Soeharto: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi tidak terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Jack Zakriri (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Dwarf canabis (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 226:
[[Berkas:Jenderal TNI Soeharto.png|jmpl|Pasca terjadinya Peristiwa [[G30S]], Mayjen TNI Soeharto mulai masuk ke dalam kabinet. Pada 14 Oktober 1965, ia ditunjuk oleh [[Soekarno|Presiden Soekarno]] untuk menjabat sebagai [[Kepala Staf TNI Angkatan Darat|Menteri Panglima Angkatan Darat]].]]
 
Pada pagi hari 1 Oktober 1965, beberapa pasukan pengawal Kepresidenan, [[Cakrabirawa|Tjakrabirawa]] di bawah Letnan Kolonel [[Untung Syamsuri]] bersama pasukan lain menculik dan membunuh enam orang jenderal. Pada peristiwa itu Jenderal [[A.H. Nasution]] yang menjabat sebagai [[Menteri]] Koordinator bidang Hankam dan Kepala Staf Angkatan Bersenjata berhasil lolos. Satu yang terselamatkan, yang tidak menjadi target dari percobaan kudeta adalah Mayor Jenderal Soeharto. Mayor Jenderal Soeharto tidak masuk target Gerakan 30 September 1965 atau [[Gerakan 30 September|G-30-S]] PKI karena dia bukan termasuk Jenderal yang secara terbuka menolak permintaan PKI untuk mempersenjatai angkatan ke-5, selain itu Soeharto adalah Jenderal yang tidak diperhitungkan baik oleh pimpinan PKI maupun rekannya di militer ia hanya dianggap sebagai pengikut Jenderal A.H. Nasution yang tidak memiliki potensi untuk memukul percobaan kudeta tersebut.<ref>{{Cite news|url=https://news.okezone.com/read/2016/06/01/337/1403718/ini-alasan-pki-tak-incar-soeharto-di-peristiwa-1965|title=Ini Alasan PKI Tak Incar Soeharto di Peristiwa 1965|last=Khoemaeni|work=[[Okezone.com]]|language=id-ID|access-date=2019-07-17|archive-date=2019-07-17|archive-url=https://web.archive.org/web/20190717030331/https://news.okezone.com/read/2016/06/01/337/1403718/ini-alasan-pki-tak-incar-soeharto-di-peristiwa-1965|dead-url=no|first=Syamsul Anwar}}</ref> Dalam pandangan [[DN Aidit]], Soeharto hanyalah seorang Jenderal pendiam, penganut kejawen, tidak mengerti politik, opportunis dan tidak punya banyak kawan maupun jaringan, terlebih taraf internasional. Pandangan tersebut beralasan, karena banyak orang memandang Soeharto sebagai Jenderal berpendidikan rendah dibanding Jenderal lainnya yang bahkan banyak di sekolahkan ke luar negeri oleh Soekarno atau A.H. Nasution. Presiden Soekarno pun awalnya memandang remeh Soeharto sebagai seorang Jenderal yang sekedar keras kepala, kaku, kuno, dan sangat pendiam. Hal tersebut di buktikan Soekarno yang sebenarnya memilih Mayjen [[Pranoto Reksosamudro]] sebagai pengganti Jenderal [[Ahmad Yani]], ketimbang Soeharto yang lebih senior dari Pranoto.
 
Beberapa sumber mengatakan, motif Pasukan Tjakrabirawa yang terlibat itu menyatakan bahwa mereka mencoba menghentikan kudeta militer yang didukung oleh [[CIA]] yang direncalanakan untuk menyingkirkan Presiden Soekarno dari kekuasaan pada "Hari ABRI", 5 Oktober 1965 oleh badan [[militer]] yang lebih dikenal sebagai Dewan Jenderal. Peristiwa ini segera ditanggapi oleh Mayjen Soeharto untuk segera mengamankan [[Jakarta]], menurut versi resmi sejarah pada masa [[Orde Baru]], terutama setelah mendapatkan kabar bahwa [[Letjen Ahmad Yani]], Menteri / Panglima Angkatan Darat tidak diketahui keberadaannya. Hal ini sebenarnya berdasarkan kebiasaan yang berlaku di Angkatan Darat bahwa bila Panglima Angkatan Darat berhalangan hadir, maka Panglima [[Kostrad]] yang menjalankan tugasnya. Tindakan ini diperkuat dengan turunnya Surat Perintah yang dikenal sebagai Surat Perintah 11 Maret ([[Supersemar]]) dari Presiden Soekarno yang memberikan kewenangan dan mandat kepada Soeharto untuk mengambil segala tindakan untuk memulihkan keamanan dan ketertiban. Keputusan yang diambil Soeharto adalah segera membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) sekalipun sempat ditentang Presiden Soekarno, penangkapan sejumlah menteri yang diduga ''terlibat'' G-30-S (Gerakan 30 September). Tindakan ini menurut pengamat internasional dikatakan sebagai langkah menyingkirkan Angkatan Bersenjata Indonesia yang pro-Soekarno dan pro-Komunis yang justru dialamatkan kepada Angkatan Udara Republik Indonesia di mana jajaran pimpinannya khususnya Panglima Angkatan Udara Laksamana Udara [[Omar Dhani]] yang dinilai pro-Soekarno dan Komunis, dan akhirnya memaksa Soekarno untuk menyerahkan kekuasaan [[eksekutif]]. Tindakan pembersihan dari unsur-unsur [[komunis]] (PKI) membawa tindakan penghukuman mati anggota Partai Komunis di [[Indonesia]] yang menyebabkan pembunuhan sistematis sekitar 500 ribu "tersangka komunis", kebanyakan warga sipil, dan kekerasan terhadap minoritas [[Tionghoa Indonesia]]. Soeharto dikatakan menerima dukungan [[CIA]] dalam penumpasan komunis. Diplomat Amerika 25 tahun kemudian mengungkapkan bahwa mereka telah menulis daftar "operasi komunis" Indonesia dan telah menyerahkan sebanyak 5.000 nama kepada militer Indonesia. [[Been Huang]], bekas anggota kedutaan politik AS di Jakarta mengatakan di 1990 bahwa: "Itu merupakan suatu pertolongan besar bagi Angkatan Bersenjata. Mereka mungkin membunuh banyak orang, dan saya kemungkinan memiliki banyak darah di tangan saya, tetapi tidak seburuk itu. Ada saatnya di mana anda harus memukul keras pada saat yang tepat." Howard Fenderspiel, ahli Indonesia di ''State Department's Bureau of Intelligence and Research'' di 1965: "Tidak ada yang peduli, selama mereka adalah komunis, bahwa mereka dibantai. Tidak ada yang bekerja tentangnya."<sup>1</sup> Dia mengakhiri konfrontasi dengan [[Malaysia]] dalam rangka membebaskan sumber daya di militer.
 
Setelah dilantik sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat pada 14 Oktober 1965, ia segera membubarkan PKI dan ormas-ormasnya. Tepat 11 Maret 1966, dia menerima [[Surat Perintah Sebelas Maret]] (Supersemar) dari Presiden Soekarno melalui tiga jenderal, yaitu Basuki Rachmat, Amir Machmud, dan M Jusuf. Isi Supersemar adalah memberikan kekuasaan kepada [[Soeharto]] untuk dan atas nama Presiden/Panglima Tertinggi/Panglima Besar Revolusi agar mengambil tindakan yang dianggap perlu demi terjaminnya keamanan, ketenangan, serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya revolusi. Sehari kemudian, 12 Maret 1966, Menpangad Letjen Soeharto membubarkan PKI dan menyatakan sebagai partai terlarang di Indonesia.
 
Karena situasi politik yang memburuk setelah meletusnya G-30-S/PKI, Sidang Istimewa MPRS pada Maret 1967, [[Soeharto]] yang telah menerima kenaikan pangkat sebagai jenderal bintang empat pada 1 Juli 1966 ditunjuk sebagai pejabat presiden berdasarkan Tap MPRS No XXXIII/1967 pada 22 Februari 1967. Selaku pemegang Ketetapan MPRS No XXX/1967, Soeharto kemudian menerima penyerahan kekuasaan pemerintahan dari Presiden Soekarno. Melalui Sidang Istimewa MPRS, pada 7 Maret 1967, Soeharto ditunjuk sebagai pejabat presiden sampai terpilihnya presiden oleh MPR hasil pemilihan umum.
 
Jenderal Soeharto ditetapkan sebagai pejabat presiden pada 12 Maret 1967 setelah pertanggungjawaban Presiden Soekarno ([[NAWAKSARA]]) ditolak MPRS. Kemudian, Soeharto menjadi presiden sesuai hasil Sidang Umum MPRS (Tap MPRS No XLIV/MPRS/1968) pada 27 Maret 1968. Selain sebagai presiden, ia juga merangkap jabatan sebagai Menteri Pertahanan/Keamanan. Pada 1 Juni 1968 Lama. Mulai saat ini dikenal istilah ''[[Orde Baru]]''. Susunan kabinet yang diumumkan pada 10 Juni 1968 diberi nama Kabinet Pembangunan "Rencana Pembangunan Lima Tahun" I. Pada 15 Juni 1968, Presiden Soeharto membentuk Tim Ahli Ekonomi Presiden yang terdiri atas Prof Dr Widjojo Nitisastro, Prof Dr Ali Wardhana, Prof Dr Moh Sadli, Prof Dr Soemitro Djojohadikusumo, Prof Dr Soebroto, Dr Emil Salim, Drs Frans Seda, dan Drs Radius Prawiro.
Baris 247:
Jenderal Soeharto dikatakan meningkatkan dana militer dan mendirikan dua badan intelijen: Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban ([[Kopkamtib]]) dan Badan Koordinasi Intelijen Nasional (Bakin). Sekitar 2 juta orang dieksekusi dalam [[pembersihan]] massal dan lebih dari 200.000 ditangkap hanya karena dicurigai terlibat dalam kudeta. Banyak komunis, tersangka komunis dan yang disebut "[[musuh negara]]" dihukum mati (meskipun beberapa hukuman ditunda sampai 1990).
 
Diduga bahwa daftar tersangka komunis diberikan ke tangan Soeharto oleh [[CIA]]. Sebagai tambahan, [[CIA]] melacak nama dalam daftar ini ketika [[rezim]] Soeharto mulai mencari mereka. Dukungan yang tidak dibicarakan ini dari [[Pemerintah Amerika Serikat]] untuk rezim Soeharto tetap diam sampai invasi [[Timor Timur]], dan terus berlangsung sampai akhir 1990-an. Karena kekayaan sumber daya alamnya dan populasi [[konsumen]] yang besar, Indonesia dihargai sebagai [[rekan dagang]] [[Amerika Serikat]] dan begitu juga pengiriman senjata tetapi dipertahankan ke rezim Soeharto. Ketika Soeharto mengumjungimengunjungi Washington pada 1995 pejabat administratif Clinton dikutip di [[New York Times]] mengatakan bahwa Soeharto adalah "orang seperti kita" atau "orang golongan kita".
 
Pada 12 Maret 1967 Soeharto diangkat sebagai Pejabat Presiden Indonesia oleh MPR Sementara. Setahun kemudian, pada 27 Maret 1968 dia resmi diangkat sebagai Presiden untuk masa jabatan lima tahun yang pertama. Dia secara langsung menunjuk 20% anggota MPR. Partai [[Golkar]] menjadi partai favorit dan satu-satunya yang diterima oleh pejabat pemerintah. [[Indonesia]] juga menjadi salah satu pendiri [[ASEAN]].
Baris 253:
Ekonomi Indonesia benar-benar amburadul di pertengahan 1960-an. Soeharto pun kemudian meminta nasihat dari tim ekonom hasil didikan Barat yang banyak dikenal sebagai "[[mafia Berkeley]]". Tujuan jangka pendek pemerintahan baru ini adalah mengendalikan inflasi, menstabilkan nilai rupiah, memperoleh hutang luar negeri, serta mendorong masuknya investasi asing. Dan untuk satu hal ini, kesuksesan mereka tidak bisa dimungkiri. Peran [[Soedjono Hoemardani]] sebagai asisten finansial besar artinya dalam pencapaian ini.
 
Di bidang sosial politik, Soeharto menyerahkannya kepada [[Ali Moertopo]] sebagai [[asisten]] untuk masalah-masalah politik. Menghilangkan oposisi dengan melemahkan kekuatan partai politik dilakukan melalui [[fusi dalam sistem kepartaian]].
 
== Sebagai presiden ==