Dampak peternakan terhadap lingkungan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HILAHAPA (bicara | kontrib)
HILAHAPA (bicara | kontrib)
Baris 7:
[[Sapi]] merupakan salah satu komoditas hewan [[animalia]] yang memiliki tubuh besar dan hidup di darat, sapi juga sering kali dijadikan oleh masyarakat sebagai hewan ternak, ini dikarenakan sapi merupakan hewan yang memiliki [[Nilai sosial|nilai]] jual yang tinggi. Oleh karena itu tidak sedikit [[masyarakat]] yang menjadikan sapi sebagai salah satu hewan ternak meraka
 
== Dampak ==
Dampak dari peternakan hewan terhadap lingkungan dapat, bervariasi karena beragamnya kegiatan [[pertanian]] yang dilakukan di seluruh dunia. Meskipun demikian, semua kegiatan pertanian diketahui memiliki banyak sekali dampak terhadap lingkungan sampai batas tertentu. Peternakan, khususnya produksi daging, dapat menyebabkan polusi, emisi gas rumah kaca, berkurangnya keanekaragaman hayati, penyakit, konsumsi lahan, makanan, dan air secara signifikan. Daging dapat diperoleh melalui berbagai metode, termasuk [[pertanian]] organik, peternakan bebas, produksi ternak intensif, dan pertanian subsisten. Sektor peternakan juga mencakup produksi wol, telur dan susu.
 
== Dampak ==
[[Peternakan di Indonesia|Peternakan]] merupakan salah satu penghasil emisi gas rumah kaca yang cukup besar. Sapi, [[domba]], dan hewan ruminansia lainnya mencerna makanannya melalui [[fermentasi]] enterik, dan sendawa mereka merupakan sumber utama emisi metana dari penggunaan lahan, perubahan penggunaan lahan, dan [[kehutanan]]. Bersama dengan metana dan dinitrogen oksida dari kotoran ternak, hal ini menjadikan peternakan sebagai sumber utama emisi gas rumah kaca dari kegiatan pertanian. Mengurangi konsumsi [[daging]] secara besar besaran sangat penting, karena cara ini dapat membantu mengurangi dampak perubahan iklim, terutama ketika [[populasi]] manusia diperkirakan meningkat sebesar 2,3 miliar pada pertengahan abad ini.<ref>{{Cite news|last=Carrington|first=Damian|last2=editor|first2=Damian Carrington Environment|date=2018-10-10|title=Huge reduction in meat-eating ‘essential’ to avoid climate breakdown|url=https://www.theguardian.com/environment/2018/oct/10/huge-reduction-in-meat-eating-essential-to-avoid-climate-breakdown|newspaper=The Guardian|language=en-GB|issn=0261-3077|access-date=2023-12-28}}</ref>
 
penurunan permintaan pasokan daging dapat mempengaruhi jumlah produksi daging, sehingga secara langsung dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh produksi daging terhadap lingkungan. Diperkirakan bahwa konsumsi daging [[global]] akan berlipat ganda pada tahun 2000 hingga 2050, ini disebabkan oleh sebagian besar peningkatan populasi dunia, namun juga sebagian disebabkan oleh peningkatan konsumsi [[daging]] per kapita (sebagian besar peningkatan konsumsi per kapita terjadi di negara-negara berkembang) . <ref>{{Cite journal|date=2023-08-04|title=David Nibert|url=https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=David_Nibert&oldid=1168728647|journal=Wikipedia|language=en}}</ref>Populasi manusia diproyeksikan meningkat menjadi 9 miliar pada tahun 2050, dan produksi daging diperkirakan meningkat sebesar 40%. Produksi dan konsumsi daging [[unggas]] global akhir-akhir ini meningkat lebih dari 5% setiap tahunnya. Konsumsi daging biasanya meningkat seiring bertambahnya kekayaan<ref>{{Cite web|title=World agriculture: towards 2030/2050|url=https://www.fao.org/3/a0607e/a0607e00.htm|website=www.fao.org|access-date=2023-12-29}}</ref>
 
== sejarah ternak ==
 
== Studi kasus ==
Pada tahun 2006, Organisasi Pangan dan [[Pertanian]] Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) menerbitkan sebuah [[penelitian]] berjudul “Bayangan Panjang Peternakan (Livestock’s Long Shadow),” yang mendapat perhatian luas secara global. Disebutkan bahwa ternak memberikan kontribusi kurang lebih sebesar 18% emisi gas rumah kaca dunia. FAO menarik kesimpulan yang mengejutkan: Peternakan memberikan kontribusi yang lebih banyak dalam kerusakan [[lingkungan]] dibanding semua moda transportasi digabung. Hal itu mendorong setiap negara untuk memiliki kebijakan yang fokus pada masalah degradasi [[lahan]], perubahan iklim dan [[Pencemaran|polusi]] [[udara]], kekurangan [[air]] dan polusinya, serta berkurangnya biodiversitas.<ref>{{Cite web|title=PB ISPI|url=https://pb-ispi.org/dampak-peternakan-sapi-bagi-lingkungan/}}</ref>