'''Asemdoyong''' adalah [[desa]] di [[kecamatan]] [[Taman, Pemalang|Taman]], [[Kabupaten Pemalang|Pemalang]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]. Desa Asemdoyong terletak di pesisir pantai utara [[Jawa|pulau Jawa]].<ref>{{Cite web|last=Tim Editorial|first=Website Resmi Desa Asemdoyong|title=Profil Desa (Asemdoyong)|url=https://asemdoyong.desa.id/home/|website=Asemdoyong|access-date=17 Januari 2024}}</ref> Dalam perkembangannya, Desa Asemdoyong telah memiliki Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) dan [[Tempat pelelangan ikan|Tempat Pelelangan Ikan]] (TPI) yang merupakan aset daerah Pemerintah [[Kabupaten Pemalang]] yang potensial.<ref>{{Cite web|last=Tim Jurnalistik Website|first=DKP Provinsi Jawa Tengah|date=31 Oktober 2022|title=Aktifitas di Dermaga dan TPI PPP Asemdoyong Pemalang|url=https://dkp.jatengprov.go.id/index.php/berita/pppasemdoyong/aktifitas-di-dermaga-dan-tpi-ppp-asemdoyong-pemalang|website=DKP Prov. Jateng|access-date=17 Januari 2024}}</ref><ref name=":0">{{Cite web|last=Tim Editorial|first=Website Resmi Desa Asemdoyong|title=Sejarah Desa|url=https://asemdoyong.desa.id/profil-desa/|website=Asemdoyong|access-date=18 Januari 2024}}</ref>
== Sejarah ==
Cerita yang berkembang di masyarakat sekitar yakni Desa Asemdoyong dinamai oleh Ki Gede Pondoh, ia menemukan pohon asem di tepi sungai Jurumangu yang hampir roboh (doyong). Ki Gede Pondoh memelihara seekor harimau yang bernama Mbah Peko. Tempat ini semula digunakan sebagai tempat bermain Ki Gede Pondoh bersama saudaranya yang bernama Ki Gede Klinthing untuk dipanjati pohon asemnya. Pohon tersebut berdiri condong (doyong) ke arah Baratbarat dan menghadap ke wilayah Sido Ayu yang sekarang bernama Candi Sedayu. Di sekitar pohon tersebut terdapat sungai Jurumangu yang dihidupi banyak ikan dan juga buaya pada saat itu. Akhirnya Ki Gede Pondoh menamakan Desa ini dengan nama Asemdoyong. Semasa dipimpin oleh lurah Wiro Wongso, pohon asem tersebut ditebang dan dirobohkan. Sampai sekarang pohon asem tersebut di buat untuk bedug dengan diameter 120 cm dan panjang 130 cm yang sekarang berada di masjid utama Desa Asemdoyong yakni masjid Baitussalam di Dusun Asemdoyong.<ref name=":0">{{Citeweb|last=Tim Editorial|first=Website Resmi Desa Asemdoyong|title=Sejarah Desa|url=https://asemdoyong.desa.id/profil-desa/|website=Asemdoyong|access-date=18> Januari 2024}}</ref>
Desa Asemdoyong memiliki beberapa bukti sejarah telah adanya peradaban di masa silam. Makam kuno tokoh penyebar agama [[Islam]] yaitu makam Mbah Jiwo Agung dan Mbah Syeik Kyai Haji Abu Bakar di temukan di Asemdoyong.<ref name=":0" /> Semasa dipimpin oleh lurah Wiro Wongso, kayu pohon-pohon asem di Asemdoyong dijadikan bahan utama pembuatan bedug dengan diameter 120 cm dan panjang 130 cm yang sekarang berada di masjid utama Desa Asemdoyong yakni masjid Baitussalam.<ref name=":0" /> Baritan adalah tradisi yang dimiliki masyarakat Asemdoyong, yakni prosesi larung sesaji ke pantai utara Jawa yang sudah dilakukan secara turun temurun setiap tanggal 1 Suro.<ref>{{Cite news|last=Abdullah|first=Eva|date=31 Agustus 2019|title=Baritan, Prosesi Larung Sesaji Laut di Asemdoyong Tiap 1 Suro|url=https://www.wartadesa.net/baritan-prosesi-larung-sesaji-laut-asemdoyong-tiap-satu-suro/|work=Wartadesa|access-date=18 Januari 2024}}</ref>
Seiring perkembangan zaman Desa Asemdoyong juga Mengalami Perkembanganya dari himpunan yang tersebar pada ratusan tahun yang lalu. Bukti sejarah menunjukan adanya Makam kuno Tokoh penyebar Agama [[Islam]] yaitu makam dari Mbah Jiwo Agung dan Mbah Syeik Kyai Haji Abu Bakar yang terletak di Desa Asemdoyong, serta dengan tradisi dan cerita Lisan yang ikut mewarnai berdirinya Kabupaten Pemalang sebagai satu Kesatuan yang tak terpisahkan. Kesatuan pemukiman di Desa Asemdoyong secara Sosio Historis Berkembang sebelum menjadi desa.<ref name=":0" />