Membaca cermat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
−Kategori:Bahasa; −Kategori:Sastra; −Kategori:Linguistik; +Kategori:Kritik sastra; +Kategori:Membaca menggunakan HotCat |
k ~cite |
||
Baris 2:
== Sejarah ==
Membaca cermat dan komentar sastra secara dekat memiliki penafsiran yang dapat dijadikan contoh dalam menafsirkan teks-teks keagamaan, dan hermeneutika karya-karya kuno. Sebagai contoh, Pazand, sebuah genre [[sastra]] Persia pertengahan, merujuk pada teks-teks Zend (secara harfiah: 'komentar'/'terjemahan') yang menawarkan penjelasan dan pembacaan cermat terhadap Avesta, teks-teks suci agama Zoroaster.
Dalam praktik studi sastra, teknik membaca cermat muncul pada tahun 1920-an di Inggris dalam karya I.A. Richards, muridnya William Empson, dan penyair T.S. Eliot, yang kesemuanya berusaha menggantikan pandangan "impresionistik" tentang sastra yang saat itu dominan dengan apa yang disebut Richards sebagai "kritik praktis" yang berfokus pada bahasa dan bentuk. Kritikus Baru Amerika pada tahun 1930-an dan 1940-an menambatkan pandangan mereka dengan cara yang sama, dan mempromosikan pembacaan yang cermat sebagai cara untuk memahami bahwa otonomi karya (sering kali sebuah puisi) lebih penting daripada yang lainnya, termasuk niat pengarang, konteks budaya penerimaan, dan yang paling luas, ideologi. Bagi para kritikus ini, termasuk Cleanth Brooks, William K. Wimsatt, John Crowe Ransom, dan Allen Tate, hanya pembacaan yang cermat, karena perhatiannya pada nuansa dan keterkaitan antara bahasa dan bentuk, yang dapat membahas karya dalam kesatuannya yang kompleks. Pengaruh mereka terhadap kritik sastra Amerika dan departemen bahasa Inggris bertahan selama beberapa dekade, dan bahkan setelah Kritik Baru memudar dari keunggulannya di universitas-universitas Amerika pada tahun-tahun memudarnya [[Perang Dingin]], pembacaan cermat tetap menjadi keterampilan mendasar, hampir dinaturalisasi, di antara para kritikus sastra. Pada pergantian abad ke-21, upaya-upaya untuk mensejarah-kan estetika Kritis Baru dan kepura-puraannya yang apolitis mendorong para cendekiawan, terutama di departemen bahasa Inggris, untuk memperdebatkan nasib pembacaan cermat, mempertanyakan statusnya sebagai sebuah praktik kritis.
|