Ketelanjangan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Thidah (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan VisualEditor
Thidah (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan VisualEditor
Baris 7:
}}
 
'''Ketelanjangan''' adalah perihal '''telanjang''', yakni keadaan manusia tidak [[pakaian|berpakaian]].<ref>{{cite web|date=|title=ketelanjangan – Hasil Pencarian KBBI Daring|url=https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/telanjang|publisher=Kamus Besar Bahasa Indonesia|accessdate=17 October 2009}}</ref> Tidak mengenakai pakaian sama sekali sehingga menampakkan seluruh permukaan kulit termasuk [[Alat kelamin|kemaluan]] disebut '''telanjang bulat''' atau '''bugil'''. Tidak mengenakai pakaian atasan disebut [[telanjang dada|'''telanjang dada''']]. Secara kiasan, seseorang juga dapat dikatakan telanjang apabila tidak mengenakan perhiasan, riasan, dan lain-lain.
 
Ketelanjangan adalah hal yang biasa terjadi saat [[mandi]], bertukar pakaian, berhubungan seksual, dan terkadang saat tidur, berenang, berjemur, tindakan medis, dan lain sebagainya. Ketelanjangan juga menjadi satu tema dalam seni, fotografi, dan film.
 
Bagi manusia, ketelanjangan dapat menimbulkan perasaan menyenangkan seperti [[Libertas|perasaan bebas]] dan percaya diri, namun dapat pula menimbulkan ketidaknyamanan seperti perasaan malu. Perasaan ini bergantung pada apakah ketelanjangan itu terjadi secara sukarela atau terpaksa, juga bergantung dari didikan yang peroleh oleh seseorang sesuai dengan nilai di masyarakat.
 
== Ketelanjangan dalam sosial kebudayaan ==
Baris 15 ⟶ 17:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM 'Twee Kenyah-Dajaks met een penis-staafje de linker heeft tevens een oorbel van houtsnijwerk Borneo' TMnr 10005628.jpg|jmpl|Potret dua pemuda Dayak Kenyah, sekitar tahun 1920-an]]
 
Pada dasarnya, ketelanjangan adalah keadaan yang normal. Semua makhluk di muka bumi telanjang. Manusia telanjang sampai 170.000 tahun yang lalu. Kendati menjadi keadaan biologis yang normal, terdapat anggapan bahwa manusia dalam proses evolusinya banyak kehilangan bulurambut pada tubuhtubuhnya sehingga kebiasaan berpakaian menjadi kebutuhan pokok untuk perlindungan tubuh. Baru kemudian timbul keinginan untuk menghias diri, untuk menandai status, peran, kepemilikan, dan lain sebagainya. Dari kebiasaan berpakaian ini kemudian pandangan akan ketelanjangan menjadi beragam menurut sosial, budaya, dan etika yang berkembang dalam masyarakat.
 
Mengenakan pakaian secara eksklusif merupakan karakteristik manusia, tergantung pada pertimbangan fungsional (seperti kebutuhan akan kehangatan atau perlindungan dari berbagai unsur) dan pertimbangan sosial. Dalam beberapa situasi jumlah minimum pakaian atau pakaian tidak sama sekali dapat diterima secara sosial, sementara di lain pakaian jauh lebih diharapkan.