Persatuan Tarbiyah Islamiyah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
Baris 148:
Pada Mei 1950, Partai Islam PERTI mengadakan kongres ke-VI di Bukittinggi. Kongres tersebut menetapkan Buya Sirajuddin Abbas sebagai ketua dewan partai tertinggi (DPT), Buya Rusli Abdul Wahid menjadi ketua umum dewan pengurus pusat (DPP) dan Syekh Sulaiman Ar-Rasuli sebagai ketua majelis penasihat pusat (MPP). Selain itu juga diputuskan memindahkan kantor pusat PERTI dari Bukittinggi ke Jakarta. Pada 1950, Partai Islam PERTI mencatat memiliki 1.007.400 orang anggota.{{sfn|Kementerian Penerangan RI|1951|pp=72-73}}{{sfn|Cribb|Kahin|2004|p=340}}
Bulan Agustus 1953, PERTI melaksanakan kongres ke-VII di Jakarta. Pada 30 Agustus 1953, Partai Islam PERTI bersama [[Partai Nahdlatul Ulama]] (NU) dan [[Partai Syarikat Islam Indonesia]] (PSII) membentuk [[Liga Muslimin Indonesia]] yang kemudian diketuai oleh [[Wahid Hasyim|Abdul Wahid Hasyim]]. Piagam peresmian Liga Muslimin Indonesia ini ditandatangani oleh Wahid Hasyim (Ketua Umum PBNU), [[Abikoesno Tjokrosoejoso]] (Ketua Umum PSII) dan Sirajuddin Abbas (Ketua Dewan Partai Tertinggi/''Hoofdbestuur'' PERTI). Hadir juga [[Daftar Perdana Menteri Indonesia|Perdana Menteri]] [[Wilopo]]. Kemudian turut bergabung dua organisasi Islam dari [[Sulawesi]] yaitu [[Darud Da'wah wal Irsyad]] dan Persyarikatan Tionghoa Islam Indonesia.
Pada bulan Agustus 1955, PERTI melaksanakan kongres ke-VIII di Jakarta. Selain membahas persiapan [[Pemilihan Umum 1955]], kongres tersebut juga memutuskan merubah nama PERPINDO menjadi [[Pemuda Islam]] (PI). Dalam Pemilu 1955, Partai Islam PERTI berhasil meraih 483.014 suara sehingga mendapatkan empat kursi [[DPR-RI]] dan tujuh kursi [[Konstituante]]. Empat kursi DPR-RI yang dimiliki PERTI saat itu terdiri dari Buya Sirajuddin Abbas (Ketua [[Fraksi]]), [[Nyak Diwan|Tgk. Nyak Diwan]] (Sekretaris Fraksi), Buya Rusli Abdul Wahid dan [[Ma'rifat Mardjani|Buya Ma'rifat Mardjani]].{{sfn|Parlaungan|1956|p=391-395}} Sedangkan tujuh kursi Konstituante dari PERTI terdiri dari Syekh Sulaiman ar-Rasuli,<ref>{{cite web|url=https://www.konstituante.net/id/profile/PERTI_sulaiman_ar_rasuli|title=Profil Anggota: Sjech Sulaiman Ar-Rasuli|last1=Hidayat|first1=Syahrul|last2=Fogg|first2=Kevin W.|date=1 Januari 2018|website=Konstituante.Net|access-date=8 Februari 2023}}</ref> [[Hasan Krueng Kale|Syekh H. Muhammad Hasan Krueng Kale]],<ref>{{cite web|url=https://www.konstituante.net/id/profile/PERTI_hasan_krueng_kale|title=Profil Anggota: Hadji Hasan Krueng Kale|last1=Hidayat|first1=Syahrul|last2=Fogg|first2=Kevin W.|date=1 Januari 2018|website=Konstituante.Net|access-date=8 Februari 2023}}</ref> [[Mansur Dt. Nagari Basa|H. Mansur Dt. Nagari Basa]],<ref>{{cite web|url=https://www.konstituante.net/id/profile/PERTI_mansur_dt_nggari_basa|title=Profil Anggota: H. Mansur Dt. Nggari Basa|last1=Hidayat|first1=Syahrul|last2=Fogg|first2=Kevin W.|date=1 Januari 2018|website=Konstituante.Net|access-date=8 Februari 2023}}</ref> Hj. Syamsiyah Abbas,<ref>{{cite web|url=https://www.konstituante.net/id/profile/PERTI_nj_sjamsijah_abbas|title=Profil Anggota: Ny. Hj. Sjamsijah Abbas|last1=Hidayat|first1=Syahrul|last2=Fogg|first2=Kevin W.|date=1 Januari 2018|website=Konstituante.Net|access-date=8 Februari 2023}}</ref> [[Umar Bakri|H. Umar Bakri]],<ref>{{cite web|url=https://www.konstituante.net/id/profile/PERTI_umar_bakry|title=Profil Anggota: H. Umar Bakry|last1=Hidayat|first1=Syahrul|last2=Fogg|first2=Kevin W.|date=1 Januari 2018|website=Konstituante.Net|access-date=8 Februari 2023}}</ref> [[Tengku Bay|Tengku Bay bin Mahmud]],<ref>{{cite web|url=https://www.konstituante.net/id/profile/PERTI_tengku_bay|title=Profil Anggota: Tengku Bay|last1=Hidayat|first1=Syahrul|last2=Fogg|first2=Kevin W.|date=1 Januari 2018|website=Konstituante.Net|access-date=8 Februari 2023}}</ref> dan H. Asymawi<ref>{{cite web|url=https://www.konstituante.net/id/profile/PERTI_asjmawi|title=Profil Anggota: H. Asjmawi|last1=Hidayat|first1=Syahrul|last2=Fogg|first2=Kevin W.|date=1 Januari 2018|website=Konstituante.Net|access-date=8 Februari 2023}}</ref>.
Baris 154:
Dalam perjalanannya pada 20 Juli 1957, Syekh Sulaiman ar-Rasuli meminta di ''PAW'' dan kemudian digantikan oleh Kuasini Sabil.<ref>{{cite web|url=https://www.konstituante.net/id/profile/PERTI_kuasini_sabil|title=Profil Anggota: Kuasini Sabil|last1=Hidayat|first1=Syahrul|last2=Fogg|first2=Kevin W.|date=1 Januari 2018|website=Konstituante.Net|access-date=8 Februari 2023}}</ref> Dua tokoh pemimpin PERTI juga pernah dipercaya menjabat menteri negara pada masa pemerintahan [[Soekarno]]. Kedua ulama tersebut adalah Sirajuddin Abbas sebagai Menteri Keselamatan Negara RI dalam [[Kabinet Ali Sastroamidjojo I]] dan Rusli Abdul Wahid sebagai Menteri Negara Urusan Umum dalam [[Kabinet Ali Sastroamidjojo II]].<ref name="per1" />
Kongres ke-IX yang berlangsung di Jakarta pada tanggal 13 - 20 Januari 1962 menetapkan Buya Sirajuddin Abbas sebagai Ketua Umum Partai Islam PERTI (merangkap Ketua Dewan Partai Tertinggi) dan Teungku Nyak Diwan sebagai Sekretaris Umum. Selain itu juga dibentuk beberapa organisasi karya Partai Islam PERTI seperti [[Kesatuan Mahasiswa Tarbiyah Islamiyah|Gerakan Mahasiswa Islam Indonesia]] (GERMAHI). Pasca [[G30S/PKI]] [[1965]], Sirajuddin Abbas yang saat itu berada di [[Uni Soviet]] dicurigai mendukung [[komunisme]] dan kemudian bersama Tgk. Nyak Diwan diamankan sementara oleh pihak militer. Hal tersebut membuat Rusli Abdul Wahid memutuskan mengambil secara penuh kepemimpinan Partai Islam PERTI serta mendapuk dirinya sebagai ketua dewan partai tertinggi / ketua majelis syura ''(rais aam/hoofdbestuur)'' sekaligus ketua umum (''tanfidziyah/voorzitter'').
Kongres ke-X tanggal 27 Agustus sampai 4 September 1966 menetapkan Rusli Abdul Wahid sebagai ''Rais Aam'' Majelis Syura P.I. PERTI dan Buya [[Rusli Halil]] sebagai Ketua DPP P.I. PERTI. Keputusan ini menimbulkan sengketa di dalam Partai Islam PERTI antara kubu Rusli Abdul Wahid dengan kubu Sirajuddin Abbas.{{sfn|Koto|2012|p=49-52}} Syekh Sulaiman ar-Rasuli akhirnya mengeluarkan seruan agar kembali ke ''Khittah 1928'' pada 1 Maret 1969, yakni Persatuan Tarbiyah Islamiyah sebagai organisasi pendidikan dan dakwah Islam yang nonpolitik. Walaupun seruan tersebut sudah disampaikan, namun perpecahan tetap tak terelakkan pada zaman [[Orde Baru]].{{sfn|Koto|2012|p=53}}
|