Watu Mpogaa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Toposopamona (bicara | kontrib)
Legenda dan Tradisi: Merapikan halaman dan menambahkan beberapa item[[
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Toposopamona (bicara | kontrib)
Penelitian: Menambahkan isi konten
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 27:
 
==Penelitian==
 
Batu Menhirmenhir Watu Mpogaa (Watu Mpoga'a) hasil temuan peneliti dari [[Eropa]] adalah berhubungan dengan penyebaran orang [[Suku Toraja|Toraja]] dari asalnya di wilayah [[Sulawesi Selatan]] ke beberapa wilayah di [[Sulawesi]] khususnya di wilayah [[Sulawesi Tengah|Sulawesi bagian tengah (midden celebes)]]<ref>WATU MPOGAA, halaman 127. [https://archive.org/details/in.ernet.dli.2015.54934]</ref>, dan Watu Mpoga'a merupakan batu tegak atau menhir yang berjenis batuan monolit yang biasa dipakai oleh umat kristen di [[Kabupaten Poso|Poso]] dan juga wilayah Lore, Menhir Watu Mpoga'a yang pernah diteliti oleh [[Reinder Fennema]] seorang ahli pertambangan dan geologi, insinyur kepala untuk pertambangan [[Hindia Belanda]], dan juga [[Walter Kaudern]] seorang [[etnografi|etnografer]] [[Swedia]], melalui catatan perjalanannya yang berjudul '' Migration of Toradja in Central Celebes ''<ref>Migration of Toradja in Central Celebes (1925), download di => [https://archive.org/details/in.ernet.dli.2015.54934]</ref> (yang diterbitkan tahun 1925).
 
Walter Kaudern menyebutkan bahwa asal usul penduduk Desa Pamona adalah berasal dari 7 wilayah yang diteliti oleh A.C.Kruyt melalui Batu Menhir Watu Mpogaa<ref>VEIRSPRIDING DE TORADJA VAN DE POSO-TODJO GROUPEN, De Bare'e-Sprekende de Toradja Van midden celebes jilid 1 halaman 5, [https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?identifier=MMKB18A%3A025970000%3A00005&query=De%20toradja%20in%20midden&coll=boeken&fbclid=IwAR0btDEc-nfhXcnKUEPlg1yLbv6y1IjYSvjKygXULMLSyXkTVFvwEqVp918],</ref>, dan kemudian disimpulkan oleh Walter Kaudern yang '''tidak menemukan Batu Menhir yang lain di wilayah [[Kerajaan Tojo|Grup Poso-Tojo]] selain di bekas Desa Pamona yaitu Menhir Watu Mpogaa''', dan Menhir Watu Mpogaa juga termasuk juga wilayah [[Toraja Koro|Koro Toradja]] (Landschap Lore & ToWotoe) yaitu 3 batu, dan Paloe Toradja 2 batu, sementara Poso Toradja adalah 2 batu, sehingga sebagai perbandingan penelitian oleh A.C.Kruyt dari Belanda dan W. Kaudern dari Swedia yang keduanya berbeda negara berkesimpulan bahwa bekas desa pamona diakui kebenarannya, sedangkan penduduk To Lamusa di Lamusa sebelum pemerintah [[Hindia Belanda]] datang ke Poso- Todjo tidak diakui kebenarannya.
Baris 42 ⟶ 43:
===Penolakan istilah Toraja di Sulawesi===
 
[[Bugis]] dan To Luwu adalah masyarakat yang pertama kali menolak penyebutan Toraja untuk [[Umat Kristen]] di [[Sulawesi Selatan]], dan hal tersebut diakui oleh Makkole dan Maddika Luwu saat itu, dan juga karena wilayah yang dihuni [[Suku Toraja]] adalah wilayah [[Kerajaan Luwu]] yang mana wilayah kerajaan Luwu mulai dari Selatan, Pitumpanua ke utara [[Kerajaan Mori|Morowali]]<ref>KEDATUAN LUWU WILAYAHNYA HANYA SAMPAI KE MOROWALI, KABUPATEN POSO, SULAWESI TENGAH. [https://portal.luwukab.go.id/blog/page/sejarah].</ref>, dan dari Tenggara Kolaka (Mengkongga) sampai ke seluruh wilayah [[Suku Toraja|Tana Toraja]], oleh karena itu To Luwu menolak terhadap istilah Toraja (Toradja) untuk penyebutan [[Umat Kristen]] di [[Sulawesi Selatan]].
 
Penolakan atas istilah Toraja inilah yang membuat ragu masyarakat [[Sulawesi]] pada saat terjadi gerakkan Monangu Buaya oleh Kerajaan Luwu, karena bunyi dari Monangu Buaya adalah sangat bertentangan dengan penolakan istilah Toraja (Toradja) yang terjadi di [[Sulawesi Selatan]] dan [[Sulawesi Tengah]], karena bunyi dari Monangu Buaya (Monangu Buaja) adalah "Semua [[Suku Toraja]] (Toradja-Stammen) dan [[Umat Kristen]] di [[Grup Poso-Tojo|Tana Poso]] harus mendukung semua Budaya [[Kerajaan Luwu|Luwu]] termasuk Monangu Buaya", dan itu sangat tidak mungkin terjadi dimana sedang terjadi salah paham dan "pengusiran" antara pihak masyarakat [[Kerajaan Luwu|Sulawesi Selatan]] yang menentang istilah Toraja ciptaan misionaris Belanda dan Budaya Luwu Monangu Buaya yang didukung misionaris Belanda dengan kata lain sedang terjadi permusuhan antara masyarakat [[Sulawesi Selatan]] dengan pihak misionaris Belanda, sehingga semua masyarakat [[Sulawesi]] berkesimpulan bahwa gerakan menarik upeti Monangu Buaya (Monangu Buaja; krokodilzwemmen)<ref>Sumber buku "POSSO" LIHAT & DOWNLOAD HALAMAN 151: