Kompleks Makam Sultan Suriansyah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Suntingan 119.47.92.9 (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh Borgxbot |
k Bot: perubahan kosmetika |
||
Baris 21:
== Tokoh-tokoh yang dimakamkan ==
* '''[[Sultan Suriansyah]]'''{{br}}Sultan Suriansyah berasal dari keturunan raja-raja Kerajaan Negara Daha. Ia merupakan Raja Banjar pertama yang memeluk Islam, dan sejak beliaulah agama Islam berkembang resmi dan pesat di Kalimantan Selatan. Untuk pelaksanaan dan penyiaran agama Islam beliau membangun sebuah masjid yang dikenal sebagai Masjid Sultan Suriansyah yang merupakan masjid tertua di [[Kalimantan Selatan]]. Menurut sarjana Belanda J.C. Noorlander bahwa berdasarkan nisan makam, maka umur kuburan dapat dihitung sejak lebih kurang tahun [[1550]], berarti Sultan Suriansyah meninggal pada tahun 1550, sehingga itu dianggap sebagai masa akhir pemerintahannya. Ia bergelar Susuhunan Batu Habang. {{br}}Menurut M. Idwar Saleh bahwa masa pemerintahan Sultan Suriansyah berlangsung sekitar tahun [[1526]]-[[1550]]. Sehubungan dengan hal ini juga dapat menetapkan bahwa hari jadi [[kota]] Banjarmasin jatuh pada tanggal [[24]] [[September]] [[1526]].
* '''Ratu Intan Sari'''{{br}}Ratu Intan Sari atau Puteri Galuh adalah ibu kandung Sultan Suriansyah. Ketika itu Raden Samudera baru berumur 7 tahun dengan tiada diketahui ayahnya Raden Manteri Jaya menghilang, maka tinggallah Raden Samudera bersama ibunya. Pada masa itu Maharaja Sukarama, raja Negara Daha berwasiat agar Raden Samudera sebagai penggantinya ketika ia mangkat. Tatkala itu pula Raden Samudera menjadi terancam keselamatannya, berhubung kedua pamannya tidak mau menerima wasiat, yaitu Pangeran Mangkubumi dan Pangeran Tumenggung, karena kedua orang ini sebenarnya kemenakan Sukarama. Ratu Intan Sari khawatir, lalu Raden Samudera dilarikan ke Banjar Masih dan akhirnya dipelihara oleh Patih Masih dan Patih Kuin. Setelah sekitar 14 tahun kemudian mereka mengangkatnya menjadi raja (berdirinya kerajaan Banjar Masih/Banjarmasin). Ratu Intan Sari meninggal pada awal abad ke-16.
* '''[[Sultan Rahmatullah]]'''{{br}}Sultan Rahmatullah putera Sultan Suriansyah, beliau raja Banjar ke-2 yang bergelar Susuhunan Batu Putih. Masa pemerintahannya tahun [[1550]]-[[1570]].
[[Berkas:Makam_Sultan_Rahmatullah.jpg|thumb|Makam Sultan Rahmatullah.]]
* '''[[Sultan Hidayatullah]]'''{{br}}Sultan Hidayatullah, raja Banjar ke-3, [[cucu]] Sultan Suriansyah. Ia bergelar Susuhunan Batu Irang. Masa pemerintahannya tahun [[1570]]-[[1595]]. Ia senang memperdalam [[syiar]] agama Islam. Pembangunan [[masjid]] dan langgar ([[surau]]) telah banyak didirikan dan berkembang pesat hingga ke pelosok perkampungan.
* '''Khatib Dayan'''{{br}}Pada tahun [[1521]] datanglah seorang tokoh [[ulama]] besar dari Kerajaan [[Demak]] bernama Khatib Dayan ke Banjar Masih untuk mengislamkan Raden Samudera beserta sejumlah kerabat [[istana]], sesuai dengan janji semasa pertentangan antara Kerajaan Negara Daha dengan Kerajaan Banjar Masih. Khatib Dayan merupakan keturunan [[Sunan Gunung Jati]] dari [[Cirebon]], [[Jawa Barat]]. Ia menyampaikan syiar-syiar Islam dengan [[kitab]] pegangan Surat Layang Kalimah Sada di dalam [[bahasa Jawa]]. Ia seorang ulama dan [[pahlawan]] yang telah mengembangkan dan menyebarkan agama Islam di Kerajaan Banjar sampai akhir hayatnya.
* '''Patih Kuin'''{{br}}Patih Kuin adalah adik kandung Patih Masih. Ia memimpin di daerah Kuin. Ketika itu ia telah menemukan Raden Samudera dan memeliharanya sebagai anak angkat. Pada masa beliau keadaan negerinya aman dan makmur serta hubungan dengan Jawa sangat akrab dan baik. Ia meninggal pada awal abad ke-16.
* '''Patih Masih'''{{br}}Patih Masih adalah seorang pemimpin orang-orang [[Melayu]] yang sangat bijaksana, berani dan sakti. Ia memimpin di daerah Banjar Masih secara turun temurun. Ia keturunan Patih Simbar Laut yang menjabat Sang Panimba Segara, salah satu anggota Manteri Ampat. Ia meninggal sekitar awal abad ke-16.
* '''Senopati Antakusuma'''{{br}}Senopati Antakusuma adalah cucu Sultan Suriansyah. Ia seorang panglima perang di Kerajaan Banjar dan sangat pemberani yang diberi gelar Hulubalang Kerajaan. Ia meninggal pada awal abad ke-16.
* '''Syekh Abdul Malik'''{{br}}Syekh Abdul Malik atau Haji Batu merupakan seorang ulama besar di Kerajaan Banjar pada masa pemerintahan Sultan Rahmatullah. Ia meninggal pada tahun [[1640]].
* '''Haji Sa'anah'''{{br}}Wan Sa'anah berasal dari keturunan Kerajaan [[Brunei Darussalam]]. Ia menikah dengan Datu Buna cucu Kiai Marta Sura, seorang menteri di Kerajaan Banjar. Semasa hidupnya Wan Sa'anah senang mengaji [[Al-Qur'an]] dan mengajarkan tentang keislaman seperti [[ilmu]] [[tauhid]] dan sebagainya. Ia meninggal pada tahun [[1825]].
* '''Pangeran Ahmad'''{{br}}Pangeran Ahmad merupakan seorang senopati Kerajaan Banjar di masa Sultan Rahmatullah, yang diberi tugas sebagai punggawa atau pengatur hulubalang jaga. Ia sangat disayangi raja dan dipercaya. Ia meninggal pada tahun [[1630]].
* '''Pangeran Muhammad'''{{br}}Pangeran Muhammad adalah adik kandung Pangeran Ahmad, juga sebagai senopati Kearton di masa Sultan Hidayatullah I. Ia meninggal pada tahun [[1645]].
* '''Sayyid Ahmad Iderus'''{{br}}Sayyid Ahmad Iderus adalah seorang ulama dari Mekkah yang datang ke Kerajaan Banjar bersama-sama Haji Batu (Syekh Abdul Malik). Ia menyampaikan syiar-syiar agama Islam dan berdakwah di tiap-tiap masjid dan langgar (surau). Ia meninggal pada tahun [[1681]].
* '''Gusti Muhammad Arsyad'''{{br}}Gusti Muhammad Arsyad putera dari Pangeran Muhammad Said. Ia meneruskan perjuangan kakeknya Pangeran [[Pangeran Antasari]] melawan penjajah [[Belanda]]. Ia kena tipu Belanda, hingga diasingkan ke [[Cianjur]] beserta anak buahnya, setelah meletus perang dunia, ia dipulangkan ke Banjarmasin. Ia meninggal pada thaun [[1938]].
* '''Kiai Datu Bukasim'''{{br}}Kiai Datu Bukasim merupakan seorang [[menteri]] di Kerajaan Banjar. Ia keturunan Kiai Marta Sura, yang menjabat Sang Panimba Segara (salah satu jabatan menteri). Ia meninggal pada tahun [[1681]].
* '''Anak Tionghoa Muslim'''{{br}}Pada permulaan abad ke-18, seorang [[Tionghoa]] datang berdagang ke Banjarmasin. Ia berdiam di Kuin Cerucuk dan masuk Islam sebagai [[muallaf]]. Tatkala itu anaknya bermain-main di tepi [[sungai]], hingga jatuh terbawa arus sampai ke Ujung Panti. Atas mufakat tetua di daerah Kuin, mayat anak itu dimakamkan di dalam komplek makam Sultan Suriansyah.{{br}}
== Referensi ==
|