Soeman Hasiboean: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib)
OrophinBot (bicara | kontrib)
Baris 55:
Setelah [[Konferensi Meja Bundar]] pada 1949, Soeman dipanggil ke Pekanbaru dan diangkat menjadi kepala cabang regional dari [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Indonesia)|Departemen Pendidikan dan Kebudayaan]]. Tugas utamanya adalah mendirikan dan menyusun kembali sistem pendidikan di Riau setelah tiga tahun pendudukan dan empat tahun revolusi. Laci-laci digunakan untuk kayu bakar, bangunan-bangunan sekolah digunakan sebagai tempat untuk berlindung dari pasukan musuh, dan sebagian besar penduduk tidak dapat menghadiri kelas secara giat. Selain itu, departemen tersebut tidak memiliki dana yang cukup untuk mendukung pembangunan kembali. Pada tiga tahun berikutnya, Soeman memimpin proyek-proyek [[kerja komunal]] yang didedikasikan untuk memulihkan fasilitas pendidikan Riau dan meraih bantuan sukarela dari masyarakat.{{sfn|Kasiri|1993|pp=101–102}}
 
Peristiwa tersebut disusul oleh periode pembangunan infrastruktur pendidikan lanjutan. Untuk membantu para guru SD melanjutkan pendidikan mereka, Soeman mengambil gambar dalam pendirian sebuah SMP swasta pada 1953.{{efn|Sebagian besar guru hanya menempuh pendidikan tingkat SD {{harv|Kasiri|1993|p=102}}.}} Pada tahun berikutnya, ia membantu pendirian SMA Setia Dharma, SMA pertama di Riau. Menteri Pendidikan [[Mohammad Yamin]] menghadiri acara pembukaannya, dimana Soeman membandingkan situasi di Riau dengan Aceh dan SumatraSumatera Utara dan menyatakan bahwa orang-orang di Riau seolah-olah dianaktirikan. Ia meminta Yamin untuk mengirimkan guru-guru pemerintah untuk mendukung Setia Dharma. Meskipun Yamin keberatan dengan permintaan Soeman dan tidak mengirimkan satu pun guru ke Setia Dharma, ia memerintahkan sebuah SMA negeri dibuka di Riau.{{sfn|Muhammad|2002|pp=201–202}}
 
Soeman melanjutkan bekerja untuk mendirikan sekolah-sekolah baru di Riau. Pada akhir 1950an, melihat berkembangnya sekolah-sekolah dari organisasi [[Kekristenan di Indonesia|Kristen]], Soeman, dengan bekerja dengan Muslim lainnya di Riau, mulai mendirikan sekolah-sekolah Islam pada tingkat TK, SD, SMP, dan SMA. Pada 1961, Gubernur Riau [[Kaharuddin Nasution]] mengundang Soeman dan mengajaknya untuk bergabung dengan Badan Pemerintah Harian{{efn|Fungsinya sama dengan Badan Perwakilan Regional.}} dari pemerintah provinsi.{{efn|Setelah kemerdekaan Indonesia, Riau menjadi bagian dari Provinsi Sumatra Tengah. Sutradara Tengah terbagi dalam tiga provinsi ([[Sumatera Barat]], [[Jambi]], dan Riau) di bawah hukum No. 61 1958.}} Ia dan Yayasan Pendidikan Islam bekerja dengan pemerintah untuk mendirikan [[Universitas Islam Riau]].<ref>{{harvnb|Muhammad|2002|p=202}}; {{harvnb|Kasiri|1993|pp=104–105}}.</ref> Soeman menghadiri acara pembukaan formal-nya 1962.{{sfn|Kasiri|1993|p=105}}