First Media: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 53:
Reorganisasi ini diiringi dengan masuknya modal Rp 1,63 triliun (senilai 33,94% saham) dari lembaga investasi CVC Capital Partners ke LinkNet, sehingga kepemilikan PT First Media Tbk di anak perusahaannya tersebut terdilusi.<ref>[https://economy.okezone.com/read/2011/03/22/278/437621/first-media-barter-saham-link-net-rp2-35-t-dengan-cvc First Media Barter Saham Link Net Rp2,35 T dengan CVC]</ref> Reorganisasi lain dilakukan pada 2015 dengan menjual kepemilikan langsung penyedia TV kabel PT First Media Television kepada LinkNet.<ref name=lapkeu/> Untuk memperluas usahanya perusahaan kemudian sempat mengakuisisi beberapa bisnis lain, seperti pengelola bioskop PT [[Cinemaxx|Cinemaxx Global Pasifik]] (kemudian dilepas) di tahun 2014, dan beberapa perusahaan media massa milik Lippo Grup lainnya (seperti ''[[Suara Pembaruan]]'', ''[[Jakarta Globe]]'', ''[[Investor Daily]]'') di tahun 2019.<ref name=lapkeu/>
Kombinasi dan konsolidasi antara penyedia TV berlangganan dan penyedia jasa internet tersebut dilakukan seiring makin kuatnya bisnis berbasis ''triple play'' dibanding masing-masing produk secara individu. Adapun layanan HomeCable juga dipasarkan oleh PT LinkNet, di samping memasarkan produk sendiri (FastNet dan DataComm
Sayangnya, upaya reorganisasi dan ekspansi ke sektor-sektor baru tidaklah berefek positif bagi kinerja perusahaan. Di tahun 2014 saja, sekitar 80% pendapatan KBLV masih disumbang oleh LinkNet.<ref>[https://market.bisnis.com/read/20140502/192/223991/ipo-listing-2-juni-link-net-lepas-10-saham-milik-first-media IPO: Listing 2 Juni, Link Net Lepas 10% Saham Milik First Media]</ref> Ketika saham KBLV di LinkNet terus terdilusi (menjadi 27,42%) pasca-IPO di tahun 2014, maka kinerja perusahaan ini terus merosot.<ref name=tirto>[https://tirto.id/first-media-satu-lagi-bisnis-lippo-group-yang-berdarah-darah-dabp First Media, Satu Lagi Bisnis Lippo Group yang Berdarah-darah]</ref> Usaha lainnya di bidang media massa dan komunikasi nirkabel justru tidak membuahkan hasil yang positif. Baik merek [[WiMAX]] dan [[4G]] sebagai penerusnya yang dikembangkan lewat merek [[Sitra (WiMAX)|Sitra]]<ref name=duabelas>[https://live.firstmedia.com/uploads/FM_AR2012_small.pdf LapTahunan KBLV 2012]</ref> dan BOLT! hanya berusia pendek, bahkan BOLT! harus berakhir tragis karena dihentikan izin pengoperasiannya oleh pemerintah.<ref name=em/> Tutupnya BOLT! ikut memangkas pendapatan perusahaan, di saat 80% persen pendapatannya berasal dari sana.<ref>[https://industri.kontan.co.id/news/first-media-klbv-kami-belum-mau-mati-karena-rugi First Media (KLBV): Kami belum mau mati karena rugi]</ref> Sementara itu upaya terjun ke televisi berita premium lewat BeritaSatu juga tidak memuaskan, begitu juga dengan TV satelit BiG TV, sejalan dengan tidak positifnya kinerja lini bisnis media massa keluarga Riady lainnya. Putra mahkota penerus imperium bisnis Lippo, [[John Riady]] bahkan menyebut bisnis media tidak mampu menghasilkan uang.<ref name=oligarch>[https://books.google.co.id/books?id=YePaDwAAQBAJ&pg=PA37&dq=beritasatu&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjT2u-_0fX6AhXI73MBHSDKDRYQ6AF6BAgJEAI#v=onepage&q=beritasatu&f=false Media Power in Indonesia: Oligarchs, Citizens and the Digital Revolution]</ref> Memasuki pertengahan 2010-an, kinerja KBLV justru semakin merosot. Pada tahun 2015 perusahaan merugi Rp 1,5 triliun, lalu pada 2018 naik menjadi Rp 2,9 triliun,<ref name=tirto/> dan pada 2022 masih merugi sebesar Rp 270 miliar.<Ref>[https://www.emitennews.com/news/defisit-makin-bengkak-tahun-lalu-first-media-kblv-masih-rugi-rp270-miliar Defisit Makin Bengkak, Tahun Lalu First Media (KBLV) Masih Rugi Rp270 Miliar]</ref> Hal ini terjadi meskipun jumlah pelanggan yang berlangganan di bawah LinkNet naik dari 580.000 di tahun 2012<ref name=duabelas/> menjadi 816.000 di tahun 2020.<ref>[https://www.indotelko.com/read/1604808160/laba-link-net-105 Laba Link Net turun 10,5%]</ref>
|