Jalan Tengah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tjmoel (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tjmoel (bicara | kontrib)
Baris 12:
 
{{cquote|''Dua hal yang berlebihan (extrim) ini, O, para Bhikkhu, tidak patut dijalankan oleh mereka yang telah meninggalkan rumah untuk menempuh kehidupan tak berkeluarga. <br> Menuruti kesenangan hawa nafsu yang rendah (kāmasukhallikānuyoga), yang tidak berharga dan tidak berfaedah, biadab, duniawi; atau melakukan penyiksaan diri ''(attakilamathānuyoga)'', yang menyakitkan, tidak berharga dan tidak berfaedah''.<br>
''Setelah menghindari kedua hal yang berlebih-lebihan ini, O, para Bhikkhu, Jalan Tengah (Majjhima patipada) yang telah sempurna diselami oleh Tathagata, yang membukakan Mata Batin ''(Cakkhu karani), ''yang menimbulkan Pengetahuan ''(Ñana karani), ''yang membawa Ketentraman ''(Upasamaya), ''Kemampuan Batin luar biasa ''(Abhiññaya), ''Kesadaran Agung'' (Sambodhaya), ''Pencapaian Nibbana'' (Nibbanaya).<br> ''Apakah, O para Bhikkhu, Jalan Tengah yang telah sempurna diselami Tathagata, yang membukakan Mata Batin, yang menimbulkan Pengetahuan, yang membawa Ketentraman, Kemampuan Batin luar biasa, Kesadaran Agung, Pencapaian Nibbana itu? Tiada lain Jalan Utama Berunsur Delapan.''
Tiada lain Jalan Utama Berunsur Delapan.''
|4=[[Dhammacakkappavattana Sutta]]
|5=<ref>Dhammacakkappavattana Sutta - Samyutta Nikaya 56.11 - yang merupakan khotbah pertama Sang Buddha, setelah mencapai pencerahan sempurna, dihadapan lima orang bhikkhu ((Assajji, Vappa, Bhadiya, Kondañña, Mahanama)</ref>}}
 
Dengan Demikiandemikian, guna pencapaian [[Nibbana]] (Pali; Sansekerta : [[Nirwana]]), Jalan Tengah mencakup:
* Menjauhkan diri dari nafsu duniawi dan penyiksaan diri
* memupuk kesatuan tindakan "benar" yang dikenal pula dengan sebutan Jalan Utama Berunsur Delapan.
 
Dalam ceramah ini, [[Sang Buddha]] mengenali Jalan Tengah sebagai suatu jalan untuk "mereka yang berkeinginan untuk meninggalkan kehidupan awam" (Pali: ''pabbajitena'') walaupun penganut [[Agama Buddha]] biasa dapat pula menerapkan petunjuk ini dalam kehidupan mereka.
 
Berdasarkan nasihat Sang Buddha terhadap "kegemaran akan kesenangan indryawi" (Pali: ''kāmesu kāma-sukha-allika''), bhikkhu [[Rewata Dhamma|Dr. Rewata Dhamma]] menuliskan:
 
{{cquote|''... pelatihan semacam ini berhubungan dengan cara 'hidup perkotaan', yang menerima kesenangan indriyawi sebagai faktor tertinggi kebahagiaan; semakin tinggi kegemaran, semakin bahagia ....''<br><br>
Berdasarkan nasihat Sang Buddha terhadap "kegemaran akan kesenangan indryawi" (Pali: kāmesu kāma-sukha-allika), bhikkhu Dr. Rewata Dhamma menuliskan:
''Sang Buddha mengajarkan bahwa kegemaran akan kesenangan indriawi bukanlah pelatihan bagi yang tercerahkan, mereka yang terhormat ''(ariya). ''Para Ariya yang menjalani kehidupan duniawi tidak memiliki keterikatan akan obyek indriawy. Sebagai contoh, pada tingkatan pertama dalam hidupan mulia, sotapanna, atau pemenang arus, belum lagi mengalahkan nafsu atau hasrat. Pengertian pada tahap awal akan kegemaran jasmani yang masih ditoleransi (sukhasaññā) masih lemah. Akan tetapi, seorang pemenang arus tidak akan merasa perlu untuk menggemari keinginan duniawi''.<ref> {{eng}} Dhamma (1997), p. 25. </ref>
{{cquote|... pelatihan semacam ini berhubungan dengan cara 'hidup perkotaan', yang menerima kesenangan indriyawi sebagai faktor tertinggi kebahagiaan; semakin tinggi kegemaran, semakin bahagia ....<br><br>
Sang Buddha mengajarkan bahwa kegemaran akan kesenangan indriawi bukanlah pelatihan bagi yang tercerahkan, mereka yang terhormat (ariya). Para Ariya yang menjalani kehidupan duniawi tidak memiliki keterikatan akan obyek indriawy. Sebagai contoh, pada tingkatan pertama dalam hidupan mulia, sotapanna, atau pemenang arus, belum lagi mengalahkan nafsu atau hasrat. Pengertian pada tahap awal akan kegemaran jasmani yang masih ditoleransi (sukhasaññā) masih lemah. Akan tetapi, seorang pemenang arus tidak akan merasa perlu untuk menggemari keinginan duniawi.<ref> {{eng}} Dhamma (1997), p. 25. </ref>
|4=
|5=}}