Bank CIMB Niaga: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 55:
Kekhawatiran Soedarpo seakan-akan terbukti kemudian, ketika setahun kemudian bisnis Hashim "oleng" diterjang [[krisis finansial Asia 1997]]. Over-ekspansi dari putra [[Soemitro Djojohadikusumo|begawan ekonomi]] tersebut, yang menjadi bumerang, ikut membuat Bank Niaga seret.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=2pJSEAAAQBAJ&pg=PA16&dq=bank+niaga+hashim&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwiKi5z1xdyDAxXb1TgGHVmiBrwQ6AF6BAgGEAI#v=onepage&q=bank%20niaga%20hashim&f=false Reformasi Indonesia: Keluar dari Belenggu Kemiskinan]</ref> Pada saat yang sama, pemegang utama (20%) saham Bank Niaga lainnya, [[RHB Bank]] ([[Malaysia]]),<ref>[https://finansial.bisnis.com/read/20200920/90/1294142/historia-bisnis-lepasnya-pengaruh-rashid-hussain-di-bank-niaga Historia Bisnis : Lepasnya Pengaruh Rashid Hussain di Bank Niaga]</ref> juga sedang dalam keadaan sulit sehingga tidak mampu membantu Bank Niaga memenuhi kecukupan modalnya.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=D8YbAQAAMAAJ&q=bank+niaga+hashim+rashid&dq=bank+niaga+hashim+rashid&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwj85YLFyNyDAxV41jgGHRHFAYEQ6AF6BAgEEAI Country Report: Indonesia]</ref>
Gagalnya kedua pihak menyuntikkan modal baru membuat pada 2 Juli 1999 Bank Niaga dikuasai penuh oleh pemerintah Indonesia melalui [[Badan Penyehatan Perbankan Nasional]] (BPPN), sebagai ''Bank Take Over'' (BTO).<ref name=sulit>[https://books.google.co.id/books?id=RANTEAAAQBAJ&pg=PA34&dq=bank+niaga+BTO&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwj1ntvQyNyDAxVD-jgGHZzZApcQ6AF6BAgEEAI#v=onepage&q=bank%20niaga%20BTO&f=false Perbankan Indonesia: Mereka yang Mampu Bertahan di Masa Sulit]</ref> Sama seperti bank-bank dibawah BPPN lainnya, Bank Niaga kemudian direkapitalisasi untuk memperbaiki kondisinya. Pasca-penyehatan, saham Bank Niaga milik pemerintah (71%) kemudian ditawarkan ke investor strategis (divestasi). Mulanya ada 4 peminat saham tersebut: konsorsium pimpinan [[Bank Victoria International]], [[ANZ]] ([[Australia]]), Commerce Asset-
Pada tanggal 16 September 2004, bank ini membentuk Unit Usaha Syariah untuk dapat menyediakan layanan perbankan dengan prinsip syariah.<ref name="annual"/><ref name="profil">{{Cite web|url=https://investor.cimbniaga.co.id/gcg/milestone.html|title=Sejarah Perusahaan|publisher=PT Bank CIMB Niaga Tbk|language=id|access-date=29 Januari 2022}}</ref> Di bawah Commerce
=== LippoBank (1948-2008) ===
Baris 74:
Pada tahun 1975, Ning bertemu dengan bankir [[Bank Central Asia]], [[Mochtar Riady]] dan menyadari potensinya untuk mengembangkan BPI. Namun, Mochtar menolak dengan halus, karena menganggap dirinya sedang berusaha mengembangkan BCA. Enam tahun kemudian, situasi kedua bank kini berkebalikan, dengan BCA menjadi salah satu bank terbesar, sedangkan BPI masih berkinerja jauh di bawahnya. Pada tahun 1981 itulah Ning kembali menawarkan Mochtar peluang untuk mengembangkan BPI. Sebagai hasil kesepakatan keduanya, Mochtar diberi saham 49% (kemudian dibagi bersama [[Soedono Salim]]), sedangkan sisanya masih milik Ning.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=61w4DQAAQBAJ&pg=PA116&dq=bank+perniagaan+ning&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjf-4u_1dyDAxV5TmwGHTvfCKo4ChDoAXoECA0QAg#v=onepage&q=bank%20perniagaan%20ning&f=false Mochtar Riady: My Life Story]</ref>
Di bawah Mochtar, BPI berkembang dengan pesat, dengan pada 1987 mencatatkan aset Rp 253 miliar. Pada akhir periode itu juga, pemegang saham lain melepaskan sahamnya di bank ini, sehingga saham BPI dimiliki oleh Mochtar secara mayoritas. Setelah merger dengan Bank Umum Asia dan berganti nama menjadi LippoBank, bank ini berkembang lebih jauh lagi, dengan hanya dalam waktu 9 bulan bisa mendapatkan izin bank devisa dan ''go public''.<ref
Sayang, keberhasilan bank ini di bawah bendera Lippo dan kendali Mochtar hanya bertahan seumur jagung. Krisis moneter di tahun 1999 membuat Bank Lippo masuk ke dalam program rekapitalisasi pemerintah, demi menaikkan [[rasio kecukupan modal]]nya menjadi 4%. Total biaya proses tersebut (yang dilakukan pada 28 Mei 1999)<ref name=bidder/> diperkirakan sebesar Rp 6,5-7,7 triliun yang dibayar dengan 60% saham keluarga Riady di bank ini.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=wNMTAQAAMAAJ&q=banklippo+bto+1999&dq=banklippo+bto+1999&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjg5L2Y2tyDAxVhT2wGHRUXDtIQ6AF6BAgJEAI Tempo: Indonesia's Weekly News Magazine, Volume 5,Masalah 34-4]</ref><ref name=jawawa>[https://jawawa.id/newsitem/bank-lippo-controversy-1447893297 JP/Bank Lippo controversy]</ref> Sebagai ganti manajemen lama (meskipun masih ada dalam jajaran komisaris), pada tahun 1999 hingga 2002 manajemennya dipegang oleh [[ING Group|ING Barings]]. Lepas dari pengelolaan perusahaan keuangan internasional tersebut, justru bank ini diterjang rumor tidak sedap mengenai permainan harga saham, rekayasa jual beli saham, masalah pengembalian dana rekapitalisasi, pelanggaran pemberian kredit, dan manipulasi laporan keuangan. Diduga, aksi permainan harga tersebut dilakukan agar keluarga Riady dapat membeli kembali mayoritas saham LippoBank dari tangan pemerintah dengan harga murah.<ref>[https://www.hukumonline.com/berita/a/kronologis-kasus-bank-lippo-versi-koalisi--masyarakat-hol7516/#! Kronologis Kasus Bank Lippo versi Koalisi Masyarakat]</ref><ref name=jawawa/><ref>[https://www.liputan6.com/news/read/50103/bapepam-memeriksa-rekayasa-harga-saham-bank-lippo Bapepam Memeriksa Rekayasa Harga Saham Bank Lippo]</ref>
Baris 80:
Terlepas dari masalah tersebut, seperti bank-bank lainnya di bawah BPPN, kemudian saham pemerintah di LippoBank dilepas ke investor strategis, yang prosesnya dimulai pada akhir 2003.<ref>[https://www.liputan6.com/news/read/67597/divestasi-bank-lippo-dilanjutkan Divestasi Bank Lippo Dilanjutkan]</ref> Mulanya, ada sekitar 50 calon yang berminat,<ref>[https://bisnis.tempo.co/read/38034/penawaran-awal-bank-lippo-akan-digelar-besok Penawaran Awal Bank Lippo akan Digelar Besok]</ref> namun akhirnya hanya tersisa tiga konsorsium<ref>[https://jawawa.id/newsitem/ibra-postpones-lippo-sale-due-to-low-bids-1447893297 JP/IBRA postpones Lippo sale due to low bids]</ref> yang lolos seleksi: Eurocapital Asia, Summit Investment dan SwissAsia Global.<ref>[https://bisnis.tempo.co/read/31955/lippo-bank-kemungkinan-dijual-murah Lippo Bank Kemungkinan Dijual Murah]</ref> Pada 27 Januari 2004 konsorsium SwissAsia terpilih sebagai pemenang 52,05% saham LippoBank dengan total transaksi senilai Rp 1,2 triliun yang dilakukan pada 25 Februari 2004.<ref name=bidder>[https://indonesianbanks.blogspot.com/2007/11/bank-lippo.html BANK LIPPO]</ref><ref>[https://www.liputan6.com/news/read/70983/swissasia-ditetapkan-sebagai-ipreferred-bidderi-bank-lippo Swissasia Ditetapkan Sebagai <i>Preferred Bidder</i> Bank Lippo]</ref><ref>[https://www.liputan6.com/news/read/72941/swissasia-global-pemenang-divestasi-bank-lippo Swissasia Global Pemenang Divestasi Bank Lippo]</ref> Adapun konsorsium ini beranggotakan sejumlah bank asal [[Eropa]], seperti [[Raiffeisen Zentralbank]] dan Swissfirst Bank AG.<ref>[https://www.datatempo.co/MajalahTeks/detail/ARM2018061299743/swissasia-siap-kuasai-lippo Swissasia Siap Kuasai Lippo]</ref>
Namun, kepemilikan oleh konsorsium tersebut hanya berumur pendek. Di bulan Juli 2005, mereka memutuskan untuk menjual saham bank ini kepada peminat lain, yaitu [[Khazanah Nasional]], perusahaan investasi milik pemerintah Malaysia (juga pemegang saham mayoritas Commerce
Dengan penjualan mayoritas saham LippoBank ke investor asing tersebut, maka berakhirlah riwayat bisnis keluarga Riady di dunia perbankan (sebelum kembali lagi dengan [[Bank Nationalnobu]] di tahun 2010). Pada 4 Maret 2005, Mochtar mengundurkan diri dari kursi komisaris utama di bank ini.<Ref name=begini/> Lippo kemudian juga melepas banyak aset perbankannya di luar negeri pada periode yang sama. Menurut Mochtar, penjualan tersebut didasari keinginannya untuk meninggalkan penuh bisnis perbankan (yang membesarkan namanya), karena dirasa terus menguras koceknya demi menambah permodalan.<ref name=teman/>
|