Abdurrahman Baswedan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Nyilvoskt (bicara | kontrib)
k Mengembalikan suntingan oleh 182.253.181.106 (bicara) ke revisi terakhir oleh Urang Kamang
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Asphonixm (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 77:
Perjuangan A.R. Baswedan berlanjut di republik baru. Bersama dengan Haji [[Agus Salim]] (Menteri Muda Luar Negeri), Rasyidi (Sekjen Kementrian Agama), [[Natsir|Muhammad Natsir]] dan St. Pamuncak, A.R. Baswedan (Menteri Muda Penerangan) menjadi delegasi diplomatik pertama yang dibentuk oleh negara baru merdeka ini. Mereka melobi para pemimpin negara-negara Arab. Perjuangan ini berhasil meraih pengakuan pertama atas eksistensi Republik Indonesia secara ''de facto'' dan ''de jure'' oleh [[Mesir]]. Lobi panjang melalui [[Liga Arab]] dan di Mesir itu menjadi tonggak pertama keberhasilan diplomasi yang diikuti oleh pengakuan negara-negara lain terhadap Indonesia, sebuah republik baru di [[Asia Tenggara]].
 
Pada 1950-an, A.R. Baswedan bergabung dalam [[Partai Masyumi]]. A.R. Baswedan menjadi pejabat teras partai Islam terbesar dalam sejarah Indonesia itu. Deliar Noer menyimpulkan bahwa A.R. Baswedan termasuk dalam kelompok pendukung Moh. Natsir dalam Masyumi.<ref>Deliar Noer, Partai Islam di Pentas Nasional, Kisah dan Analisis Perkembangan Politik Indonesia 1945-1965 (Bandung: Mizan), hal. 117.</ref> Di partai tersebut, ia berkenalan dengan beberapa politikus yang beraliran [[politik Islam]], salah satunya [[Zakaria bin Muhammad Amin]]. Ketika Partai Masyumi dibubarkan oleh Presiden Soekarno pada 15 Agustus 1960, muncul kemarahan antara golongan Islamis terhadap pemerintah.<ref name=":2">{{Cite book|last=Saputra|first=Amrizal, Wira Sugiarto, Suyendri, Zulfan Ikhram, Khairil Anwar, M. Karya Mukhsin, Risman Hambali, Khoiri, Marzuli Ridwan Al-bantany, Zuriat Abdillah, Dede Satriani, Wan M. Fariq, Suwarto, Adi Sutrisno, Ahmad Fadhli|date=2020-10-15|url=https://books.google.com/books?id=hQ4lEAAAQBAJ|title=PROFIL ULAMA KARISMATIK DI KABUPATEN BENGKALIS: MENELADANI SOSOK DAN PERJUANGAN|publisher=CV. DOTPLUS Publisher|isbn=978-623-94659-3-3|pages=156|language=id|url-status=live}}</ref> Zakaria kemudian mengatakan bahwa Soekarno mencoba untuk mengeliminasi dan membungkam partai yang memperjuangkan Islam, beserta pandangan politiknya.<ref name=":2" /> Dalam wawancara dengan Suratmin pada bulan November 1984, A.R. Baswedan mengatakan bahwa alasannya bergabung dengan Partai Masyumi karena partai tersebut sesuai dengan pandangan nasionalisme Islam yang dianutnya.<ref>{{Cite web|date=2015-10-29|title=Ideologi politik keturunan Arab: Islamis, sosialis hingga komunis|url=https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/10/151016_indonesia_arabindonesia_sikappolitik|website=BBC News Indonesia|language=id|access-date=2024-02-02}}</ref>
 
=== Muballigh ===