Pada mulanya, nama '''Pañjalu''' pembacaan yang tepat sesuai dengan aksara adalah '''Pangjalu''' memang lebih sering dipakai daripada nama Kadiri. Hal ini dapat dijumpai dalam prasasti-prasasti yang diterbitkan oleh raja-raja Panjalu, bahkan nama Panjalu juga dikenal sebagai ''Pu-chia-lung'' di dalam [[kronik Tiongkok]] dari [[Dinasti Song]] yang berjudul ''Ling-wai-tai-ta'' ({{zh|s=嶺外代答|p=''Lĭngwài Dàidā''}}) tahun 1178 M. Sebuah kitab [[geografi]] yang ditulis pada abad ke-12 M, oleh Chou Ch'u-fei ({{zh|p=Zhōu Qùfēi}}) seorang [[birokrat]] di kota [[Guilin]], provinsi [[Guangxi|Guanxi]].<ref>https://storymaps.arcgis.com/stories/39bce63e4e0642d3abce6c24db470760</ref>
Pangjalu berasal dari kata ''Jalu'' yang memiliki arti Jantan atau Pria ([[Maskulinitasmaskulinitas]]), selanjutnya diberi unsur kata ''Pang'' yang adalah Pe, merupakan tambahan sehingga menjadi kalimat ''Pe-jantan'' dalam konteks kewilayahan istilah pejantan tersebut bermakna wilayah yang subur serta berdikari atau mandiri. Istilah Kadiri merupakan [[sinonim]] atau persamaan kata dari Pangjalu yang bermakna kemandirian. Kasus tersebut mirip dengan nama [[Majapahit]] dengan [[Wilwatikta]], dimana wilwa adalah buah [[maja]] sedangkan tikta adalah pahit.