Gereja Santo Yosef, Meraban: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ymakarius (bicara | kontrib)
Ymakarius (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{Infobox Paroki|jurisdiction=Paroki|name=Meraban|latin=Dioecesis Ketapangensis|local=<!---- Locations ---->|country={{flag|Indonesia}}|territory=[[Kualan Hilir]] dan [[Kabupaten Ketapang]], [[Kalimantan Barat]]|province=[[Keuskupan Agung Pontianak|Pontianak]]|metropolitan=|archdeaconries=|deaneries=|subdivisions=|headquarters=Dusun Setontong, Desa Kualan Hilir, Kalimantan Barat, 78850|coordinates={{coord|-0.6117129|110.2334275}}
<!---- Statistics ---->|area_km2=|area_sqmi=|area_footnotes=|population=|population_as_of=|catholics=|catholics_percent=|parishes=|churches=|congregations=|schools=|members=<!---- Information ---->|denomination=[[Gereja Katolik Roma|Katolik Roma]]|sui_iuris_church=[[Gereja Latin]]|rite=[[Ritus Roma]]|established=19 September 2019 ({{age in years and days|2019|9|19}})|dissolved=|cathedral=[[Gereja Katedral Ketapang| Katedral St. Gemma Galgani]], [[Ketapang (kota)|Ketapang]]|cocathedral=|patron=[[Santo Yosef| Santo Yosef]]|patron_title=|priests=2|language=|calendar=|music=<!---- Current leadership ---->|parent_church=|pope={{Incumbent pope}}|patriarch=|major_archbishop=|bishop=[[Pius Riana Prapdi]]|bishop_title=|metro_archbishop=|coadjutor=|suffragans=|auxiliary_bishops=|apostolic_admin=|vicar_general=R.D. [[Laurensius Sutadi]]<ref>{{Cite web|last=admin|title=Situasi Keuskupan {{!}} Website Resmi Keuskupan Ketapang|url=https://keuskupanketapang.org/profil/situasi-keuskupan/|language=en-US|access-date=2023-03-25|archive-date=2023-06-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20230605061202/https://keuskupanketapang.org/profil/situasi-keuskupan/|dead-url=no}}</ref>|episcopal_vicar=|judicial_vicar=R.D. [[Zacharias Lintas]]|sekjen=R.D. Simon Anjar Yogatomo|archdeacons=|emeritus_bishops=[[Blasius Pujaraharja]]<br><small>(Uskup, 1979–2012)</small>
<!---- Map ---->|map=|map_size=|map_alt=|map_caption=Lokasi Paroki Santo Yosef Meraban|website={{url|https://www.parokisantoyosefmeraban.org/}}|footnotes=|alamat=Dusun Setontong, Desa Kualan Hilir|pelindung=Santo Yosef|dedicated date=9 September 2019|diocese=[[Keuskupan Ketapang|Ketapang]]|imam=2|stasi=5|pastor=RD. Zurich Arian Withosha|seniorpastor=RD. Mardianus Indra|image=FotoRomoIndraGereja depan.jpg|caption=PastorGereja Paroki Santo Yosef Meraban|img size=300px}}
 
[[Paroki]] [[Yusuf dari Nazaret|Santo Yosef]] adalah salah satu wilayah administratif ([[Hukum kanonik|Kitab Hukum Kanonik]] Gereja Katolik, kanon 515 art. 1) dibawah [[Keuskupan Ketapang]]. Dilihat dari posisi secara umum Paroki Santo Yosef berada di wilayah [[Kualan Hilir, Simpang Hulu, Ketapang|Desa Kualan Hilir]] (sebelumnya Desa Meraban), Kecamatan [[Simpang Hulu, Ketapang|Simpang Hulu]], [[Kabupaten Ketapang]], Provinsi [[Kalimantan Barat]]. Cakupan pelayanan Paroki Santo Yosef adalah Desa Kualan Hilir dan Desa [[Sekucing Kualan, Simpang Hulu, Ketapang|Sekucing Kualan]].
Baris 10:
 
Akhirnya pada tanggal 1 Januari 1955, berangkatlah Bapak Fransiskus Litan Djit, Agustinus Oyon, Hendrikus Akuh, Kondon, Soni dan Apeng ke Kualan (Meraban). Mereka berangkat dari sungai Munggu Tampui, terus ke Sungai Toyan, kemudian milir di Sungai Kapuas. Mereka melewati Kampung Baru, menyusuri Sungai Dawak, lanjut ke Kuala Labai, kemudian menyusuri Sungai Mendaok, dan akhirnya sampailah mereka ke Kuala Kualan. Karena arus sungai Kualan sangat deras, serta perahu sebagai alat transportasi yang mereka pakai menggunakan dayung, mereka mengalami perjuangan yang sangat panjang untuk sampai di Meraban. Perjalanan selama satu minggu di atas air akhirnya sampai juga di Meraban, tempat yang dituju adalah rumah Kek Belobo yang terletak di Padukuhan yang bernama Londah.
[[Berkas:Gereja depanFotoRomoIndra.jpg|jmplPastor Paroki|483x483pxjmpl]]
Apa yang diceritakan Kek Belobo benarlah adanya, keenam orang ini menyatakan tekadnya mau pindah ke Meraban (Kualan) lalu mereka mulai mencari lokasi untuk berladang, mereka pun mulai menebas dan menebang, setelah selesai mereka pulang ke Munggu Tampui lagi, untuk mengambil keluarganya masing-masing, sambil mengembalikan sampan pinjaman dari Bapak Alek. Akhirnya sampailah saatnya, “selamat tinggal Munggu Tampui, selamat tinggal sanak saudara, kampung halaman, keenam keluarga ini pergi berjuang memulai kehidupan baru di rantauan.” Keberangkatan ke enam keluarga ini tidak menggunakan sampan lagi, tapi pakai motor air kepunyaan Take Amoi dari Durian Sebatang, yang dijuragani Bapak Saujung (orang tur) dari Ismael Nonat, kebetulan saat di Meraban mereka berjanji untuk di jemput oleh Take Amoi, ongkos semua ditanggung yang penting kalau mereka berladang harus ditanami karet.