Sumpah Palapa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Miminsastra (bicara | kontrib)
Tag: kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan VisualEditor pranala ke halaman disambiguasi
Miminsastra (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 36:
Pada tahun 1517, Kesultanan Demak di bawah kepemimpinan Pati Unus, penerus Raden Patah, kemudian menyerang Majapahit yang saat itu telah berpindah ibu kota di Daha (Kediri). Serbuan ini kemudian membuat perekonomian Majapahit menjadi lumpuh. Satu dekade berselang, pada tahun '''1527''', Majapahit benar-benar musnah.<blockquote>... ''Tunggalan padompo pasunda. Samangkana sira Gajah Mada mukti palapa, sawelas tahun amangkubhumi''. (Peristiwa Dompo bersamaan dengan peristiwa Sunda. Saat itulah Gajah Mada ''amukti palapa'', [setelah] sebelas tahun menjadi mangkubumi.)<ref name=":0">{{Cite book|last=Purwanto|first=Heri|year=2023|title=Pararaton: Biografi Para Raja Singhasari–Majapahit|location=Tangerang Selatan|publisher=Javanica|isbn=978-623-98438-4-7}}</ref>{{Rp|384}}</blockquote>Namun banyak yang meragukan peristiwa bubat seperti tulisan di atas. Patut dicermati bahwa ''[[Nagarakretagama]]'' yang dikarang Mpu [[Prapanca]] pada tahun 1365, dan secara luas dipandang sebagai sumber primer sejarah Majapahit, sama sekali tidak menyinggung peristiwa ini.
 
Oleh karena itu beberapa sejarawan, karena alibi menurunkan nama baik Majapahit dan menodai kekagumannya pada kerajaan tersebut mengklaim dengan semena-mena bahkan mempertanyakan keaslian ''Pararaton'', serta berpendapat secara gegabah bahwa ''Kidung Sunda'' hanyalah dianggap sebagai sebuah novel fiksi kuno dan Perang Bubat tidak pernah terjadi (?). Gejala genosida?!
 
Demi merukunkan beragam kajian ini, penting untuk dipahami bahwa ''Nagarakretagama'' adalah sebuah ''pujasastra''. Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto memaparkan di dalam Sejarah Nasional Indonesia II bahwa "peristiwa ini tampaknya sengaja dikesampingkan Prapanca karena tidak berkontribusi bagi kegemilangan Majapahit, bahkan dapat dianggap sebagai kegagalan politis [[Gajah Mada]] untuk menundukkan orang Sunda."