Abdullah Syafi'i (GAM): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Habil Keumala (bicara | kontrib)
Menambah referensi
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 27:
Teungku Lah tidak mendapat pendidikan militer di Libya, seperti Arjuna atau Ahmad Kandang. Inilah yang membuatnya tidak begitu suka dengan penggunaan kekerasan dalam berjuang. Kekuatan senjata hanya untuk mempertahankan diri.
Teungku Lah lahir di Gampong Seuneubok Rawa, Peusangan, Bireuen, berjarak sekitar empat kilometer dari Jalan Medan-Banda Aceh, kawasan Matang Glumpang Dua, Bireuen.<ref>{{Cite web|date=2016-01-20|title=Kisah Hidup Teungku Abdullah Syafie|url=https://jumpueng.blogspot.com/2016/01/kisah-hidup-teungku-abdullah-syafie.html|website=JUMPUENG {{!}} Catatan Blogger Aceh|language=en|access-date=2023-10-09}}</ref> Jalan penghubung menuju ke gampong itu hanya tiga kilometer saja yang teraspal bagus, sementara sekitar satu kilometer lagi penuh kerikil dan berdebu. Di beberapa bagian masih terlihat bekas aspal yang mengelupas. Di kiri kanan jalan, ada bentanganareal persawahan yang luas, bersambung kawasan perbukitan yang teduh dan asri.
Teungku Lah lahir di Desa Matanggeulumpang Dua, Bireuen. Ia hanya sempat bersekolah hingga kelas tiga di Madrasah Aliyah Negeri Peusangan. Keluar dari sekolah tersebut, Teungku Lah memilih belajar agama di sejumlah Pesantren di Aceh. Teungku Lah mulai terlibat GAM pada awal 1980 (ada juga kabar yang menyebutkan, Teungku Lah bergabung dengan GAM sehari setelah Hasan Tiro memproklamirkan GAM di Gunong Halimon).
Di gampong itulah, Teungku LahAbdullah Syafie lahir. Jika merujuk keterangan yang tertulis di Desamakam MatanggeulumpangBlang DuaSukon, BireuenCubo, Pidie Jaya, beliau lahir pada 17 Oktober 1947. Sementara dalam banyak informasi di media, beliau ditulis lahir pada tahun 1952. Tidak ada yang tahu, versi mana yang benar. Tapi, adiknya, Fatimah, memiliki keterangan berbeda. Menurut dia, abangnya lahir sekitar tahun 1955.Ia hanya sempat bersekolah hingga kelas tiga di Madrasah Aliyah Negeri Peusangan. Keluar dari sekolah tersebut, Teungku Lah memilih belajar agama di sejumlah Pesantren di Aceh. Teungku Lah mulai terlibat GAM pada awal 1980 (ada juga kabar yang menyebutkan, Teungku Lah bergabung dengan GAM sehari setelah Hasan Tiro memproklamirkan GAM di Gunong Halimon).
Sebenarnya, masa muda Teungku Lah termasuk unik. Ia banyak terlihat dalam dunia teater bersama group Jeumpa. Sangat jauh dari kesan militer. Tetapi, belakangan, hal ini sangat membantu Teungku Lah dalam hal penyamaran. Mobilitas Teungku Lah tak terdeteksi. Orang Aceh menyebut Teungku Lah punya ileume peurabon (ilmu bisa menghilangkan diri).
Sebenarnya, masa muda Teungku Lah termasuk unik. Ia banyak terlihat dalam dunia teater bersama group Jeumpa. Sangat jauh dari kesan militer. Tetapi, belakangan, hal ini sangat membantu Teungku Lah dalam hal penyamaran. Mobilitas Teungku Lah tak terdeteksi. Orang Aceh menyebut Teungku Lah punya ileume peurabon (ilmu bisa menghilangkan diri).
Pada awalnya ia memimpin satu peleton dari Markas Komando Pusat Tiro. Pada Mei 1995, pasukan Teungku Lah bergabung dengan pasukan Mantri Hamid Idris yang berbasis di Geulumpang Minyeuk. Pasukan ini memiliki sekitar 15 pucuk senjata berbagai jenis dan tergolong pasukan besar GAM sebelum era reformasi.
Baris 37 ⟶ 39:
Teungku Abdullah Syafie meninggal dunia pada 22 Januari 2002 di Jiem-Jiem, Bandar Baru, Pidie dalam sebuah penyergapan oleh TNI. Sang istri (Fatimah binti Abdurrahman) dan dua pengawalnya bernama Muhammad bin Ishak dan Muhammad Daud bin Hasyim ikut tewas dalam penyerangan tersebut. Keempatnya dikuburkan di belakang rumah Teungku Lah di Cubo, Pide Jaya pada 24 Januari 2002.
Sebelum meninggal, Teungku pernah membuat wasiat, “Jika pada suatu hari nanti Anda mendengar berita bahwa saya telah syahid, janganlah saudara merasa sedih dan patah semangat. Sebab saya selalu bermunajat kepada Allah SWT agar mensyahidkan saya apabila kemerdekaan Aceh telah sangat dekat. Saya tak ingin memperoleh kedudukan apapun apabila negeri ini (Aceh) merdeka”.
 
== Referensi ==
[[Kategori:Tokoh dari Bireuen]]