Namun, bisnis Subentra yang terutama adalah dalam bidang [[perfilman]]. Sebenarnya, yang memulai bisnis film adalah Benny dengan impor film Mandarinnya (umumnya [[Mandarinsinema Hong Kong|film Hong Kong]]nya) dibawah PT Suptan Film. Kemudian, kongsi ini diperluas dengan Subentra memiliki 5 perusahaan pengimpor film di daerah: PT Ciptamas Subentra Film, PT Dwi Subentra, PT Jabar Subentra dan PT Kharisma Subentra. Perlahan-lahan, Subentra bisa menguasai bisnis film karena setelah sebelumnya mendominasi impor film Mandarin, kemudian anak usaha Subentra lain, PT Subentra Nusantara justru menguasai peredaran film [[India]],<ref>[https://books.google.co.id/books?id=wr0TAQAAMAAJ&q=subentra+Nusantara&dq=subentra+Nusantara&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjQjPau1fbuAhUV4XMBHdhXB7oQ6AEwAnoECAkQAg Tempo, Volume 31,Masalah 19-24]</ref> dan pada 1991 Subentra juga mendapat hak eksklusif impor film Barat (dari AS). Ditambah dengan adanya Asosiasi Importir Film yang banyak dikendalikan oleh Subentra, akibatnya hampir seluruh impor film dikendalikan oleh Subentra sehingga banyak [[bioskop]] independen tutup.<ref name="21Cineplex">[https://books.google.co.id/books?id=zTxlAAAAQBAJ&pg=PA36&dq=subentra+Nusantara+21&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiU5r_c1fbuAhXJT30KHUKkAc8Q6AEwBHoECAAQAg#v=onepage&q=subentra%20Nusantara%2021&f=false Cerita Monopoli di Balik Sukses Bisnis Grup 21 Cineplex]</ref>