Iskandar dari Johor: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
{{Infobox royalty|monarch
| name = Mahmud Iskandar
| title = Al-Mutawakkil Alallah <br /> Yang di-Pertuan Agong Malaysia Ke-8 <br /> Sultan Johor Darul Takzim <br /> سلطان إسکندر إبن المرحوم سلطان إسماعيل
| image = SI Potret 0001 (4to3 portrait, closeup).jpg
| caption = Potret Resmi
| succession = [[Yang di-Pertuan Agong
| reign = 26 April 1984 – 25 April 1989<ref name="InfoMalaysia90">Karim et al. (1990)'', pg 359</ref>
| regent = [[Ibrahim Ismail dari Johor|Tunku Mahkota Ibrahim Ismail]]
| predecessor = [[Ahmad Shah dari Pahang|Sultan Haji Ahmad Shah Al-Musta’in Billah Ibni Al-Marhum Sultan Abu Bakar Ri'Ayatuddin Al Mu'azzam Shah]]
| successor = [[Azlan Shah dari Perak|Sultan Azlan Muhibbuddin Shah Ibni Al-Marhum Sultan Yusuff Izzuddin Shah Ghafarullahu-lah]]
| succession1 = [[Sultan Johor]] ke-4
| full name = Mahmud Iskandar Al-Haj ibni Ismail Al-Khalidi<ref name="TanCK29">Tan, Chee Khoon (1985), pg 29</ref>
| reign1 =
| predecessor1 = Sultan Ismail Al Khalidi
| successor1 = [[Ibrahim Ismail dari Johor|Sultan Ibrahim Ismail]]
| spouse = Kalsom binti Abdullah<ref>The Who's who in Malaysia (1967), pg 198</ref><br/>née Josephine Trevorrow (1956–1962)<br/>[[Tunku Puan Zanariah|Sultanah Zanariah Binti Almarhum Tengku Ahmad Panglima Raja]] (1961–2010)
| issue =
| house = Wangsa Temenggong ([[Johor]])
| father = [[Ismail dari Johor|Sultan Ismail Al Khalidi Ibni Al Marhum Sultan Sir Ibrahim Al Masyhur]]
| mother =
| birth_date = {{birth date|df=yes|1932|04|8}}
| birth_place = [[Johor Bahru]], [[Johor]], [[Malaya Britania]]
Baris 29:
| posthumous name = Al Marhum Duli Yang Maha Mulia Baginda Al Mutawakkil Alallah Sultan Mahmud Iskandar Al Haj Ibni Al Marhum Sultan Sir Ismail Al Khalidi
}}
[[Gelar kehormatan Melayu|Duli Yang Maha Mulia]] '''Baginda Al Mutawakkil Alallah Sultan Iskandar
== Keluarga ==
Merupakan putra sulung Sultan Ismail ibni Almarhum Sultan Ibrahim dengan permaisurinya Sultanah Aminah binti Ungku
Sultan Iskandar telah bercerai dengan
== Tokoh kontroversial ==
Sebelum menjabat sebagai Sultan atau Yang Dipertuan Agong, dari periode tahun 1980-an hingga awal 1990-an, reputasinya sedikit banyak dirusak oleh sejumlah dugaan insiden kontroversial yang sesekali mendapat perhatian media. Salah satu insiden paling awal adalah hilangnya statusnya sebagai Putera Mahkota atau Tunku Mahkota Johor pada tahun 1961 yang baru sebelumnya baru ia jabat selama 2 tahun diduga karena perilaku buruknya<ref>'' Johore and the Origins of British Control'', Nesalamar Nadarajah, pg 128</ref> setelah laporan rahasia yang menyebutkan bahwa ia memenjarakan polisi diketahui oleh Sultan. Setelah kejadian itu, adik laki-lakinya, Tunku Abdul Rahman diangkat sebagai pewaris takhta Johor dengan gelar Tunku Mahkota. Pada 1966, Sultan Ismail melantik Tunku Mahmud Iskandar sebagai Raja Muda yang merupakan sebuah pangkat yang berada pada garis ke-2 suksesi pewaris takhta dibawah adiknya<ref name="Tengku">[[Gelar kehormatan Melayu|Tengku]] is spelled as in Johor. ''Tengku Ahmad Rithauddeen: His Story'', K.N. Nadarajah, pg 50</ref><br />
Terkait pengangkatannya sebagai Tunku Mahkota Johor untuk yang kedua kalinya mendapat penolakan dari beberapa kelompok yang mempertanyakan keabsahan keputusan tersebut dikarenakan mereka menyaksikan bahwa pengangkatan Tunku Mahmud Iskandar dilakukan disaat Sultan Ismail telah mengalami koma. Menurut catatan Sultan Ismail mengalami koma sejak 8 Mei 1981 tepatnya 3 hari sebelum kematiannya.<br />
Perselisihan ini kemudian berlanjut disaat Menteri Besar Johor Tan Sri Dato' Othman Saat mempertanyakan legitimasi Sultan Iskandar atas takhta negeri Johor. Sebagai bentuk tindak lanjut dari sikap Menteri Besar Othman Saat, Sultan Iskandar kemudian mengeluarkan titah untuk mengosongkan kantor Menteri Besar dalam 24 jam tak lama setelah kemangkatan Sultan Ismail. Selain itu juga, Sultan Iskandar kemudian mencabut hak atas tanda kehormatan yang telah diberikan kepada Othman Saat dan diminta untuk mengembalikan seluruh tanda kehormatan tersebut<ref>{{cite web|work=[[Berita Harian]]|url=http://lib.perdana.org.my/PLF/ArkibNegara_Digitisation/Berita%20Harian/1982_a/BeritaHarian%5B4Mei1982%5BSultanTitahSerahPingat.pdf|title=Sultan Titah Serah Pingat|language=Malay|access-date=16 October 2020|date=4 May 1982|publisher=[[:en:Perdana Leadership Foundation|Perdana Leadership Foundation]]}}</ref>. Atas perintah Sultan Johor itu, Othman Saat kemudian melakukan pengosongan kantor Menteri Besar walaupun Sultan Iskandar kemudian tidak melakukan pemecatan seperti yang dia katakan sebelumnya. Tan Sri Othman Saat kemudian baru mengundurkan diri dari jabatan Menteri Besar pada tahun 1982.
== Kemangkatan ==
Sultan Iskandar mangkat pada 22 Januari 2010 pukul 19.15 di Rumah Sakit Spesialis Puteri, Johor Bahru. Baginda mangkat setelah sebelumnya pada pagi hari ia dirawat karena sakit pada usia 77 tahun. Kemangkatan Sultan Johor itu kemudian diumumkan secara resmi oleh Menteri Besar Johor saat itu, Dato' [[Abdul Ghani Othman]] pada pukul 23.20 dan diumumkan bahwa bendera Johor Darul Takzim dikibarkan separuh tiang mulai pukul 06.00 hingga 18.00 malam. Jenazah Almarhum Sultan Iskandar kemudian dibawa ke Istana Besar, Johor Bahru untuk disemayamkan serta memperbolehkan untuk kepada seluruh kalangan baik kerabat diraja, pejabat, dan rakyat untuk memberikan penghormatan terakhir. Jenazahnya kemudian dibawa ke Makam Diraja Mahmoodiah pada 23 Januari 2010 pada pukul 14.00. <br />
Di antara yang turut hadir adalah Yang Dipertuan Agong [[Mizan Zainal Abidin dari Terengganu|Al Wathiqu Billah Tuanku Mizan Zainal Abidin]] dan Raja Permaisuri Agong [[Sultanah Nur Zahirah]], Sultan Brunei [[Hassanal Bolkiah|Sultan Hassanal Bolkiah]], Raja Perlis [[Syed Sirajuddin Putra Jamalulail dari Perlis|Tuanku Syed Sirajuddin Putra Jamalulail]], Sultan Pahang [[Ahmad Shah dari Pahang|Sultan Haji Ahmad Shah Al Musta'in Billah]], Sultan Kedah [[Abdul Halim dari Kedah|Sultan Abdul Halim Mu'adzam Shah]], Sultan Perak [[Azlan Shah dari Perak|Sultan Azlan Muhibbuddin Shah]], Sultan Selangor [[Sharafuddin dari Selangor|Sultan Sharafuddin Idris Shah]], Yang Dipertuan Besar Negeri Sembilan [[Muhriz dari Negeri Sembilan|Tuanku Muhriz]], Pemangku Raja Perlis [[Tuanku Syed Faizuddin Putra Jamalullail]], Tengku Mahkota Pahang [[Abdullah dari Pahang|Tengku Abdullah]], dan Tengku Mahkota Kelantan [[Muhammad V dari Kelantan|Tengku Muhammad Faris Petra]]. Perdana Menteri, Dato' Sri [[Najib Razak]] yang saat itu melakukan kunjungan ke India mempersingkat kunjungan nya dan menghadiri pemakaman almarhum Sultan Iskandar. Selain itu, turut hadir pula Perdana Menteri Singapura [[Lee Hsien Loong]] dan Menteri Senior [[Goh Chok Tong]]. <br />
== Referensi ==
{{Refimprove-cite-bio-tokohmuslim}}
|