Gempa bumi Yogyakarta 2006: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 69:
 
Meskipun pada saat bersamaan [[Gunung Merapi]] yang juga berada di sekitar daerah tersebut sedang meletus, namun para pakar menyatakan kedua peristiwa ini tidak saling berhubungan sebagai sebuah sebab-akibat. Peningkatan aktivitas di gunung api tersebut tidak berhubungan dengan kejadian gempa. Hal ini ditunjukkan oleh tidak terdapatnya anomali aktivitas yang mencolok sesaat setelah gempa.
 
== Penanganan dan bantuan ==
Setelah peristiwa tersebut, Presiden [[Susilo Bambang Yudhoyono]] segera memerintahkan [[Panglima TNI]] [[Djoko Soeyanto|Marsekal TNI Djoko Soeyanto]] untuk mengerahkan pasukan di sekitar Yogyakarta dan sekitarnya untuk melakukan langkah cepat tanggap darurat. Rombongan presiden sendiri langsung terbang pada sorenya dan menginap malam itu juga di Yogyakarta.
 
[[Wakil Presiden Republik Indonesia|Wakil Presiden]] [[Jusuf Kalla]] mengatakan beberapa negara sudah menyatakan komitmen bantuan antara lain [[Jepang]], [[Inggris]], [[Malaysia]], [[Singapura]], [[Prancis]] serta [[UNICEF]].
 
Berbagai [[negara]] telah menawarkan bantuan, di antaranya adalah [[Britania Raya]] menyumbang sebanyak 5,6 juta [[dolar AS]], [[Australia]] 3 juta [[dolar Australia]], [[Republik Rakyat Cina|RRC]] 2 juta dolar AS, [[Amerika Serikat]] 2,5 juta dollar AS, [[Uni Eropa]] 3 juta [[euro]], [[Kanada]] 2 juta [[dolar Kanada]] dan [[Belanda]] 1 juta euro. Sementara [[Jepang]] dan [[UNICEF]] menawarkan berbagai bantuan langsung. [[Palang Merah Internasional]], [[Bulan Sabit Merah]], OXFAM dan UNICEF telah memberikan sejumlah tenda dan perbekalan darurat kepada para korban. Jepang, Singapura dan Malaysia diinformasikan akan mengirimkan tim ke wilayah bencana.
 
Sementara itu dari [[Vatikan]], [[Paus Benediktus XVI]], Sabtu, [[27 Mei]] saat sedang mengadakan lawatan ke [[Polandia]], menyampaikan duka cita mendalam kepada korban gempa bumi di Yogyakarta dan meminta agar regu penyelamat terus melakukan upaya pertolongan. Pernyataan duka cita disampaikan Paus melalui telegram kepada Sekretarisnya Kardinal Angelo Sodano.
 
Dari dalam negeri [[Palang Merah Indonesia]] memberikan respon yang cepat melalui cabang-cabangnya di tingkat kota/kabupaten terdekat. Mereka melakukan tindakan-tindakan pertolongan darurat; salah satunya dengan mendirikan [[Rumah Sakit Lapangan]] di Lapangan Dwi Windu di Bantul.
 
Tidak kalah pentingnya adalah dinamika dan empati masyarakat Yogyakarta yang membantu ke wilayah bencana. Bantuan ini terus berlangsung sampai tahap rehabilitasi dan rekontruksi dicanangkan. Sebagian besar sivitas akademika berbagai universitas juga mendirikan posko bantuan kemanusiaan. Pusat studi berbagai universitas terlibat dalam dinamika penanggulangan bencana ini. Antara lain Pusat Studi Mitigasi Bencana ITB Bandung, Pusat Studi Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta, Pusat Studi Bencana Alam UGM, CEEDED [[Universitas Islam Indonesia]].
 
== Rujukan ==