Waktu salat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Penambahan Konten |
Penambahan Konten |
||
Baris 61:
** Guna memastikan bahwa waktu magrib benar-benar telah terjadi, hasil dari perhitungan rumus di atas biasanya ditambah 3 menit.
* Waktu Salat Subuh dan Isya memiliki rumus perhitungan yang mirip karena berdasar pada posisi matahari di bawah ufuk. Di Indonesia, terdapat dua ketetapan mengenai posisi matahari yang dijadikan patokan sebagai tanda awal memasuki waktu Subuh dan Isya, yaitu ketetapan Kemenag bahwa posisi matahari 20° di bawah ufuk timur merupakan tanda awal waktu Subuh dan posisi matahari 18° di bawah ufuk barat merupakan tanda awal waktu Isya dan ketetapan Tarjih [[Muhammadiyah]] bahwa posisi matahari 18° di bawah ufuk timur merupakan tanda awal waktu Subuh dan posisi matahari 18° di bawah ufuk barat merupakan tanda awal waktu Isya. Setiap negara mayoritas Muslim di dunia mempunyai ketetapan tersendiri terkait hal ini, tetapi [[Liga Dunia Islam]] menyepakati bahwa posisi matahari 18° di bawah ufuk timur merupakan tanda awal waktu Subuh dan posisi matahari 17° di bawah ufuk barat merupakan tanda awal waktu Isya. Oleh karena perbedaan ini, rumus yang akan dipaparkan adalah rumus yang banyak digunakan di Indonesia. Berikut rumus merupakan perhitungan waktu Subuh dan Isya berdasarkan
** Ketetapan Kemenag <math>T_{\mathsf{Subuh}} = T_{\mathsf{Zuhur}} - T(20^{\circ})</math> dan <math>T_{\mathsf{Isya}} = T_{\mathsf{Zuhur}} + T(18^{\circ})</math> ** ketetapan Tarjih [[Muhammadiyah]] <math>T_{\mathsf{Subuh}} = T_{\mathsf{Zuhur}} - T(18^{\circ})</math> dan <math>T_{\mathsf{Isya}} = T_{\mathsf{Zuhur}} + T(18^{\circ})</math>. * Waktu Salat Asar memiliki perhitungan yang berbeda karena dipengaruhi oleh panjang bayangan benda denga tinggi benda itu sendiri. Oleh karenanya, <math>n</math> menjadi panjang bayangan benda yang diperlukan dengan tinggi benda itu sendiri.
== Rujukan ==
|