}}
'''Karo''' ([[Surat Batak]]: {{Btk|ᯂᯞᯂ᯳ᯆᯗᯂ᯳ᯂᯒᯭ}}, [[Alih aksara|transliterasi]]: '''''Kalak'' Batak Karo''') bukanlahadalah salah satu kelompok [[Kelompok etnik|etnis]] [[Suku Batak|Batak]], tapi etnis yang menyebar dan menetap di [[Taneh Karo]]. Etnis ini merupakan salah satu etnis terbesar di [[Sumatera Utara]].
Nama etnis ini juga dijadikan sebagai nama salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, yaitu Kabupaten [[Kabupaten Karo|Karo]]. Etnis ini memiliki bahasa yang disebut [[Bahasa Karo|cakap Karo]]. Pakaian adat SukuBatak Karo didominasi dengan warna merah serta hitam dan penuh dengan perhiasan emas. Konon, Kota [[Kota Medan|Medan]] didirikan oleh seorang tokoh Karo yang bernama [[Guru Patimpus|Guru Patimpus Sembiring Pelawi]].
== Sejarah dan etimologi ==
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM De bekende Karo-Batak schaker Si Narser met zijn vrouw Karolanden Noord-Sumatra TMnr 10005391.jpg|thumb|upright|Seorang wanita Karo mengenakan kain (''Gatip Ampar'') di atas bahunya dan anting-anting (''Padung Perak''), dan seorang pria Karo kemungkinan mengenakan ''Julu Berjongkit'' atau ''Ragi Santik'' sebagai penutup pinggul. Foto diambil di salah satu desa di Kabupaten [[Kabupaten Karo|Karo]], sekitar tahun 1914—1919.]]
Karo bukanlahadalah salah satu kelompok [[Kelompok etnik|etnis]] [[Suku Batak|Batak,]] tapi etnis yang menyebar dan menetap di [[Tanah Karo|Taneh Karo]]. Etnis ini memiliki bahasa yang disebut [[Bahasa Karo|cakap Karo]] dan memiliki salam khas yaitu ''[[mejuah-juah]]''. Adapun rumah tradisional masyarakat SukuBatak Karo yang disebut dengan nama [[Siwaluh Jabu]] yang berarti rumah untuk delapan keluarga, yaitu rumah yang terdiri dari delapan kamar yang masing-masing kamar dihuni oleh satu keluarga. Tiap keluarga yang menghuni rumah itu memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan pola kekerabatan masing-masing.
== Wilayah ==
[[Berkas:Een dorp in de karo-Bataklanden, KITLV 1406293.tiff|jmpl|Taneh Karo (1930—1940).]]
Sering terjadi kekeliruan dalam percakapan sehari-hari dimana wilayah masyarakat SukuBatak Karo hanya diidentikkan dengan Kabupaten [[Kabupaten Karo|Karo]]. Padahal, [[Taneh Karo]] jauh lebih luas daripada Kabupaten Karo, yakni:
=== Kabupaten Karo ===
[[Berkas:Batak Karo House at Dokan Village (01).jpg|jmpl|[[Siwaluh Jabu]] di Desa [[Dokan, Merek, Karo|Dokan]].]]
Kabupaten [[Kabupaten Karo|Karo]] terletak di dataran tinggi Karo. Wilayah yang terkenal di kabupaten ini adalah [[Berastagi, Karo|Berastagi]] dan [[Kabanjahe, Karo|Kabanjahe]]. Berastagi merupakan salah satu kota turis di [[Sumatera Utara]] yang sangat terkenal dengan produk pertaniannya yang unggul. Salah satunya adalah buah jeruk dan produk minuman yang terkenal, jus markisa. Mayoritas masyarakat SukuBatak Karo bermukim di daerah pegunungan ini, tepatnya di daerah Gunung [[Gunung Sinabung|Sinabung]] dan Gunung [[Gunung Sibayak|Sibayak]] yang sering disebut sebagai Taneh Karo Simalem. Banyak keunikan-keunikan terdapat pada masyarakat SukuBatak Karo, baik dari geografis, alam, maupun bentuk masakan. Masakan SukuBatak Karo, salah satu yang unik adalah trites. Trites ini disajikan pada saat pesta budaya, seperti pesta pernikahan, pesta memasuki rumah baru, dan pesta tahunan yang dinamakan kerja tahun. Trites ini bahannya diambil dari isi lambung sapi atau kerbau, yang belum dikeluarkan sebagai kotoran. Bahan inilah yang diolah sedemikian rupa dicampur dengan bahan rempah-rempah sehingga aroma tajam pada isi lambung berkurang dan dapat dinikmati. Masakan ini merupakan makanan istimewa yang di suguhkan kepada yang dihormati.
=== Kota Medan ===
Pendiri Kota [[Kota Medan|Medan]] adalah seorang putra Karo yang bernama [[Guru Patimpus|Guru Patimpus Sembiring Pelawi]]. Sebagian sejarawan dan pemerhati budaya juga memercayai bahwa asal mula nama Medan berasal dari bahasa [[bahasa Karo|SukuBatak Karo]], yakni "''madan''" yang berarti "obat". Namun pendapat ini masih menjadi pro dan kontra karena terdapat beberapa versi mengenai asal mula nama Medan.
=== Kota Binjai ===
Kota [[Kota Binjai|Binjai]] merupakan daerah yang memiliki interaksi paling kuat dengan Kota [[Kota Medan|Medan]], hal ini disebabkan oleh jaraknya yang relatif dekat dari Kota Medan sebagai ibu kota Provinsi [[Sumatera Utara]]. Nama "Binjai" juga dipercaya oleh sementara orang berasal dari gabungan kedua kosakata bahasa [[bahasa Karo|SukuBatak Karo]], "''ben''" dan "''i-jei''" yang artinya "bermalam di sini". Hal tersebut kemudian diucapkan "''Binjei''" dan menjadi "Binjai" hingga sekarang. Namun etimologi nama "Binjai" berasal dari buah [[Binjai|Binjai]].
=== Kabupaten Langkat ===
Masyarakat SukuBatak Karo di Kabupaten [[Kabupaten Langkat|Langkat]] mendiami daerah hulu, seperti [[Bahorok, Langkat|Bahorok]], [[Kutambaru, Langkat|Kutambaru]], [[Sei Bingai, Langkat|Sei Bingai]], [[Kuala, Langkat|Kuala]], [[Salapian, Langkat|Salapian]], [[Selesai, Langkat|Selesai]], [[Batang Serangan, Langkat|Batang Serangan]], dan [[Sirapit, Langkat|Serapit]]. Teluk Aru yang berada di Langkat Hilir juga pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan [[Kerajaan Haru|Haru]], kerajaan bercorak Batak Karo-Melayu yang dimana menjadi leluhur dari Sultan Melayu Sumatera Timur.
=== Kabupaten Dairi ===
{{main|Marga Karo}}
Etnis SukuBatak Karo memiliki sistem kemasyarakatan atau [[adat]] yang dikenal dengan nama [[Merga Silima]], Tutur Siwaluh, dan [[Rakut Sitelu]]. ''Merga'' disebut untuk laki-laki, sedangkan untuk perempuan disebut ''beru''. ''Merga'' atau ''beru'' ini disandang di belakang nama seseorang. ''Merga'' dalam masyarakat SukuBatak Karo terdiri dari lima kelompok utama (marga inti/pokok), yang disebut dengan Merga Silima. Kelima ''merga'' tersebut adalah:
<center>
{| class="wikitable" style="border: none; background: none;"
|}
</center>
Kelima marga SukuBatak Karo tersebut mempunyai sub-marga masing-masing, dimana setiap orang SukuBatak Karo mempunyai salah satu dari ''marga'' tersebut. Marga diperoleh secara turun temurun dari ayah, marga ayah juga ''marga'' anak. Orang yang mempunyai ''merga'' atau ''beru'' yang sama, dianggap bersaudara dalam arti mempunyai nenek moyang yang sama. Jikalau laki-laki ber''merga'' sama, maka mereka disebut (b)''ersenina.'' Demikian juga antara perempuan dengan perempuan yang mempunyai ''beru'' yang sama, maka mereka disebut juga (b)''ersenina''. Namun antara seorang laki-laki dengan perempuan yang ber''merga'' sama, mereka disebut ''erturang'', sehingga dilarang melakukan perkawinan, kecuali pada ''merga'' [[Kembaren|Sembiring Kembaren]]''.''
== Falsafah kemasyarakatan ==
[[Berkas:Batak Karo Wedding.jpg|thumb|upright|Pasangan pengantin pria dan wanita menikah dengan pakaian adat SukuBatak Karo lengkap dengan [[Uis]] dan Tudung Karo untuk perempuan, serta Bekabuluh untuk laki-laki.]]
Hal lain yang penting dalam susunan masyarakat SukuBatak Karo adalah [[Rakut Sitelu]], yang artinya secara metaforik adalah tungku nan tiga, yang berarti ikatan yang tiga. Arti Rakut Sitelu tersebut adalah ''sangkep nggeluh'' (kelengkapan hidup) bagi masyarakat SukuBatak Karo. Kelengkapan yang dimaksud adalah lembaga sosial yang terdapat dalam masyarakat SukuBatak Karo yang terdiri dari tiga kelompok, yaitu:
* ''Kalimbubu'', yakni dapat didefinisikan sebagai keluarga pemberi istri.
* ''Anak beru'', yakni keluarga yang mengambil atau menerima istri.
* ''Sembuyak'', yakni keluarga satu galur keturunan marga atau keluarga inti.
Masyarakat SukuBatak Karo mempunyai salam khas yaitu ''[[mejuah-juah]]'' atau lengkapnya adalah ''mejuah-juah kita kerina'' yang memiliki arti sehat-sehat kita semua, baik-baik kita semua, kedamaian, kesehatan, kebaikan untuk kita semua.
{{Clear}}
{{Utama|Bahasa Karo|Surat Batak}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Bamboe tabaks- en wichelkoker met Bataks schrift TMnr 512-4.jpg|thumb|upright|Ukiran dari sebuah tulisan ratapan Karo (''Bilang-bilang'') menggunakan Surat Batak pada media bambu.]]
Bahasa Karo adalah salah satu bahasa [[rumpun bahasa Austronesia|Austronesia]] yang digolongkan ke dalam bahasa [[Rumpun bahasa Batak#Pembagian|Batak Utara]]<ref>https://petabahasa.kemdikbud.go.id/provinsi.php?idp=Sumatra%20Utara</ref>; yang utamanya dituturkan oleh masyarakat SukuBatak Karo di wilayah Kabupaten [[Kabupaten Karo|Karo]], Kabupaten [[Kabupaten Langkat|Langkat]], Kabupaten [[Kabupaten Deli Serdang|Deli Serdang]], Kabupaten [[Kabupaten Dairi|Dairi]], dan Kota [[Kota Medan|Medan]].
Aksara yang digunakan oleh orang Karo adalah Tulisen Karo yang merupakan varian dari [[Surat Batak]]. Aksara ini adalah aksara kuno yang dipergunakan oleh masyarakat SukuBatak Karo, akan tetapi pada saat ini penggunaannya sangat terbatas bahkan hampir tidak pernah digunakan lagi.{{clear}}
== Kalender Karo ==
|