Hamengkubuwana IX: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Taylorbot (bicara | kontrib)
satu cukup (creator/artist/age) | t=669 su=57 in=100 at=57 -- only 250 edits left of totally 308 possible edits | edr=000-0001(!!!) ovr=010-1111 aft=000-0001
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 235:
Sri Sultan bahkan menjabat sebagai Ketua Kwarnas (Kwartir Nasional) Gerakan Pramuka hingga empat periode berturut-turut, yakni pada masa bakti 1961-1963, 1963-1967, 1967-1970 dan 1970-1974. Sehingga selain menjadi Ketua Kwarnas yang pertama kali, Hamengkubuwana IX pun menjadi Ketua Kwarnas terlama kedua, yang menjabat selama 13 tahun (4 periode) setelah Letjen. Mashudi yang menjabat sebagai Ketua Kwarnas selama 15 tahun (3 periode).
 
Keberhasilan Sri Sultan Hamengkubuwana IX dalam membangun Gerakan Pramuka dalam masa peralihan dari “kepanduan” ke “kepramukaan”, mendapat pujian bukan saja dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. Dia bahkan akhirnya mendapatkan Bronze Wolf Award dari ''World Organization of the Scout Movement'' (WOSM) pada tahun 1973. Bronze Wolf Award merupakan penghargaan tertinggi dan satu-satunya dari World Organization of the Scout Movement (WOSM) kepada orang-orang yang berjasa besar dalam pengembangan kepramukaan. Atas jasa tersebutlah, Musyawarah Nasional (Munas) Gerakan Pramuka pada tahun 1988 yang berlangsung di [[Dili]] (Ibu kota Provinsi Timor Timur, sekarang negara Timor Leste), mengukuhkan Sri Sultan Hamengkubuwana IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Pengangkatan ini tertuang dalam Surat Keputusan nomor 10/MUNAS/88 tentang Bapak Pramuka.
 
== Mangkat ==
Baris 249:
Prosesi pemakaman Hamengkubuwana IX dimulai pada Sabtu, 8 Oktober 1988. Jenazah dilepas dari gerbang Magangan oleh Presiden Soeharto, Pangeran Purubojo (kakak Sultan), dan [[Hamengkubuwana X|Pangeran Mangkubumi]] (putra sulung Sultan). Iring-iringan pembawa jenazah dipimpin oleh Pangeran Yudhaningrat. Di belakang kereta pembawa jenazah, kuda kesayangan Sultan dibiarkan berjalan tanpa penunggang mengikuti iring-iringan. Sesuai dengan tradisi, kereta Kyai Rata Pralaya yang membawa jenazah Sultan Hamengkubuwana dilewatkan di antara dua beringin kembar di Alun-Alun Selatan lalu di bawah Gerbang Nirbaya keluar dari kompleks keraton.{{Sfn|Roem et al.|2011|pp=340–341}}
 
Pada pukul 15.00, iring-iringan tiba di [[Permakaman Imogiri|Astana Imogiri]], pemakaman kerajaan [[Wangsa Mataram]]. Jenazah disalatkan di [[Masjid Pajimatan Imogiri|Masjid Pajimatan]] sebelum dibawa dan dimakamkan di Astana Saptorenggo, tempat makam Sultan yang telah disiapkan sebelumnya. Pemakaman Sultan dihadiri oleh Ketua BPK [[M. Jusuf|Jenderal M. Jusuf]]; [[Edi Sudradjat|Kepala Staf Angkatan Darat]], [[Oetomo|Angkatan Udara]], dan [[Rudolf Kasenda|Angkatan Laut]]; [[Mochammad Sanoesi|Kapolri]]; serta Duta Besar AS [[Paul Wolfowitz]] dan [[Daftar duta besar Australia untuk Indonesia|Duta Besar Australia]] Bill Morrisson.{{Sfn|Roem et al.|2011|pp=341–342}}
 
== Peninggalan ==