Gereja Masehi Injili Talaud: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Crusade Ju (bicara | kontrib)
Tag: Pengembalian manual Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Crusade Ju (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 25:
 
== Sejarah ==
=== Misi Belanda ===
[[Berkas:Infografis GPI.jpg|jmpl|ka|250px|Bagan pemekaran GPI yang menghasilkan berbagai gereja mandiri di Indonesia, antara lain GERMITA.]]
Misi Pekabaran Injil di [[Suku Talaud|Tanah Porodisa]] berawal sejak tahun 1684 ketika Ds. Comelis de Leeuw yang bertugas di [[Kota Manado|Manado]] (1680-1689) menaruh banyak perhatian akan iman di [[Kabupaten Kepulauan Talaud|Kepulauan Talaud]] sehingga ia mengutus J. Budiman, Guru Injil pertama dari [[Pulau Siau|Siau]] untuk mengajar dan memberitakan Injil di Talaud.
GERMITA berdiri pada tanggal [[23 Oktober]] [[1997]] sebagai hasil pemekaran dari [[Gereja Masehi Injili di Sangihe Talaud]] ([[GMIST]]). Baik GERMITA, maupun GMIST, adalah [[gereja]]-gereja yang lahir dari hasil penginjilan Badan Zending dari negeri [[Belanda]] ([[Eropa]]) pada [[abad ke-19]], khususnya dari Komisi “zendeling tukang” (Zendeling-werkleiden atau zendeling-werkman). Kedatangan para “zendeling tukang” di [[kepulauan Sangihe]] dan Talaud terbagi dalam dua rombongan, yaitu, rombongan pertama untuk [[kepulauan Sangihe]], Siau dan Tagulandang terdiri dari empat orang yakni: Carl W.L.M. Schroder, E.T. Steller, F. Kelling dan A.Grohe. Sedangkan rombongan kedua untuk kepulauan Talaud, terdiri dari lima orang pemuda adalah: A.C. Van Essen, P. Gunther, W. Richter, K.E.W. Tauffmann dan Fischer. Mereka berangkat dari negeri Belanda pada tanggal, 23 November 1857 dan tiba di Batavia pada 12 April 1858. Untuk Fischer, Komisi harus memanggilnya kembali ke Belanda karena kekurangan sikapnya selama dalam perjalanan, dan harus mengembalikan ongkos perjalanannya kepada pemerintah Belanda sebanyak 536 Gulden. Pada tanggal 1 Oktober [[1859]] tercatat dalam sejarah kekristenan di kepulauan Talaud adalah waktu tibanya empat orang “penginjil tukang” tersebut, sehingga pada tanggal 1 Oktober ditetapkan menjadi Hari Pekabaran Injil di kepulauan Talaud. Mereka digelari “penginjil tukang” karena diperlengkapi dengan ketrampilan khusus, seperti membuat sepatu dan kereta. Dengan adanya ketrampilan tersebut mereka diharapkan dapat membiayai kehidupannya sendiri, tanpa tergantung kepada badan zending yang mengutus mereka dari Eropa.
Secara kelembagaan, saat ini GERMITA memiliki anggota jemaat sebanyak kurang lebih 70.000 jiwa, dan 123 jemaat, yang terbagi dalam 13 wilayah pelayanan. Dilayani oleh 3.609 Pelayan Khusus, dan khusus pendeta berjumlah 157 Orang. Sejak tahun 2002 GERMITA menjadi anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), dan pada tahun 2012 yang lalu, menjadi “tuan dan nyonya” rumah penyelenggaraan Sidang MPL PGI. Di Kabupaten Talaud, GERMITA adalah lembaga keagamaan terbesar, yang diharapkan dapat mendorong proses transformasi sosial masyarakat Talaud menuju kepada kehidupan masyarakat yang semakin mencerminkan nilai-nilai religius, persaudaraan, keadilan, kesejahteraan, demokratis dan menjaga keutuhan ciptaan (''integriy of creation'').
 
Menurut Ds. Daniel Brillman yang pernah bertugas di [[Sangihe Talaud|Sagihe Talaud]] sekitar tahun 1927-1938 yang menulis bukunya berjudul ''"Onzen Zendingvelden de zending of de Sangi en Talaud eilanden"'' bahwa pada sekitar tahun 1664, seorang [[Pastor|Pater]] [[Gereja Katolik Roma|Katolik]] bernama Jeronimo de Zebreros pernan beberapa waktu tinggal di [[Lirung, Kepulauan Talaud|Lirung]], Talaud. Tetapi semua kegiatan misi tidak terurus dengan baik bahkan menjadi beku ketika terjadi penyerahan kekuasaan dari [[Portugal|Portugis]]-[[Spanyol|Spayol]] kepada [[Belanda]].
Konteks pelayanan GERMITA adalah masyarakat Talaud yang secara geografis termasuk daerah bahari (kepulauan). Terletak di bagian Utara pulau Sulawesi, berbatasan langsung dengan negara tetangga Philipina. Di kepulauan Talaud terdapat 17 pulau besar dan kecil (yang berpenghuni dan tidak berpenghuni), mempunyai tradisi budaya tersendiri, seperti: bahasa, tari-tarian, nilai-nilai solidaritas, budaya mene’e (tradisi menangkap ikan dengan menggunakan janur), memiliki sistem kepercayaan tradisional dan pandangan hidup (filosofi) sansiotte sampate-pate, suirene suwaide, yang masih berpengaruh sampai sekarang ini. Sejak tahun 2002 wilayah kepulauan Talaud telah dimekarkan menjadi satu Kabupaten, lepas dari Kabupaten Kepulauan Sangihe.
 
GERMITA tumbuh dari hasil penginjilan Zendeling Werkleiden atau Zendeling Werkman (Zendeling Tukang). Kedatangan para zending di Kepulauan Sangihe dan Talaud terbagi dalam dua rombongan, yaitu rombongan pertama untuk Kepulauan Sangihe, Siau dan [[Tagulandang, Kepulauan Siau Tagulandang Biaro|Tagulandang]] yang terdiri dari empat orang, yakni Carl W. L. M. Schroder, E. T. Steller, F. Kelling dan A. Grohe. Dan rombongan kedua untuk Kepulauan Talaud, yang terdiri dari lima orang pemuda, yakni A. C. Van Essen, P. Gunther, W. Richter, K. E. W. Tauffmann dan Fischer. Mereka berangkat dari negeri Belanda pada 23 November 1857 dan tiba di [[Batavia]] pada 12 April 1858. Berbeda dengan yang lainnya, Fischer kemudian harus dipanggil kembali ke Belanda karena sikapnya yang kurang selama dalam perjalanan dan harus mengembalikan ongkos perjalanannya kepada pemerintah Belanda sebanyak 536 [[Gulden]].
Menghadapi konteks yang baru tersebut, GERMITA ditantang untuk merumuskan sikap (teologis)-nya terhadap berbagai prsoalan yang ada di sekitarnya, seperti dalam relasinya dengan pemerintah/negara (politik), dengan masalah sosial, budaya, ekonomi, lingkungan hidup dan sebagainya.
 
Pada 1 Oktober 1859 tercatat dalam sejarah Kekristenan di Kepulauan Talaud adalah waktu tibanya keempat orang penginjil tukang tersebut, sehingga tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai ''Hari Pekabaran Injil di Kepulauan Talaud''. Mereka digelari “penginjil tukang” karena diperlengkapi dengan keterampilan khusus, seperti membuat sepatu dan kereta dengan sambil memberitakan Injil.
 
=== Pembentukan GERMITA ===
Karena tantangan dan pergumulan pelayanan karena luasnya wilayah yang secara geografis termasuk daerah [[Kepulauan]] dan spesifiknya persoalan yang dihadapi, maka muncul ide untuk memekarkan jemaat-jemaat GMIST di wilayah pelayanan Kepulauan Talaud menjadi satu Sinode yang berdiri sendiri agar pelayanan mudah dijangkau dan lebih efektif.
 
Konteks pelayanan GERMITA adalahresmi masyarakatdinyatakan Talaudberdiri yangsendiri secarapada geografis23 termasukOktober daerah1997 baharisebagai (kepulauan).hasil Terletakpemekaran didari bagianSinode Utara[[Gereja pulauMasehi Sulawesi,Injili berbatasanSangihe langsungTalaud]] dengan negara tetangga Philipina(GMIST). Di kepulauanKepulauan Talaud terdapat 17 pulau besar dan kecil (yang berpenghuni dan tidak berpenghuni), mempunyai tradisi budaya tersendiri, seperti: bahasa, tari-tarian, nilai-nilai solidaritas, budaya mene’e (tradisi menangkap ikan dengan menggunakan janur), memiliki sistem kepercayaan tradisional dan pandangan hidup (filosofi) sansiotte sampate-pate, suirene suwaide, yang masih berpengaruh sampai sekarang ini. Sejak tahun 2002 wilayah kepulauan[[Kabupaten Kepulauan Talaud|Kepulauan Talaud]] telah dimekarkan menjadi satu Kabupaten, lepas dari Kabupaten [[Kabupaten Kepulauan Sangihe|Kepulauan Sangihe]].
[[File:Timeline Gereja Protestan di Indonesia (GPI).png|thumb|right|upright=2.25| Linimasa kemandirian wilayah pelayanan Indische Kerk yang menghasilkan berbagai GBM dalam persekutuan penuh]]
 
=== Gereja Protestan di Indonesia ===
Karena didorong oleh rasa seazas, rasa persaudaraan dan keesaan, maka pada tahun 2002 Sinode Gereja Masehi Injili Talaud menyatakan diri bergabung menjadi bagian dari Gereja Bagian Mandiri (GBM) dalam persekutuan [[Gereja Protestan di Indonesia]] (GPI) atau Indische Kerk.
 
== Statistik ==