Milenialisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 182:
 
{{blockquote|[...] mendirikan, bagi suatu bangsa setua seribu tahun dengan warisan sejarah dan budaya sepurba seribu tahun, demi menyongsong masa depan nan terbentang tak terterawang di hadapannya, sebuah kota berdaya tahan seribu tahun yang sepadan kegemilangannya [...]}}
Sesudah Adolf Hitler gagal mewujudkan pemerintahan seribu tahunnya, [[Takhta Suci|Vatikan]] mengeluarkan maklumat resmi yang menegaskan bahwa pernyataan-pernyataan milenial millennial tidak dapat diajarkan tanpa menimbulkan masalah, dan bahwasanya nas-nas terkait di dalam Wahyu (disebut pula Apokalips) seharusnya dipahami dalam arti rohaniah. Sastrawan Katolik Bernard LeFrois mengemukakan di dalam bukunya sebagai berikut:
 
{{blockquote|text={{sic|Millenium}}: [...] Lantaran Jawatan Suci memaklumkan (pada tanggal 21 Juli 1944) bahwasanya tidaklah orang dapat mengajarkan tanpa menimbulkan masalah bahwa pada kedatangan-Nya yang kedua kali Kristus akan memerintah secara kasatmata bersama-sama segelintir orang saja (yang dibangkitkan dari maut) dari antara semua orang kudus-Nya sepanjang suatu masa sebelum tiba penghakiman terakhir dan menyeluruh, maka sepatutnya yang tercantum di dalam nas Wahyu 20:4–6 itu dimaknai sebagai suatu milenium rohaniah. Santo Yohanes menyajikan suatu ikhtisar sepak terjang Satan, serta pemerintahan rohaniah orang-orang kudus bersama Kristus di surga dan di dalam Gereja-Nya di muka bumi..|source=<ref>