Raden Alit Prawatasari: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 1:
'''
[[Berkas:Radenprawatasari.jpeg|jmpl|Lukisan Raden Alit Prawatasari]]
==
Prawatasari merupakan putra tunggal dari [[Wira Tanu I]] dan istri keduanya Dewi Amriti, putri dari seorang patih di [[Kerajaan Jampang Manggung]] yang masih keturunan bangsawan dari daerah [[Panjalu, Ciamis|Panjalu,]] [[Kabupaten Ciamis]]. Masa kecilnya banyak dihabiskan di Kedaleman Cikundul (sekarang [[Cikalongkulon, Cianjur|Cikalongkulon]]), dimana ia mendapat julukan dari masyarakat sekitar sebagai Raden Alit (Alit berarti "kecil" atau "mungil" dalam [[Bahasa Sunda]]).<ref name=":0">{{Cite web|date=2020-06-19|title=Menak Pemberontak dari Jampang Manggung|url=https://historia.id/militer/articles/menak-pemberontak-dari-jampang-manggung-6m7zB|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2023-12-04}}</ref>
==
Prawatasari memulai perlawanan di Cianjur tahun 1703 dikarenakan setoran paksa [[belerang]] dari [[Gunung Gede]] dan buah [[kopi]] serta hasil pertanian lainnya yang diharuskan dikirim ke [[Batavia]] dianggap semakin memberatkan para petani di Cianjur. Hubungannya dengan bupati Cianjur yang juga merupakan kakak sepupunya [[Wira Tanu II]] semakin memburuk, dimana Wira Tanu II dengan dukungan VOC memburu Prawatasari yang dianggap sebagai pembawa masalah. Perburuan VOC atas Prawatasari dipimpin oleh Sersan [[Pieter Scipio van Oostende|Pieter Scipio]] dengan pasukan Letnan [[Ki Mas Tanuwijaya]], seorang letnan VOC pribumi sebagai bagian dari taktik adu domba, beserta para bupati yang tunduk kepada VOC, dimana Prawatasari dinyatakan sebagai '''''Karaman Van Java''''' (Penjahat besar dari [[Jawa]]).<ref>{{Cite web|date=2023-05-29|title=Drama Kolosal Pejuang Cianjur Melawan Penjajah VOC|url=https://republika.co.id/share/rvf8h0491|website=Republika Online|language=id|access-date=2023-12-04}}</ref>
Dikarenakan perburuan yang dilakukan VOC terhadapnya, Prawatasari berperang tidak secara frontal namun dengan cara bergerliya di daerah [[Mande, Cianjur|Jampang Mande]], yang terletak di perbatasan Cianjur-[[Kabupaten Bogor|Bogor]]. Wilayah operasi gerilya Prawatasari selanjutnya menyebar ke [[Kabupaten Sumedang|Sumedang]], seluruh [[Parahyangan Timur]], [[Kabupaten Cirebon|Cirebon]] dan [[Kabupaten Banyumas|Banyumas]], untuk menghindari perburuan VOC antara tahun 1703-1707.<ref>{{Cite book|last=Rosidi|first=Ajip|date=2000|url=https://books.google.com/books?id=8uoSAQAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=Prawatasari+Banyumas&q=Prawatasari+Banyumas&hl=en|title=Ensiklopedi Sunda: alam, manusia, dan budaya, termasuk budaya Cirebon dan Betawi|publisher=Pustaka Jaya|isbn=978-979-419-259-7|language=id}}</ref> Selama melakukan perlawanan, Prawatasari mampu menghimpun kekuatan sampai 3000 orang pasukan (suatu jumlah yang besar mengingat jumlah penduduk waktu itu untuk satu kabupaten hanya sekitar 1000 keluarga) untuk melakukan perlawanan terhadap VOC.<ref name=":0" /><ref>{{Cite web|date=2022-06-19|title=Sepak Terjang dan Perlawanan Haji Prawatasari Berujung VOC Larang Ibadah Haji|url=https://www.merdeka.com/histori/sepak-terjang-dan-perlawanan-haji-prawatasari-berujung-voc-larang-ibadah-haji.html|website=merdeka.com|language=en|access-date=2023-12-04}}</ref>
Kisah perburuan
Salah satu bukti otentik catatan sejarah mengenai keberadaan Prawatasari adalah surat perintah
== Kematian ==
▲Kisah perburuan Raden Prawatasari oleh Letnan Ki Mas Tanu tersirat dalam sebuah lagu sunda yang masih dinyanyikan sampai sekarang yaitu lagu '''Ayang Ayang Gung''' yang menceritakan bagaimana Ki Mas Tanu bekerjasama dengan Kompeni untuk menangkap seorang penjahat (Raden Prawatasari) dengan cara menipu supaya bisa naik pangkat menjadi seorang [[Wedana]].
Menurut sumber dari Belanda, Prawatasari meninggal di tahun 1707 setelah tertangkap dalam pertempuran di [[Bagelen, Purworejo|Bagelen]]. Ia lalu menjalani hukuman mati di benteng [[Kartasura, Sukoharjo|Kartasura]], dimana jasadnya lalu dikebumikan di daerah [[Dayeuhluhur, Cilacap|Dayeuhluhur]], [[Kabupaten Cilacap|Cilacap]] di tepi [[Sungai Cibeet]]. Masyarakat setempat menyebut kuburannya sebagai '''Keramat Turunan Panjalu''' yang keberadaannya saat ini terancam tenggelam dikarenakan adanya pembangunan [[Bendungan Dayeuhluhur]] mulai dari tahun 2020.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2012-12-14|title=8 Desa di Cilacap Ditenggelamkan untuk Bendungan|url=https://regional.kompas.com/read/2012/12/14/16142930/~Regional~Jawa|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-12-04}}</ref>[[Berkas:Keramatprawatasari.jpeg|jmpl|Kuburan Raden Prawatasari di tepi Sungai Cibeet, Dayeuhluhur.|234x234px]]
=== Kontroversi Tentang Kuburan Raden Prawatasari ===▼
▲== Bukti Sejarah ==
Ahli sejarah dan ahli waris dari Raden Alit Prawatasari terkadang salah dalam menentukan letak kuburan
▲Salah satu bukti otentik catatan sejarah adalah surat perintah [[Gubernur Jenderal]] [[VOC]] [[Johan van Hoorn]], bertanggal 22 Maret 1704, kepada seluruh Bupati Priangan dengan ancaman pemecatan untuk menangkap Paap Prawatasari (Kyai Prawatasari) yang disebut '''Karaman van Java''' atau Penjahat Besar dari Jawa, supaya ditangkap hidup atau mati dangan hadiah 300 Ringgit.
== Warisan ==
Nama Raden Alit Prawatasari saat ini diabadikan menjadi nama sebuah stadion ([[Lapang Prawatasari]]) dan taman kota [[Taman Prawatasari]] di Kel. [[Sawah Gede, Cianjur, Cianjur|Sawah Gede]], Kec. [[Cianjur, Cianjur|Cianjur]].<ref>{{Cite web|title=TAMAN PRAWATASARI CIANJUR JABAR - Jl. Surya Kencana No.1, Sawah Gede, Kec. Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat 43212|url=https://bkppkutim.com/taman-prawatasari-cianjur-jabar-5363539478593691101/|website=bkppkutim.com|access-date=2023-12-04}}</ref>
== Rujukan ==
▲== Kontroversi Tentang Kuburan Raden Prawatasari ==
▲Ahli sejarah dan ahli waris dari Raden Prawatasari terkadang salah dalam menentukan kuburan sebenarnya dengan kuburan Raden Salingsingan atau [[Aria Sancanata]] yang keduanya kebetulan adalah sama-sama keturunan bangsawan Panjalu dan sama-sama dikuburkan di tepi Sungai Cibeet Kecamatan Dayeuhluhur. Karena sebenarnya kuburan Raden Prawatasari lokasinya agak di sebelah hulu yang dikenali sebagai '''Kuburan Raja Karaman''' di Keramat Raja Kembang yang dipelihara oleh masyarakat adat Tejakembang.
# ^Aan Merdeka Permana
{{Reflist}}
[[Kategori:Tokoh dari Cianjur]]
[[Kategori:Dayeuhluhur, Cilacap]]
[[Kategori:
|