First Media: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
{{bedakan|text=[[First Media (telekomunikasi)]], layanan dari PT LinkNet Tbk}}<!--Awalnya antara PT First Media Tbk dan layanan yang menggunakan merek "First Media" sempat memiliki kaitan, karena LinkNet dahulu dikuasai oleh perusahaan ini. Namun setelah LinkNet dijual seluruhnya ke Axiata,
{{kotak info perusahaan
|name = PT First Media Tbk
Baris 10:
|foundation = 13 Januari 1994 (sebagai Safira Ananda)<br>1995 (sebagai Tanjung Bangun Semesta)<br>28 April 2000 (sebagai Broadband Multimedia)<br />1 Juni 2007 (sebagai First Media)
|founder = [[James Riady]]<br />[[Datakom Asia]]
|location = Gedung [[Lippo Kuningan]] Lt. 17<br>Jl. H.R. Rasuna Said Kav. 12<br>[[Karet
|key_people = [[Harianda Noerlan]] (Direktur Utama)<br />Teguh Pudjowigoro (Komisaris Utama)
|industry = [[Media]] dan konten
Baris 24:
== Sejarah ==
=== Operator televisi berlangganan dan internet ===
PT First Media Tbk awalnya didirikan pada 6 Januari 1994 dengan nama PT Safira Ananda. Pada 1995, namanya menjadi PT Tanjung Bangun Semesta, dan mulai beroperasi sebagai perusahaan [[internet]] kecil di [[Kota Surabaya|Surabaya]].<ref>[https://upperline.id/profile/profile_detail/first-media First Media]{{Pranala mati|date=Desember 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref><ref>{{Cite web |url=https://books.google.co.id/books?id=AdUbAQAAMAAJ&q=tanjung+bangun+semesta&dq=tanjung+bangun+semesta&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj-i9_M3vruAhXiH7cAHeiMAucQ6AEwBHoECAUQAg |title=Country Commerce: Spain |access-date=2021-02-21 |archive-date=2023-07-21 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230721221750/https://books.google.co.id/books?id=AdUbAQAAMAAJ&q=tanjung+bangun+semesta&dq=tanjung+bangun+semesta&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj-i9_M3vruAhXiH7cAHeiMAucQ6AEwBHoECAUQAg |dead-url=no }}</ref> Pada tahun 1998, PT Tanjung Bangun mengakuisisi 78% saham PT Aditirta Indonusa, yang memegang lisensi [[televisi berlangganan]] sejak 1996 dengan menggunakan sistem [[televisi kabel|TV kabel]] (awalnya, PT Aditirta
Bisnis TV kabel (dan kemudian ditambah layanan [[penyedia jasa internet|jasa internet]] sejak 2001)<ref>{{Cite web |url=http://www.firstmedia.com/uploads/02-TentangKami.pdf |title=pendahuluan |access-date=2021-02-22 |archive-date=2023-06-06 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230606111551/https://www.firstmedia.com/uploads/02-TentangKami.pdf |dead-url=no }}</ref> tersebut kemudian diluncurkan pada 1 Maret 1999 dengan merek '''KabelVision'''.<ref name="Panji masyarakat">{{Cite web |url=https://books.google.co.id/books?id=GEUuAAAAMAAJ&q=tanjung+bangun+semesta&dq=tanjung+bangun+semesta&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj-i9_M3vruAhXiH7cAHeiMAucQ6AEwAnoECAAQAg |title=Panji masyarakat |access-date=2021-02-21 |archive-date=2023-07-21 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230721221751/https://books.google.co.id/books?id=GEUuAAAAMAAJ&q=tanjung+bangun+semesta&dq=tanjung+bangun+semesta&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj-i9_M3vruAhXiH7cAHeiMAucQ6AEwAnoECAAQAg |dead-url=no }}</ref> Sebagai persiapannya, KabelVision sudah menggandeng perusahaan internet PT Indonusa dan membangun jaringan kabel di [[Jakarta]] (1.700 km), dilanjutkan di [[Bali]] dan [[Surabaya]] pada 2000-2001. Sempat juga KabelVision melayani di daerah [[Batam]], untuk karyawan [[Caltex]] secara singkat.<ref name="Panji masyarakat"/><ref
Pada 27 Januari 2000 PT Tanjung Bangun resmi mencatatkan sahamnya di [[Bursa Efek Surabaya]] dengan harga [[IPO]] Rp 500/saham. Beberapa waktu kemudian, pada 28 April 2000 namanya diubah kembali menjadi PT Broadband Multimedia Tbk.<ref>{{Cite web |url=http://www.firstmedia.co.id/eng/corporate-governance/anggaran-dasar |title=ANGGARAN DASAR |access-date=2021-02-22 |archive-date=2023-05-28 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230528151529/http://www.firstmedia.co.id/eng/corporate-governance/anggaran-dasar |dead-url=no }}</ref><ref>{{Cite web |url=http://www.firstmedia.co.id/pdf/60/63/86/Lap_Keu_KBLV_30_Sep_2020.pdf |title=Laporan Keuangan First Media 2020 |access-date=2021-02-21 |archive-date=2023-05-28 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230528151530/http://www.firstmedia.co.id/pdf/60/63/86/Lap_Keu_KBLV_30_Sep_2020.pdf |dead-url=no }}</ref> Sahamnya pada saat itu dimiliki oleh [[Lippo Group]] (lewat AcrossAsia Multimedia Ltd.) sebesar 57,6% dan PT [[Datakom Asia]] (milik [[Peter F. Gontha]] dkk{{efn|Secara spesifik, struktur kepemilikan PT Datakom Asia terdiri dari:<br>PT Asriland ([[Bambang Trihatmodjo]]): 33,3%<br>PT Lembahsubur Adipertiwi ([[Anthony Salim]]): 28,57%<br>PT Persada Giri Abadi (Peter F. Gontha): 24,23%<br>PT Azbindo Nusantara ([[Aziz Mochdar]]): 6,88%<br>PT [[Indosat Ooredoo Hutchison|Indosat]] (Persero) Tbk: 5%<br>PT Trisadnawa Solusi Komunikasi ([[Youk Tanzil]]): 2%<ref name=komunika>{{Cite web |url=https://books.google.co.id/books?id=09UTAQAAMAAJ&q=Peter+F+.+Gontha+(+PT+Persada+Giri+Abadi+)+,+Azis+Mochdar+(+PT+Azbindo+)+and+Youk+Tanzil+(+PT+Trisadnawa+Solusi+Ko+...&dq=Peter+F+.+Gontha+(+PT+Persada+Giri+Abadi+)+,+Azis+Mochdar+(+PT+Azbindo+)+and+Youk+Tanzil+(+PT+Trisadnawa+Solusi+Ko+...&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiKopb1tfruAhWEA3IKHSRSDioQ6AEwAHoECAAQAg |title=Tempo: Indonesia's Weekly News Magazine, Volume 3,Masalah 1-8 |access-date=2022-12-07 |archive-date=2023-03-23 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230323210914/https://books.google.co.id/books?id=09UTAQAAMAAJ&q=Peter+F+.+Gontha+%28+PT+Persada+Giri+Abadi+%29+,+Azis+Mochdar+%28+PT+Azbindo+%29+and+Youk+Tanzil+%28+PT+Trisadnawa+Solusi+Ko+...&dq=Peter+F+.+Gontha+%28+PT+Persada+Giri+Abadi+%29+,+Azis+Mochdar+%28+PT+Azbindo+%29+and+Youk+Tanzil+%28+PT+Trisadnawa+Solusi+Ko+...&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiKopb1tfruAhWEA3IKHSRSDioQ6AEwAHoECAAQAg |dead-url=no }}</ref><ref>{{Cite web |url=https://books.google.co.id/books?id=irq1AAAAIAAJ&q=datakom+asia&dq=datakom+asia&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjr9cXyrfruAhXBF3IKHWZ3Dec4ChDoATABegQIBBAC |title=Yearbook of Asia-Pacific Telecommunications |access-date=2022-12-07 |archive-date=2023-03-23 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230323210906/https://books.google.co.id/books?id=irq1AAAAIAAJ&q=datakom+asia&dq=datakom+asia&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjr9cXyrfruAhXBF3IKHWZ3Dec4ChDoATABegQIBBAC |dead-url=no }}</ref>}}), pemegang saham PT Aditirta sebelumnya sebesar 13,31%.<ref name=asiakom>{{Cite web |url=https://books.google.co.id/books?id=V7m1AAAAIAAJ&q=matahari+lintascakrawala+datakom&dq=matahari+lintascakrawala+datakom&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiBza6exPruAhUFT30KHfC-Cg4Q6AEwAnoECAQQAg |title=AsiaCom: Asia-Pacific TV, Cable, Satellite, and Telecommunications, Volume 6 |access-date=2021-02-21 |archive-date=2023-07-21 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230721222816/https://books.google.co.id/books?id=V7m1AAAAIAAJ&q=matahari+lintascakrawala+datakom&dq=matahari+lintascakrawala+datakom&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiBza6exPruAhUFT30KHfC-Cg4Q6AEwAnoECAQQAg |dead-url=no }}</ref><ref>{{Cite web |url=https://jawawa.id/newsitem/artha-graha-datakom-to-establish-alliance-1447893297 |title=JP/Artha Graha, Datakom to establish alliance |access-date=2021-02-21 |archive-date=2023-05-29 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230529062855/https://jawawa.id/newsitem/artha-graha-datakom-to-establish-alliance-1447893297 |dead-url=no }}</ref> Pada awal 2000an, pelanggannya tercatat sebesar 74.000, bertumbuh dari sebelumnya sebesar 13.712 orang pada akhir 1999.<ref name="books.google.co.id"/><ref
Pada [[16 Juni]] [[2007]], PT Broadband Multimedia Tbk mengganti namanya menjadi PT First Media Tbk, sekaligus meluncurkan identitas dan merek baru sebagai penyedia layanan "Triple Play". Kabelvision dan Digital1 disatukan di bawah produk [[HomeCable]], sementara MyNet menjadi [[FastNet]]. Lalu, di akhir [[Agustus]] 2007, Lippo Group mengumumkan kucuran investasi sebesar $650 juta selama empat tahun
First Media juga memegang penuh kepemilikan saham PT Ayunda Prima Mitra yang menguasai 49% saham PT Direct Vision, perusahaan yang mengoperasikan jasa televisi satelit [[Astro Nusantara]]. Astro Nusantara sendiri tidak beroperasi lagi sejak pada tanggal [[20 Oktober]] [[2008]]. Di tahun yang sama, First Media memiliki sekitar 180.000 pelanggan [[internet]] dan sekitar 130.000 pelanggan televisi. Jaringan serat optik First Media memiliki panjang 2.597 kilometer yang tersebar di Jabodetabek, Surabaya, dan Bandung. First Media menargetkan satu juta rumah akan terjangkau jaringan mereka sebelum awal [[2009]].
Baris 37:
Sejak awal 2000-an, selain memiliki PT First Media Tbk, Lippo Grup juga memiliki sebuah perusahaan lain bernama PT [[LinkNet]], yang sudah berdiri sejak 1996. Perusahaan ini mulai beroperasi di tahun 2000 dengan nama produk Digitalnet dan Mynet, yang kemudian berubah menjadi FastNet. Mengingat keduanya berada dalam satu pemilik, relasi kedua perusahaan saling berkaitan (dalam berbagai kerjasama operasional) meskipun keduanya bukan merupakan induk dan [[anak usaha]].<ref name=fdok>[https://fdokumen.com/document/pt-link-net-tbk.html?page=78 Prospektus LINK 2014]</ref><ref>[https://web.archive.org/web/20040810215135fw_/http://www.kabelvision.com/about.aspx?bouType=oview About Us-Overview]</ref> Akhirnya, pada Juni 2008, Lippo mengalihkan kepemilikan PT LinkNet kepada PT First Media Tbk, menjadikannya satu atap.<ref name=fdok/>
Pada tahun 2011 dilakukan reorganisasi bisnis<ref name=fdok/><ref name=thn>[https://idnfinancials.s3-ap-southeast-1.amazonaws.com/financial-statements/KBLV/2011/FY_2011_KBLV_First+Media+Tbk.pdf Lapkeu
* Lini telekomunikasi (internet) dijalankan oleh anak usaha:
** PT LinkNet untuk layanan komunikasi kabel. Melalui sebuah perjanjian reorganisasi pada 21 Maret 2011, KBLV mengalihkan asetnya yang berkaitan dengan penyediaan jasa internet kepada anak usahanya tersebut. Adapun layanan internetnya diberi nama FastNet.
Baris 51:
Reorganisasi ini diiringi dengan masuknya modal Rp 1,63 triliun (senilai 33,94% saham) dari lembaga investasi CVC Capital Partners ke Link Net, sehingga kepemilikan PT First Media Tbk di anak perusahaannya tersebut terdilusi.<ref>[https://economy.okezone.com/read/2011/03/22/278/437621/first-media-barter-saham-link-net-rp2-35-t-dengan-cvc First Media Barter Saham Link Net Rp2,35 T dengan CVC]</ref> Reorganisasi lain dilakukan pada 2015 dengan menjual kepemilikan langsung penyedia TV kabel PT First Media Television kepada LinkNet.<ref name=lapkeu/> Untuk memperluas usahanya perusahaan kemudian sempat mengakuisisi beberapa bisnis lain, seperti pengelola bioskop PT [[Cinemaxx]] Global Pasifik (kemudian dilepas) di tahun 2014, dan beberapa perusahaan media massa milik Lippo Grup lainnya (seperti ''[[Suara Pembaruan]]'', ''[[Jakarta Globe]]'', ''[[Investor Daily]]'') di tahun 2019.<ref name=lapkeu/>
Kombinasi dan konsolidasi antara penyedia TV berlangganan dan penyedia jasa internet tersebut dilakukan seiring makin kuatnya bisnis berbasis ''triple play'' dibanding masing-masing produk secara individu. Adapun layanan HomeCable juga dipasarkan oleh PT LinkNet, di samping memasarkan produk sendiri (FastNet dan DataComm untuk layanan internet dan komunikasi data). Selain itu ketiganya juga dipaketkan dalam paket-paket yang dipasarkan dalam bendera First Media.<ref name=fdok/><ref name=em/><ref>[https://ir.linknet.co.id/static-files/de5ec7d4-ddef-4d89-b983-df27c0043655 LapTahunan
Sayangnya, upaya reorganisasi dan ekspansi ke sektor-sektor baru tidaklah berefek positif. Di tahun 2014 saja, sekitar 80% pendapatan KBLV masih disumbang oleh LinkNet.<ref>[https://market.bisnis.com/read/20140502/192/223991/ipo-listing-2-juni-link-net-lepas-10-saham-milik-first-media IPO: Listing 2 Juni, Link Net Lepas 10% Saham Milik First Media]</ref> Ketika saham KBLV di LinkNet terus terdilusi (menjadi 27,42%) pasca-IPO di tahun 2014, maka kinerja perusahaan ini terus merosot.<ref name=tirto>[https://tirto.id/first-media-satu-lagi-bisnis-lippo-group-yang-berdarah-darah-dabp First Media, Satu Lagi Bisnis Lippo Group yang Berdarah-darah]</ref> Usaha lainnya di bidang media massa dan komunikasi nirkabel justru tidak membuahkan hasil yang positif. Baik merek [[WiMAX]] dan [[4G]] sebagai penerusnya yang dikembangkan lewat merek [[Sitra (WiMAX)|Sitra]]<ref name=duabelas>[https://live.firstmedia.com/uploads/FM_AR2012_small.pdf LapTahunan KBLV 2012]</ref> dan BOLT! hanya berusia pendek, bahkan BOLT! harus berakhir tragis karena dihentikan izin pengoperasiannya oleh pemerintah.<ref name=em/> Tutupnya BOLT! ikut memangkas pendapatan perusahaan, di saat 80% persen pendapatannya berasal dari sana.<ref>[https://industri.kontan.co.id/news/first-media-klbv-kami-belum-mau-mati-karena-rugi First Media (KLBV): Kami belum mau mati karena rugi]</ref> Sementara itu upaya terjun ke televisi berita premium lewat BeritaSatu juga tidak memuaskan, begitu juga dengan TV satelit BiG TV, sejalan dengan tidak positifnya kinerja lini bisnis media massa keluarga Riady lainnya. Putra mahkota penerus imperium bisnis Lippo, [[John Riady]] bahkan menyebut bisnis media tidaklah menghasilkan uang.<ref name=oligarch>[https://books.google.co.id/books?id=YePaDwAAQBAJ&pg=PA37&dq=beritasatu&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjT2u-_0fX6AhXI73MBHSDKDRYQ6AF6BAgJEAI#v=onepage&q=beritasatu&f=false Media Power in Indonesia: Oligarchs, Citizens and the Digital Revolution]</ref> Memasuki pertengahan 2010-an, kinerja KBLV justru semakin merosot. Pada tahun 2015 perusahaan merugi Rp 1,5 triliun, lalu pada 2018 naik menjadi Rp 2,9 triliun,<ref name=tirto/> dan pada 2022 masih merugi sebesar Rp 270 miliar.<Ref>[https://www.emitennews.com/news/defisit-makin-bengkak-tahun-lalu-first-media-kblv-masih-rugi-rp270-miliar Defisit Makin Bengkak, Tahun Lalu First Media (KBLV) Masih Rugi Rp270 Miliar]</ref> Hal ini terjadi meskipun jumlah pelanggan yang berlangganan di bawah LinkNet naik dari 580.000 di tahun 2012<ref name=duabelas/> menjadi 816.000 di tahun 2020.<ref>[https://www.indotelko.com/read/1604808160/laba-link-net-105 Laba Link Net turun 10,5%]</ref>
|