal untuk mencegah penumpang kelas tiga menyerbu sekoci.{{sfn|Barczewski|2006|p=284}} Seorang penyintas asal Irlandia bernama Margaret Murphy menulis pada bulan Mei 1912:
 
<blockquote>
Baris 184:
Kepanikan pecah ketika sekelompok penumpang pria menyerbu ke sisi kiri kapal tempat sekoci No. 14 sedang diturunkan dengan muatan 40 orang. Opsir Kelima Lowe, yang menangani sekoci tersebut, melepaskan tiga tembakan peringatan ke udara untuk mengendalikan massa.{{sfn|Eaton|Haas|1994|p=154}} Sekoci No. 16 diturunkan lima menit kemudian. Salah seorang penumpang sekoci No. 16 adalah awak kabin [[Violet Jessop]], yang mengulangi pengalamannya empat tahun kemudian ketika ia selamat dalam musibah tenggelamnya salah satu kapal saudari ''Titanic'', [[RMS Britannic|RMS ''Britannic'']], saat [[Perang Dunia I]].{{sfn|Eaton|Haas|1994|p=155}} Sekoci lipat C diluncurkan pada pukul 01.40 dari geladak kanan yang sekarang sudah sepi karena sebagian besar orang di geladak telah pindah ke [[buritan]] kapal. Di sekoci inilah [[J. Bruce Ismay]], kepala dan direktur pelaksana White Star Line, penyintas ''Titanic'' yang paling kontroversial, menyelinap masuk ke sekoci, tindakan yang kemudian dikecam sebagai tindakan pengecut.{{sfn|Ballard|1987|p=26}}
 
Pada pukul 01.40, sekoci No. 2 diturunkan.{{sfn|Ballard|1987|p=222}} Tatkala sekoci hendak diturunkan, Lightoller mengetahuimendapati sekoci telah didudukiditempati oleh para pria yang "bukan orang Inggris, atau ras penutur bahasa Inggris&nbsp;... [melainkan dari] kategori luas yang dikenal oleh para pelaut sebagai orang-orang '[[Daftar_julukan_etnis#D|dago]]'."{{sfn|Winocour|1960|p=296}} Lightoller mengusir mereka dengan menodongkan [[revolver]]nya, tetapi ia tidak menemukan wanita dan anak-anak lagi untuk mengisi sekoci,{{sfn|Winocour|1960|p=296}} danalhasil sekoci diturunkan dengan muatan hanya 25 orang dari kapasitas 40 orang.{{sfn|Ballard|1987|p=222}} John Jacob Astor mengantar istrinya ke tempat aman di sekoci No. 4 pada pukul 01.55, tetapi ditolak masuk oleh Lightoller, meskipun 20 dari 60 kursi di dalamnya kosong.{{sfn|Ballard|1987|p=222}}
 
Sekoci terakhir yang diluncurkan adalah sekoci lipat D, yang berangkat pada pukul 02.05 dengan muatan 25 orang;<ref name="bright">{{cite web|url=http://www.titanicinquiry.org/USInq/AmInq09Bright01.php|title=Testimony of Arthur Bright|access-date=6 October 2014|archive-date=4 October 2018|archive-url=https://web.archive.org/web/20181004101952/http://www.titanicinquiry.org/USInq/AmInq09Bright01.php|url-status=live}}</ref> dua penumpang pria melompat ke atas sekoci tersebut saat sedang diturunkan.<ref>{{cite web|url=http://www.titanicinquiry.org/USInq/AmInq10Woolner01.php|title=Testimony of Hugh Woolner|access-date=6 October 2014|archive-date=30 September 2018|archive-url=https://web.archive.org/web/20180930134431/http://www.titanicinquiry.org/USInq/AmInq10Woolner01.php|url-status=live}}</ref> Air laut telah membanjiri geladak sekoci dan [[agil]] sudah tenggelam jauh di bawah air. Penumpang kelas satu Edith Evans menyerahkan tempatnya di sekoci, dan akhirnya tewas dalam musibah tersebut. Ia merupakan satu dari empat wanita kelas satu yang tewas saat ''Titanic'' tenggelam. Beberapa penyintas, termasuk penumpang kelas tiga Eugene Daly dan penumpang kelas satu George Rheims, mengaku menyaksikan seorang petugas menembak seorang atau dua orang penumpang saat terjadinya kericuhan memperebutkan sekoci, lantas menembak dirinya sendiri. Dikabarkan secara luas bahwa petugas tersebut adalah [[William McMaster Murdoch|William Murdoch]].{{sfn|Fitch|Layton|Wormstedt|2012|pp=305–308}}
Baris 274:
Bahkan sebelum ''Carpathia'' tiba di New York, upaya telah dilakukan untuk mengambil jenazah korban tewas. Empat kapal yang disewa oleh White Star Line berhasil mengambil 328 jenazah; 119 di antaranya [[Penguburan di laut|dikuburkan di laut]], sedangkan 209 sisanya dibawa ke Halifax, Nova Scotia,{{sfn|Bartlett|2011|p=266}} dan 150 di antaranya dikuburkan di sana.{{sfn|Eaton|Haas|1994|p=235}} [[Memorial]] didirikan di berbagai kota, antara lain di New York, Washington, Southampton, [[Liverpool]], [[Belfast]], dan [[Lichfield]],{{sfn|Eaton|Haas|1994|pp=296–300}} sedangkan upacara diadakan di kedua sisi Atlantik untuk mengenang korban tewas dan mengumpulkan dana bagi para penyintas.{{sfn|Eaton|Haas|1994|pp=293–295}} Sebagian besar jasad korban ''Titanic'' tidak pernah ditemukan, dan satu-satunya bukti kematian mereka ditemukan 73 tahun kemudian di antara puing-puing di dasar laut, yakni sepasang sepatu yang tergeletak berdampingan, tempat jasad dulu pernah terbaring sebelum akhirnya membusuk.{{sfn|Ballard|1987|p=25}}
 
Reaksi masyarakat terhadap musibah ini adalah syok dan marah, sejumlah tokoh dan masalah dituding sebagai penyebabnya: Mengapa hanya ada sedikit sekoci? Mengapa Ismay menyelamatkan dirinya sendiri padahal banyak orang yang tewas? Mengapa ''Titanic'' melaju ke arah medan es dengan kecepatan penuh?{{sfn|Björkfors|2004|p=59}} Kemarahan ini dikompori oleh para penyintas sendiri; bahkan saat para penyintas masih berada di kapal ''Carpathia'' dalam perjalanan menuju New York, Beesley dan penyintas lainnya telah bertekad untuk "membangkitkan opini publik demi melindungi perjalanan laut dipada masa depan", dan menulis surat kepada ''[[The Times]]'' yang mendesak perubahan undang-undang keselamatan maritim.{{sfn|Beesley|1960|p=81}}
 
Di kota-kota yang erat kaitannya dengan ''Titanic'', rasa duka terasa sangat mendalam. Kota yang paling berduka adalah Southampton, kampung halaman bagi 699 awak kapal dan asal bagi banyak penumpang.{{sfn|Barczewski|2006|p=266}} Kerumunan wanita yang meratap&nbsp;– istri, saudara perempuan, dan ibu para awak kapal&nbsp;– berkumpul di depan kantor White Star di Southampton untuk mendengarkan kabar mengenai orang yang mereka cintai.{{sfn|Butler|1998|p=173}} Kurang lebih 549 warga Southampton tewas dalam musibah ini.{{sfn|Bartlett|2011|p=264}} Di Belfast, gereja-gereja penuh sesak dan buruh galangan kapal menangis di jalanan. ''Titanic'' telah menjadi simbol pencapaian industri Belfast, dan yang mereka rasakan tidak hanya rasa duka, tetapi juga rasa bersalah, karena merekalah yang membangun ''Titanic'' dan merasa bertanggung jawab atas musibah tersebut.{{sfn|Barczewski|2006|pp=221–222}}
Baris 285:
Setelah tenggelamnya ''Titanic'', penyelidikan segera dilakukan oleh Britania Raya dan Amerika Serikat. Penyelidikan AS dimulai pada tanggal 19 April, dipimpin oleh Senator [[William Alden Smith]],{{sfn|Butler|1998|p=181}} sedangkan penyelidikan Britania Raya dipimpin oleh [[John Bigham, Viscount Mersey ke-1|Lord Mersey]], yang dimulai di London pada tanggal 2 Mei 1912.{{sfn|Butler|1998|p=192}} Kedua penyelidikan ini menghasilkan temuan yang hampir sama: peraturan mengenai jumlah sekoci yang harus diangkut oleh kapal sudah ketinggalan zaman dan tidak relevan lagi;{{sfn|Butler|1998|p=195}} Kapten Smith tidak mengindahkan peringatan es;{{sfn|Butler|1998|p=189}} sekoci tidak dimuat atau diawaki dengan benar; dan tabrakan terjadi karena kapal melaju ke kawasan berbahaya dengan kecepatan yang terlalu tinggi.{{sfn|Butler|1998|p=195}} Kedua penyelidikan tersebut juga mengecam Kapten Stanley Lord dari ''Californian'' karena gagal memberikan bantuan kepada ''Titanic''.{{sfn|Butler|1998|pp=191, 196}}
 
Penyelidikan tidak menemukan adanya kelalaian yang dilakukan oleh perusahaan induk, [[International Mercantile Marine Co.]], atau White Star Line (pemilik ''Titanic''). Hasil temuan penyelidikan AS menyimpulkan bahwa orang-orang di kapal sudah mengikuti praktik standar sesuai prosedur, dan dengan demikian musibah tersebut digolongkan sebagai "[[murka Tuhan]]".{{sfn|Barczewski|2006|p=67}} Penyelidikan Britania menyimpulkan bahwa Smith telah melakukan praktik tersebut dalam waktu yang lama dan sebelumnya aman-aman saja,{{sfn|Lynch|1998|p=189}} menegaskan bahwa kapal-kapal Britania telah mengangkut 3,5 juta penumpang dalam satu dekade terakhir dan hanya 73 korban tewas.{{sfn|Eaton|Haas|1994|p=265}} Penyelidikan ini juga menyimpulkan Smith "hanya melakukan apa yang akan dilakukan oleh orang terampil lainnya jika berada di posisi yang sama", dan memperingatkan bahwa "apa yang saat ini dianggap sebagai kesalahan dalam kasus ''Titanic'' akan dianggap sebagai kelalaian dalam kasus serupa dipada masa mendatang".{{sfn|Lynch|1998|p=189}}
 
Musibah tersebut menimbulkan perubahan besar dalam peraturan maritim. Langkah-langkah keselamatan baru ditetapkan, misalnya memastikan lebih banyak sekoci yang disediakan, latihan sekoci dilakukan dengan benar, dan peralatan radio di kapal penumpang harus dijagai sepanjang waktu.{{sfn|Eaton|Haas|1987|p=109}} Operator radio wajib memprioritaskan pesan darurat dan bahaya daripada pesan pribadi dan menggunakan [[kode Q]] untuk meminimalkan permasalahan bahasa. Stasiun pantai jaringan nirkabel internasional [[Marconi Company|Marconi]] milik Britania dan [[Telefunken]] milik Jerman diminta untuk menangani semua panggilan radio, termasuk panggilan yang berasal dari jaringan lain. [[Patroli Es Internasional]] didirikan untuk memantau keberadaan gunung es di Atlantik Utara, dan peraturan keselamatan maritim diselaraskan secara internasional melalui [[Konvensi Internasional untuk Keselamatan Penumpang di Laut]] (SOLAS).{{sfn|Eaton|Haas|1994|p=310}}