Partai Komunis Indonesia: Perbedaan antara revisi
[revisi tidak terperiksa] | [revisi tidak terperiksa] |
Konten dihapus Konten ditambahkan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib) ganti parameter dissolved menjadi banned |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 33:
== Pelopor ==
[[Berkas:Henk-sneevliet.gif|jmpl|kiri|200px|Henk Sneevliet]]
[[Henk Sneevliet]] dan kaum sosialis Hindia Belanda lainnya membentuk serikat tenaga kerja di pelabuhan pada tahun 1914, dengan nama ''Indies Social Democratic Association'' (dalam bahasa Belanda: ''[[Indische Sociaal Democratische Vereeniging]]''-, ISDV). ISDV pada dasarnya dibentuk oleh 85 anggota dari dua partai sosialis Belanda, yaitu [[SDAP]] dan [[Partai Sosialis (Belanda)|Partai Sosialis Belanda]] yang kemudian menjadi SDP komunis, yang berada dalam kepemimpinan Hindia Belanda.<ref>[http://www.marxist.com/Asia/earlyPKI.html marxist.com]</ref> Para anggota Belanda dari ISDV memperkenalkan ide-ide Marxis untuk mengedukasi orang-orang Indonesia mencari cara untuk menentang kekuasaan [[Kolonialisme|kolonial]].
Pada Oktober 1915, ISDV mulai aktif dalam penerbitan surat kabar berbahasa Belanda, "''Het Vrije Woord''" (Kata yang [[Merdeka]]). Editornya adalah [[Adolf Baars]]. Pada saat pembentukannya, ISDV tidak menuntut kemerdekaan untuk Indonesia. Pada saat itu, ISDV mempunyai sekitar 100 orang anggota, dan dari semuanya itu hanya tiga orang yang merupakan warga [[pribumi Indonesia]]. Namun, partai ini dengan cepat berkembang menjadi radikal dan [[Antikapitalisme|anti kapitalis.]] Perubahan terjadi kembali,ketika Sneevliet memindahkan markas mereka dari [[Surabaya]] ke [[Semarang]] dan menarik banyak penduduk asli dari berbagai elemen seperti agamawan, nasionalis dan aktivis gerakan lainnya yang akhir-akhir ini sedang tumbuh di Hindia Belanda sejak tahun 1900. Di bawah pimpinan Sneevliet, partai ini merasa tidak puas dengan kepemimpinan SDAP di Belanda, dan yang menjauhkan diri dari ISDV dan menolak untuk bekerja sama dengan pemerintah karena menolak "berpura-pura" menjadi Dewan Masyarakat (
Di bawah kepemimpinan Sneevliet, ISDV yakin bahwa [[Revolusi Oktober]] seperti yang terjadi di [[Rusia]] harus diikuti Indonesia. Kelompok ini berhasil mendapatkan pengikut di antara tentara-tentara dan pelaut Belanda yang ditempatkan di Hindia Belanda. Dibentuklah 'Pengawal Merah' dan dalam waktu tiga bulan jumlah mereka telah mencapai 3.000 orang. Pada akhir 1917, para tentara dan pelaut itu memberontak di Surabaya di sebuah pangkalan angkatan laut utama di Indonesia saat itu, dan membentuk sebuah [[dewan soviet]]. Para penguasa kolonial menindas dewan-dewan soviet di Surabaya dan ISDV. Para pemimpin ISDV dikirim kembali ke Belanda, termasuk Sneevliet. Para pemimpin pemberontakan dari kalangan militer Belanda dijatuhi hukuman penjara hingga 40 tahun.<ref>{{cite journal|last=Nuri|first=Wasul|date=2008|title=Perseteruan Partai Masyumi dengan Partai Komunis Indonesia 1945-1960|publisher=Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta|url=http://digilib.uin-suka.ac.id/2312/|}}</ref>
Sementara itu, ISDV membentuk blok dengan organisasi anti-kolonialis [[Sarekat Islam]]. Banyak anggota SI seperti dari Surabaya, [[Semaun]] dan [[Darsono (politikus)|Darsono]] dari [[Solo]] tertarik dengan ide-ide Sneevliet. Sebagai hasil dari strategi Sneevliet akan "blok dalam", banyak anggota SI dibujuk untuk mendirikan revolusioneris yang lebih dalam Marxis-didominasi Sarekat Rakjat.<ref name="SINAGA_2">Sinaga (1960) p2</ref>
ISDV terus bekerja secara [[klandestin]]. Meluncurkan publikasi lain, ''Soeara Rakyat''. Setelah kepergian paksa beberapa kader Belanda, dalam kombinasi dengan pekerjaan di dalam [[Sarekat Islam]], keanggotaan telah berpindah dari mayoritas Belanda ke mayoritas Indonesia. Pada tahun 1919 hanya memiliki 25 anggota Belanda, dari total anggota yang kurang dari 400.{{Citation needed|date=November 2007}}
== Pembentukan dan pertumbuhan ==
Baris 48:
Pada periode menjelang kongres keenam Sarekat Islam pada tahun 1921, anggota menyadari strategi Sneevliet dan mengambil langkah untuk menghentikannya. [[Agus Salim]], sekretaris organisasi, memperkenalkan sebuah gerakan untuk melarang anggota SI memegang keanggotaan dan gelar ganda dari pihak lain di kancah [[perjuangan pergerakan indonesia]]. Keputusan tersebut tentu saja membuat para anggota komunis kecewa dan keluar dari partai, seperti oposisi dari [[Tan Malaka]] dan [[Semaun]] yang juga keluar dari gerakan karena kecewa untuk kemudian mengubah taktik dalam [[perjuangan pergerakan indonesia]]. Pada saat yang sama, pemerintah kolonial Belanda menyerukan tentang pembatasan kegiatan politik, dan Sarekat Islam memutuskan untuk lebih fokus pada urusan agama, meninggalkan komunis sebagai satu-satunya organisasi nasionalis yang aktif.<ref name="SINAGA_7">Sinaga (1960) p7</ref>
Bersama Semaun yang berada jauh di Moskow untuk menghadiri ''Far Eastern Labor Conference'' pada awal 1922, [[Tan Malaka]] mencoba untuk mengubah pemogokan terhadap pekerja pegadaian pemerintah menjadi pemogokan nasional untuk mencakup semua serikat buruh Indonesia. Hal ini ternyata gagal, Tan Malaka ditangkap dan diberi pilihan antara pengasingan internal atau eksternal. Dia memilih yang terakhir dan berangkat ke Rusia.<ref name="SINAGA_7"/>
Pada Mei 1922, Semaun kembali setelah tujuh bulan di Rusia dan mulai mengatur semua serikat buruh dalam satu organisasi. Pada tanggal 22 September, Serikat Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (''Persatuan Vakbonded Hindia'') dibentuk.<ref name="SINAGA_9">Sinaga (1960) p9</ref>
Baris 58:
== Pemberontakan 1926 ==
[[Berkas:PKI-1925-Commisariate Batavia.jpg|jmpl|250px|Pertemuan PKI di [[Batavia]] (sekarang Jakarta), 1925]]
Pada Mei 1925, Komite Exec dari Komintern dalam rapat pleno memerintahkan komunis di Indonesia untuk membentuk sebuah front [[Anti-imperialisme|anti-imperialis]] bersatu dengan organisasi nasionalis non-komunis, tetapi unsur-unsur ekstremis didominasi oleh [[Alimin]] & [[Musso]] menyerukan revolusi untuk menggulingkan pemerintahan kolonial Belanda.<ref name="SINAGA_10">Sinaga (1960) p10</ref> Dalam sebuah konferensi di [[Prambanan]], [[Jawa Tengah]], serikat buruh perdagangan yang dikontrol komunis memutuskan revolusi akan dimulai dengan pemogokan oleh para pekerja buruh kereta api yang akan menjadi sinyal pemogokan yang lebih umum dan luas untuk kemudian revolusi akan bisa dimulai. Hal ini akan mengarah pada PKI yang akan menggantikan pemerintah kolonial.<ref name="SINAGA_10"/>
Pada November [[1926]] PKI memimpin pemberontakan melawan pemerintahan kolonial di [[Jawa Barat]] dan [[Sumatera Barat]]. PKI mengumumkan terbentuknya sebuah [[republik]]. Bersama Alimin, Musso yang merupakan salah satu pemimpin PKI di era tersebut sedang tidak berada di Indonesia. Ia sedang melakukan pembicaraan dengan [[Tan Malaka]] yang tidak setuju dengan langkah pemberontakan tersebut. Pemberontakan ini akhirnya dihancurkan dengan brutal oleh penguasa kolonial. Ribuan orang dibunuh dan sekitar 13.000 orang ditahan, 4.500 dipenjara, sejumlah 1.308 yang umumnya kader-kader partai diasingkan, dan 823 dikirim ke [[Boven Digul]], sebuah kamp tahanan di [[Papua]] <ref>[http://www.independent-bangladesh.com/news/may/20/20052005ed.htm], Independent-Bangladesh.com, diakses [[28 April]] [[2008]]</ref>. Beberapa orang meninggal di dalam tahanan. Banyak aktivis politik non-komunis yang juga menjadi sasaran pemerintahan kolonial, dengan alasan menindas pemberontakan kaum komunis. Pada [[1927]] PKI dinyatakan terlarang oleh pemerintahan Belanda. Karena itu, PKI kemudian bergerak di bawah tanah.
|