Banda Neira: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Cendy00 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Kibe00 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 6:
[[Topografi]] pulau ini cenderung datar, sehingga memungkinkan didirikannya kota kecil. Pulau Banda Neira memiliki kantor pemerintahan, [[toko]], [[dermaga]], dan [[Bandar Udara Banda Neira|bandara]]. Penduduk pulau ini berjumlah 14.000.
 
Banda Neira pernah menjadi pusat perdagangan [[pala]] dan [[fuli]] (bunga pala) dunia, karena Kep. Banda adalah satu-satunya sumber rempah-rempah yang bernilai tinggi itu hingga pertengahan [[abad ke-19]]. Kota modernnya didirikan oleh anggota [[VOC]], yang membantai penduduk Banda untuk mendapatkan palanya pada tahun [[1621]] dan membawa yang tersisa ke [[Batavia]] (kini [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]) untuk dijadikan [[perbudakan|budak]].
 
Pulau ini juga terkenal sebagai tempat pembuangan tahanan politik pada masa Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda. Beberapa tokoh perjuangan nasional yang pernah merasakan tinggal di pulau ini di antaranya [[Mohammad Hatta]], [[Sutan Sjahrir|Sutan Syahrir]], dan Cipto Mangunkusumo. Pada 2016, rumah tempat Sutan Syahrir dan Mohammad Hatta tinggal telah dijadikan museum sedangkan rumah Cipto Mangkusumo masih dibiarkan kosong. {{butuh rujukan}}