Senapati dari Mataram: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Davy Haryatmaja memindahkan halaman Senapati dari Mataram ke Panembahan Senapati (Raden Danang Sutawijaya) |
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: Dikembalikan VisualEditor |
||
Baris 35:
| religion = [[Islam]]
}}
'''Panembahan Senapati
== Silsilah ==
Berdasarkan serat atau naskah babad seperti [[Serat Bauwarna]], [[Serat Centhini]], [[Babad Tanah Jawi]] dan beberapa naskah lainnya disebutkan bahwa Panembahan Senapati memiliki
Panembahan Senapati adalah putra sulung dari pasangan [[Ki Ageng Pamanahan]] dan Nyai Ageng Pamanahan. Ibunya adalah adik dari [[Ki Juru Martani]], yang menjadi [[patih]] pertama Mataram pada masa pemerintahannya. Sutawijaya juga pernah diambil sebagai anak angkat oleh [[Sultan Adiwijaya|Sultan Hadiwijaya]] dari [[Pajang]] karena pernikahan Adiwijaya dan istrinya sampai saat itu belum dikaruniai anak. Sutawijaya kemudian diberi tempat tinggal di sebelah utara pasar sehingga ia dikenal dengan sebutan Raden Ngabehi Saloring Pasar.
Meskipun daftar raja-raja Mataram selalu menempatkan Panembahan Senapati berada dalam urutan pertama, gelar [[sultan]] baru resmi digunakan pada tahun 1641 di masa kekuasaan cucunya, [[Anyakrakusuma]]. Sutawijaya masih mempertahankan gelar lamanya, [[panembahan]], dapat disepadankan dengan adipati atau [[kepala pemerintahan]] dalam konteks ini, gelar yang dia sandang saat masih menjadi bawahan [[Kesultanan Pajang|Kasultanan Pajang]].
== Kehidupan awal ==
Baris 48:
Menurut tradisi Jawa, [[Ki Ageng Pamanahan]], ayah Senapati, memimpin penyerangan bersama [[Ki Panjawi]] dan [[Ki Juru Martani]] dari [[Pajang]] menuju [[Demak]]. Dia membantu [[Jaka Tingkir]] dari pemberontakan [[Arya Panangsang]] atas Demak.<ref name ="Soekmono55">{{cite book | author= Soekmono | title= Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3 | publisher = Kanisius}}</ref>
Panembahan Senapati yang juga anak angkat Sultan
Ki Ageng Pamanahan berjanji setia kepada Sultan
Pada 1584, Panembahan Senapati menjadi adipati menggantikan ayahnya yang telah mangkat. Sementara itu, di Pajang sedang terjadi perebutan kekuasaan besar-besaran yang terjadi setelah Sultan
Sejak saat itu Mataram mulai melepaskan kekuasaannya dari Pajang. Di bawah Panembahan Senapati, Mataram mulai melancarkan kampanye militer melawan Pajang. Senapati memang ingin menjadikan Mataram sebagai kerajaan yang merdeka. Ia sibuk mengadakan persiapan, baik yang bersifat material ataupun spiritual. Senapati juga berani membelokkan para ''mantri pamajegan'' dari Kedu dan Bagelen yang hendak menyetor pajak ke Pajang. Para mantri itu bahkan berhasil dibujuknya sehingga berdatangan kepadanya dengan harapan dapat melemahkan Pajang. Selain itu, [[Pangeran Benawa]] kemudian bersekutu dengan Senapati, karena pemerintahan Arya Pangiri dinilai sangat merugikan rakyat Pajang. Perang antara Pajang melawan Mataram pun terjadi dengan akhir kekalahan Arya Pangiri.<ref name="graaf85" />
Baris 58:
Pangeran Benawa akhirnya diangkat menjadi Raja Pajang. Selama periode itu tidak ada putra mahkota Pajang yang menggantikan Pangeran Benawa, ia berwasiat agar Pajang bergabung dengan Mataram. Senapati ditunjuk untuk menggantikan posisinya. Pajang sendiri kemudian menjadi bawahan Mataram, dengan Pangeran Gagak Baning sebagai adipati yang tak lain adalah adik Senapati.<ref name="graaf85" />
Maka sejak tahun 1586, Senapati menjadi raja pertama Mataram bergelar [[panembahan]]. Ia tidak memakai gelar [[susuhunan]] atau [[sultan]] karena menghormati Sultan
== Kemenangan militer ==
Kampanye militer yang dilakukan Senapati setelah mangkatnya [[Sultan Adiwijaya|Sultan Hadiwijaya]] adalah pendudukan daerah-daerah ''brang wetan'' yang banyak melepaskan diri dari Pajang. Persekutuan adipati brang wetan tetap dipimpin [[Surabaya]] sebagai kadipaten terkuat. Pasukan mereka berperang melawan pasukan [[Mataram]] di [[Mojokerto]] namun dapat dipisah utusan [[Kesunanan Giri]].
Selain [[Pajang]] dan [[Demak]] yang sudah dikuasai Mataram, daerah [[Pati]] juga sudah tunduk secara damai. Pati saat itu dipimpin [[Adipati Pragola]] putra Ki Panjawi. Kakak perempuannya, Waskita Jawi menjadi permaisuri Senapati, bergelar Kanjeng Ratu Mas. Hal itu membuat Pragola menaruh harapan bahwa Mataram kelak akan dipimpin keturunan kakak perempuannya.<ref name="sosro25"/>
|