Globalisasi di Korea Selatan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Darleneaudrey (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi 'Korea Selatan merupakan negara dengan perekonomian ekspor terbesar di urutan ke 5 di dunia dan ke 6 untuk kompleksitas ekonmi menurut Indeks Kompleksitas Ekonomi (IKE) dengan tujuan ekspor utama terposat di Tiongkok ($129 Miliar)<ref>[https://atlas.media.mit.edu/en/profile/country/kor/ "OEC - South Korea (KOR) Exports, Imports, and Trade Partners". ''atlas.media.mit.edu''. Retrieved 2019-06-01.]</ref> dengan total populasi 51.324.823 jiwa pada tahun 2018.<ref>"So...'
Tag: tanpa kategori [ * ] tidak menyebut judul [ * ] VisualEditor
 
AFO333 (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 40:
 
Karena mendaftar di sekolah bergengsi (SKY) sangat penting bagi siswa Korea Selatan, hal ini telah menciptakan tekanan yang luar biasa pada ujian masuk perguruan tinggi, yang dikenal sebagai Tes Kemampuan Skolastik Perguruan Tinggi (CSAT), karena semua siswa bertujuan untuk mendapatkan nilai sempurna agar dapat diterima oleh universitas kelas atas.<ref name=":4">{{Cite journal|last=Barr|first=Chris|date=2005-11|title=The Life After Death - Christian Understandings|url=http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/001452460511700205|journal=The Expository Times|language=en|volume=117|issue=2|pages=63–63|doi=10.1177/001452460511700205|issn=0014-5246}}</ref> Pemerintah menganggap CSAT sebagai acara penting, dan Badan Kepolisian Nasional ditugaskan untuk memastikan bahwa lalu lintas dan kebisingan tidak mengganggu siswa.<ref name=":4" /> Tekanan ini menyebabkan banyak siswa mencoba bunuh diri atau mempunyai pikiran untuk bunuh diri; berdasarkan survei nasional Korea Selatan, 61,4% siswa mengalami stres dan 54,4% secara khusus berada di bawah tekanan faktor pendidikan. Berdasarkan Kim dan Park (2014), pelajar di Korea Selatan memandang bunuh diri sebagai solusi permisif terkait dengan tingginya angka bunuh diri.<ref>{{Cite journal|last=Kim|first=Kristen|last2=Park|first2=Jong-Ik|date=2014-12|title=Attitudes toward suicide among college students in South Korea and the United States|url=https://ijmhs.biomedcentral.com/articles/10.1186/1752-4458-8-17|journal=International Journal of Mental Health Systems|language=en|volume=8|issue=1|doi=10.1186/1752-4458-8-17|issn=1752-4458}}</ref> Penyebab utama percobaan bunuh diri antara usia 13 dan 19 tahun adalah kinerja sekolah terkait pendidikan tinggi.<ref name=":5">{{Cite journal|last=Woosuk University|last2=Kim|first2=Seong-Eun|date=2016-11-30|title=Relation between Mental Health and Suicide Resilience among University Students in South Korea|url=http://gvpress.com/journals/IJANER/vol1_no1_2016.php|journal=International Journal of Advanced Nursing Education and Research|volume=1|issue=1|pages=105–110|doi=10.21742/ijaner.2016.1.18}}</ref> Selain itu, [[Organisasi Kesehatan Dunia]] menyatakan bahwa siswa melakukan bunuh diri karena mereka dapat mengendalikan hidup mereka.<ref>{{Cite journal|last=Ajdacic-Gross|first=Vladeta|date=2008-09-01|title=Methods of suicide: international suicide patters derived from the WHO mortality database|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2649482/pdf/07-043489.pdf/|journal=Bulletin of the World Health Organization|volume=86|issue=9|pages=726–732|doi=10.2471/BLT.07.043489}}</ref> Oleh karena itu, pemerintah melakukan tindakan reformasi untuk mengubah sistem pendidikan, seperti upaya pelarangan lembaga ekstrakurikuler yang ditentang banyak pihak. Pendekatan lain adalah dengan menerapkan jam malam dan kebijakan baru ''Sooshimojib''.<ref name=":5" /> Kebijakan ini memungkinkan siswa untuk mendaftar ke program gelar universitas berdasarkan prestasi, bakat, dan prestasi, alih-alih mempertimbangkan skor CSAT sepenuhnya.<ref name=":5" />
==Referensi==
{{reflist}}
 
[[en:Globalization in South Korea]]