Pemberontakan di Pantai Barat Sumatra (1841): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib) |
OrophinBot (bicara | kontrib) |
||
Baris 20:
== Latar belakang ==
Setelah berakhirnya [[Perang Padri]], [[Tuan Gadang]] yang sebelumnya telah diangkat menjadi ''Regent'' oleh Belanda menggantikan [[Sultan Tangkal Alam Bagagar]] meminta untuk diakui sebagai [[Raja Pagaruyung]] ditolak oleh pemerintah [[Hindia Belanda]].<ref>Christine E. Dobbin, (1992), ''Kebangkitan Islam dalam ekonomi petani yang sedang berubah: Sumatra Tengah, 1784-1847'', Inis, ISBN 979-8116-12-7.</ref> Ketidakpuasan ini ditambah dengan adanya perubahan administrasi di [[Minangkabau]] serta penerapan [[cultuurstelsel]] menjadi pemicu munculnya perlawanan rakyat terhadap pemerintah [[Hindia Belanda]].<ref>Zulqaiyyim, (1997), ''Peristiwa Batipuh tahun 1841: suatu studi kasus tentang gerakan sosial di
Pemberontakan ini banyak sebabnya, salah satu dari sebabnya ialah pemerintah yang sewenang-wenang dari Pemerintah Hindia Belanda yang memaksa rakyat untuk menanam [[Kopi di Indonesia|kopi]] dengan tiada hentinya, dan menjual buahnya dengan harga yang murah.<ref>{{Cite book|last=Radjab|first=Muhammad|date=2019|title=Perang Padri di Sumatera Barat (1803 - 1838)|location=Jakarta|publisher=Balai Pustaka|isbn=978-602-481-232-4|pages=424|url-status=live}}</ref>
|