Sultan Agung dari Mataram: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 105:
 
== Silsilah ==
Nama asli dari Sultan Agung adalah Raden Mas Jatmika. Selain itu, ia juga dikenal dengan nama Raden Mas Rangsang. Dia adalah putra dari Susuhunan [[Anyakrawati]] dan Ratu Mas Adi Dyah Banawati. Ayahnya adalah raja kedua dari [[Kesultanan Mataram]]. Sedangkan ibunya adalah putri dari [[Prabuwijaya dari Pajang|Pangeran Benawa]], raja terakhir dari [[Kesultanan Pajang]].<ref>{{Cite journal|last=Hariyanto|date=2018|title=Gerakan Dakwah Sultan Agung: Arti Penting Perubahan Gelar Sultan Agung Terhadap Gerakan Dakwah di Jawa pada Tahun 1613 M - 1645 M|url=https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/bayan/article/download/3176/3007|journal=Jurnal Al-Bayan|volume=24|issue=1|pages=129-130}}</ref>
 
Nama asli dari SultanSusuhunan Agung adalah Raden Mas Jatmika. Selain itu, ia juga dikenal dengan nama Raden Mas Rangsang. Dia adalah putra dari Susuhunan [[Anyakrawati|Hanyakrawati]] dan Ratu Mas Adi Dyah Banawati. Ayahnya adalah raja kedua dari [[Kesultanan Mataram|Kasunanan Mataram]]. Sedangkan ibunya adalah putri dari [[Prabuwijaya dari Pajang|Pangeran Benawa]], raja terakhir dari [[Kesultanan Pajang]].<ref>{{Cite journal|last=Hariyanto|date=2018|title=Gerakan Dakwah Sultan Agung: Arti Penting Perubahan Gelar Sultan Agung Terhadap Gerakan Dakwah di Jawa pada Tahun 1613 M - 1645 M|url=https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/bayan/article/download/3176/3007|journal=Jurnal Al-Bayan|volume=24|issue=1|pages=129-130}}</ref>
Versi lain mengatakan bahwa Sultan Agung adalah putra Raden Mas Damar (Pangeran Purbaya), cucu [[Ki Ageng Giring]]. Dikatakan bahwa Pangeran Purbaya menukar bayi yang dilahirkan oleh istrinya dengan bayi yang dilahirkan oleh Dyah Banawati. Versi ini adalah pendapat minoritas yang kebenarannya harus dibuktikan.
 
SultanSusuhunan Agung memiliki dua permaisuri utama yang merupakan tradisi KesultananKasunanan Mataram. Kedua permaisuri ini disebut Ratu Kulon dan Ratu Wetan. Ratu Kulon merupakan putri dari sultan [[Kesultanan Cirebon]]. Sedangkan Ratu Wetan merupakan putri dari Adipati Batang sekaligus cucu [[Ki Juru Martani]].<ref>{{Cite journal|last=Jalaludin, Ghulam, Z., dan Ghofur, A.|date=2021|title=Analisis Wacana Strategi Dakwah Sultan Agung Adi Prabu Hanyokrokusumo|url=https://ejournal.iaisyarifuddin.ac.id/index.php/dakwatuna/article/download/923/440/|journal=Dakwatuna: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Islam|volume=7|issue=1|pages=64|issn=2443-0617}}</ref> Nama asli Ratu Kulon adalah Ratu Mas Tinumpak. Ia melahirkan Raden Mas Syahwawrat yang dikenal sebagai Pangeran Alit. Sedangkan nama asli dari Ratu Wetan adalah Ratu Ayu Batang. Ia melahirkan Raden Mas Sayyidin yang dikenal sebagai [[Amangkurat I]].{{Butuh rujukan}}
 
Dari permaisurinya, SultanSusuhunan Agung memiliki 9 anak :{{Butuh rujukan}}
 
Dari permaisurinya, Sultan Agung memiliki 9 anak :{{Butuh rujukan}}
# Raden Mas Syahwawrat alias Pangeran Alit
# Raden Mas Kasim alias Pangeran Demang Tanpa Nangkil I
# Pangeran Rangga Kajiwan
# Raden Bagus Rinangku
# GRAyR.Ay. Winongan
# Pangeran Ngabehi Loring Pasar
# Raden Mas Sayyidin alias Pangeran Arya Mataram (kemudian bergelar [[Amangkurat I]])
# GRAyR.Ay. Wiramantri
# Raden Mas Alit alias Pangeran Danupaya
 
== Gelar ==
=== Susuhunan ===
Di awal pemerintahannya, Raden Mas Jatmika bergelar Susuhunan AnyakrakusumaHanyakrakusuma dan dikenal juga sebagai Prabu Pandita AnyakrakusumaHanyakrakusuma. Setelah menaklukkan [[Madura]] pada tahun [[1624]], ia mengubah gelarnya sebagai ''Susuhunan Agung AdiHadi Prabu AnyakrakusumaHanyakrakusuma'' atau ''SunanSusuhunan Agung''. Gelar sultan, baru didapatkan Sunan Agung ketika ia mengirim utusannya kepada [[syarif Mekkah]].<ref name ="rick08">{{cite book|author=Ricklefs, M.C. |year=2008|title=A History of Modern Indonesia Since c. 1200|publisher=Palgrave}}</ref>
 
=== Sultan ===
Karena keberhasilanya dalam menaklukan banyak wilayah dan memenangkan pertempuran. SunanSusuhunan Agung melakukan langkah simbolisnya yaitu mengirim utusan ke [[Makkah]] untuk meminta gelar [[sultan]]. Ia tak mau kalah dengan pesaingnya. Pangeran Ratu dari Banten, raja pertama di Jawa yang menerima gelar sultan dari Makkah bergelar Sultan Abulmafakir Mahmud Abdulkadir.
 
Pada 1641, utusan SunanSusuhunan Agung tiba di Mataram, mereka menganugrahkan gelar sultan melalui perwakilan syarifSyarif Makkah, Zaid ibnu Muhsin Al Hasyimi. Gelar tersebut adalah ''Sultan Abdullah Muhammad Maulana Matarani al-Jawi'',<ref name ="rick08rick082">{{cite book|author=Ricklefs, M.C.|year=2008|title=A History of Modern Indonesia Since c. 1200|publisher=Palgrave}}</ref><ref>{{cite book|author=Ooi, Keat Gin|year=2004|title=Southeast Asia: A Historical Encyclopedia|publisher=ABC-CLIO}}</ref> disertai kuluk untuk mahkotanya, bendera, pataka, dan sebuah guci yang berisi air zamzam. Guci yang dulunya berisi air zamzam itu kini ada di makam Astana Kasultanagungan di [[Imogiri]] dengan nama Enceh Kyai Mendung.
 
'''Gelar sultan hanya digunakan selama empat tahun (1641-1645), dimulai semenjak SultanSusuhunan Agung menerima gelar tersebut dari 1641 hingga wafat pada 1645.''' Ia menjadi satu-satunya raja Mataram yang bergelar sultan. Setelah iabeliau mangkat, penerusnya kembali bergelarmemakai gelar [[susuhunanSusuhunan]] lagi.
 
== Pemerintahan ==