Trimurti: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
mengembangkan artikel dengan menambahkan konten dan rujukan |
||
Baris 14:
{{ubl|[[Saraswati]] (Sakti atau Istri dari Dewa Brahma)|[[Lakshmi]] (Sakti atau Istri dari Dewa Wisnu)|[[Parvati]] (Sakti atau Istri dari Dewa Siwa)}}
| mount = {{ubl|[[Hamsa (burung)|Hamsa]] (Wahana dari Dewa Brahma)|[[Garuda]] (Wahana dari Dewa Wisnu)|[[Nandi (bull)|Nandi]] (Wahana dari Dewa Siwa)}}
}}[[Berkas:Brahma Vishnu Mahesh.jpg|jmpl|ka|250px|Trimurti]]'''Trimurti''' adalah konsep ketuhanan dalam [[agama Hindu]] di [[Jawa|Pulau Jawa]] dan [[Pulau Bali]] yang meyakini adanya tiga [[dewa]] tertinggi dengan tiga tugas yang berbeda. Ketiga dewa ini ialah [[Brahma]] sebagai pencipta, [[Wisnu]] sebagai pemelihara, dan [[Siwa]] sebagai pengembali ciptaan ke asalnya.
== Sejarah ==
Pada abad ke-10 Masehi, terjadi konflik antara puluhan [[sekte]] agama Hindu di Pulau Bali. Konflik ini berusaha diselesaikan oleh [[Udayana|Prabu Udayana]] dan [[Mahendradatta]] dengan mengundang [[Mpu Kuturan]] ke Pulau Bali. Penataan atas puluhan sekte kemudian dilakukan oleh Mpu Kuturan sehingga terbentuk satu sekte yakni Sekte Tri Murti dengan ideologi struktur yang terdiri dari tiga hal. Sekte Tri Murti didirikan di Pura Samuan Tiga, [[Kabupaten Gianyar]]. Ideologi ini kemudian membentuk konsep Trimurti pada umat Hindu di Pulau Bali.<ref>{{Cite book|last=Pageh|first=I Made|url=https://cdn.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2023/01/18062644/4-Orasi-Ilmiah-Prof.-Dr.-Drs.-I-Made-Pageh-M.Hum_.pdf|title=Indigenous Knowledge History and Living Museum: Kajian Kritis Sejarah Keberagaman Nara Bali Dwipa Kontemporer|publisher=Program Studi Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha|pages=22|url-status=live}}</ref>
== Kedudukan ==
Paham Trimurti dilandasi oleh keyakinan bahwa [[Tuhan]] ada dalam bentuk [[pribadi]]. Keyakinan ini dikenal dengan nama Saguna Brahman. Panca Sradha yang berisi ajaran mengenai keberadaan Tuhan memberikan sifat materalisme yang cenderung naturalisme dalam ajaran Hindu. Sehingga ketuhanan dalam agama Hindu bersifat politeisme dengan banyak dewa. Namun Panca Sradha mengajarkan adanya peringkat menuju Tuhan yang disebut moksa. Sehingga terbentuk keyakinan bahwa ada dewa yang menjadi sumber kekuatan yang kemudian dikenali sebagai Trimurti.<ref>{{Cite book|last=Khotimah|date=2013|url=https://repository.uin-suska.ac.id/10371/1/Agama%20Hindu.pdf|title=Agama Hindu dan Ajaran-Ajarannya|location=Pekanbaru|publisher=Daulat Riau|isbn=979-3757-19-1|pages=41|url-status=live}}</ref>
== Tiga Dewa ==
Trimurti merupakan ajaran agama Hindu mengenai cara penganutnya untuk mengenal Tuhan. Penggambaran Tuhan dengan Trimurti disertai dengan [[deskripsi]].<ref>{{Cite book|last=Lubis|first=Dahlia|date=November 2019|url=http://repository.uinsu.ac.id/8473/1/9.%20BUKU%20ALIRAN%20KEPErcayaan%20final%20cetak.pdf|title=Aliran Kepercayaan/ Kebatinan|location=Medan|publisher=Perdana Publishing|isbn=978-623-7160-60-1|pages=53|url-status=live}}</ref> Dalam Trimurti terdapat dewa-dewa yang lebih berkuasa dibandingkan dengan dewa-dewa lainnya. [[Kekuasaan]] ini diperoleh melalui perbedaan kekuatan dan kemampuan dari para dewa.<ref>{{Cite book|last=Kasno|date=2018|url=http://repository.uinsa.ac.id/id/eprint/1155/1/Kasno_Filsafat%20Agama.pdf|title=Filsafat Agama|location=Surabaya|publisher=Penerbit Alpha|isbn=978-602-6681-18-8|editor-last=Salsabila|editor-first=Intan|pages=37|url-status=live}}</ref> Para dewa yang termasuk dalam Trimurti ialah [[Brahma]], [[Wisnu]] dan [[Siwa]]. Ketiga pribadi dewa ini terpisah karena tugasnya berbeda berkaitan dengan atribut sebagai Tuhan. Namun esensi dari ketiga dewa ini bersifat esa.<ref>{{Cite book|last=Sulasman, dkk.|date=2017|url=https://etheses.uinsgd.ac.id/39264/1/sukapura%20romawi%20dan%20isi.pdf|title=Islamisasi di Tatar Sunda: Era Kerajaan Sukapura|publisher=Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia|editor-last=Yunani|editor-first=Ahmad|pages=116-117|url-status=live}}</ref>
=== Brahma ===
Dalam Trimurti, Brahma berperan sebagai dewa pencipta. Ia diyakini memiliki dua istri yakni [[Saraswati|Dewi Saraswati]] dan Gayatri. Brahma digambarkan memiliki senjata berupa usur, bajra, gada, dan panah. Simbol huruf untuk Dewa Brahma ialah Ang atau A. Sementara simbol warna untuk Dewa Brahma adalah merah.{{Butuh rujukan}}
=== Wisnu ===
Dalam Trimurti, Wisnu berperan sebagai dewa pemelihara. Ia diyakini memiliki dua istri yakni [[Laksmi]] dan Kamajaya. Wisnu digambarkan memiliki senjata berupa [[cakram]] dan cakra sudarsana. Simbol huruf untuk Dewa Wisnu ialah Ong atau U. Sementara simbol warna untuk Dewa Wisnu adalah hitam.{{Butuh rujukan}}
=== Siwa ===
Dalam Trimurti, Siwa berperan sebagai dewa pelebur. Ia diyakini memiliki dua istri yakni [[Durga|Dewi Durga]] dan [[Parwati|Dewi Parvati]]. Siwa digambarkan memiliki senjata berupa [[trisula]]. Simbol huruf untuk Dewa Siwa adalah Mang atau M. Sementara simbol warna untuk Dewa Siwa adalah panca warna.{{Butuh rujukan}}
== Persimbolan ==
=== Porosan dalam daksina ===
Fungsi pencipta, pemelihara da pengembali ke asalnya dalam Trimurti disimbolkan dalam beberapa bentuk. Salah satunya ialah pembuatan porosan dalam [[daksina]]. Porosan merupakan suatu pemberian yang terdiri dari [[buah]], [[sirih]] dan pamor. Sifat-sifat dari Trimurti kemudian disimbolkan dengan beberapa pemberian lain. Kesuburan diwakili sifatnya dengan memberikan [[beras]]. Kesucian diwakili sifatnya dengan telur itik. Keselamatan diwakili sifatnya dengan [[tapak dara]]. Kesejahteraan diwaliki sifatnya dengan uang kepeng. Sementara kulit diwakili sifatnya dengan kulit daksina. Keberadaan daksina sendiri mewakili keberadaan Tuhan dan ciptaan-Nya.<ref name=":0">{{Cite book|last=Ardhana, I. K., dkk.|date=2020|url=http://repository.warmadewa.ac.id/id/eprint/745/1/E-Book%20Pura%20Bhinneka%20Tunggal%20Ika%20di%20Bali.pdf|title=Pura-Pura Bhinneka Tunggal Ika di Bali: Konsep, Wacana, dan Prospek Masa Depan|location=Denpasar|publisher=Pustaka Larasan|isbn=978-602-5401-69-5|editor-last=Ardhana|editor-first=I Ketut|pages=126|url-status=live}}</ref>
=== Bentuk segi ===
Trimurti juga dapat dilambangkan melalui bentuk. Brahma sebagai pencipta dilambangkan dengan bentuk segitiga. Wisnu sebagai pemelihara dilambangkan dengan bentuk [[segi empat]]. Sementara Siwa sebagai pengembali ke asalnya dilambangkan dengan bentuk [[lingkaran]].<ref name=":0" />
=== Naga ===
Naga dijadikan sebagai persimbolan Trimurti melalui tiga sifat yang berbeda. Pada [[umbul-umbul]], terdapat tiga naga yang mewakili Trimurti yakni Basuki, Anantaboga dan Taksaka. Basuki mewakili sifat tanah atau air. Anantaboga mewakili sifat api. Sedangkan Taksaka mewakli sifat angin.<ref>{{Cite book|last=Noorwatha|first=I Kadek Dwi|date=2019|url=http://repo.isi-dps.ac.id/4696/1/DUMMY%20BUKU%20SEJARAH%20DEWA%20AGUNG%20ISTRI%20KANYA%201726.pdf|title=Naratha-Kanya: Jejak Sejarah Dewa Agung Istri Kanya dan Kebangkitan Seni Kerajaan Klungkung Abad ke-19|location=Jakarta|publisher=Direktorat Sejarah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan|isbn=978-623-7092-10-0|pages=209|url-status=live}}</ref>
== Pemujaan dewa tertentu ==
Ketiga dewa dalam Trimurti disebut dengan "om" yang berasal dari gabungan tiga [[huruf]] yang mewakili masing-masing, yakni A, O, dan M. Penyebutan "om" menjadi ciri khas dari penyebutan Trimurti oleh umat Hindu di Bali.{{Butuh rujukan}}
=== Pemujaan bersama ===
Pemujaan ketiga dewa Trimurti dilakukan oleh umat Hindu di [[Pura Besakih]] yang terletak di lereng [[Gunung Agung]], [[Pulau Bali]]. Namun Pura Besakih juga menjadi pemujaan roh nenek moyang. Adanya dua fungsi pada Pura Besakih berkaitan dengan puncak Gunung Agung yang diyakini sebagai tempat tinggal Sang Hyang Tohlangkir.<ref>{{Cite book|last=Padmapuspita Y|first=Ki|date=1982|url=https://repositori.kemdikbud.go.id/12733/1/Candi%20sukuh%20dan%20kidung%20sudamala.pdf|title=Candi Sukuh dan Kidung Sudamala|publisher=Proyek Pengembangan Media Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan|editor-last=Bobin AB dan Husna|pages=4–5|url-status=live}}</ref> Umat Hindu di sekitar [[Candi Ceto]] tidak melaksanakan pemujaan Trimurti di pura keluarga seperti yang dipraktikkan di Pulau Bali.<ref>{{Cite book|last=Ardhana, I. K., dkk.|date=2019|url=http://repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/1027/1/Buku%20Dinamika%20Hindu%202019.pdf|title=Dinamika Hindu di Indonesia|location=Denpasar|publisher=Pustaka Larasan|isbn=978-602-5401-54-1|editor-last=Ardhana, I. K., dan Aswarini, N. M. F.|pages=149|url-status=live}}</ref>
=== Pemujaan Siwa sebagai Dewa tertinggi ===
Pemujaan Siwa sebagai Dewa tertinggi di antara Trimurti dipraktikkan di [[Candi Prambanan]]. Kedudukan Siwa terlihat pada bentuk candinya yang ramping dan menjulang tinggi. Bentuk candi Siwa dibuat menyerupai gunung suci tempat bersemayam para dewa dalam ajaran agama Hindu yakni [[Meru]].<ref>{{Cite book|last=Kartapranata|first=Gunawan|date=2014|title=Indonesia dalam Infografik|location=Jakarta|publisher=Kompas Media Nusantara|isbn=978-979-709-841-4|chapter=Candi Prambanan: Kemegahan Siwagrha Mataram Kuno|url-status=live}}</ref>
== Referensi ==
{{Reflist}}
== Pranala luar ==
|