Analek Konfusius: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
k ~cite
Baris 73:
Interpretasi pribadi He Yan tentang ''Analects'' dipandu oleh keyakinannya bahwa [[Taoisme]] dan [[Agama Konghucu|Konfusianisme]] saling melengkapi, sehingga dengan mempelajari keduanya dengan cara yang benar seorang sarjana dapat sampai pada satu kebenaran yang bersatu. Berdebat untuk kompatibilitas tertinggi ajaran Taoisme dan Konfusianisme, ia berpendapat bahwa "Laozi [sebenarnya] setuju dengan Konfusius". ''Penjelasan'' ditulis pada tahun 248 M, dengan cepat diakui sebagai otoritatif, dan tetap menjadi panduan standar untuk menafsirkan ''Analects'' selama hampir 1.000 tahun, sampai [[:en:Yuan_dynasty|awal dinasti Yuan]] (1271–1368). Ini adalah komentar lengkap tertua tentang ''Analects'' yang masih ada.<ref>{{Cite journal|last=Price|first=Charles C.|last2=Stacy|first2=Gardner W.|date=2003-04-28|title=<i>p</i>-Aminophenyl Disulfide|url=http://dx.doi.org/10.1002/0471264180.os028.06|journal=Organic Syntheses|location=Hoboken, NJ, USA|publisher=John Wiley & Sons, Inc.|pages=14–14}}</ref>
 
Komentar He Yan akhirnya dipindahkan sebagai komentar standar yang definitif oleh komentar Zhu Xi. Karya Zhu Xi juga menyatukan komentar para sarjana sebelumnya (kebanyakan dari dinasti Song), bersama dengan interpretasinya sendiri. Karya Zhu mengambil bagian dalam konteks periode minat baru dalam studi Konfusianisme, di mana para sarjana Tiongkok tertarik untuk menghasilkan satu ortodoksi intelektual "benar" yang akan "menyelamatkan" tradisi Tiongkok dan melindunginya dari pengaruh asing, dan di mana para sarjana semakin tertarik pada spekulasi metafisik. <ref>{{Cite journal|last=Sen|first=Gita|date=2003-06|title=Inequalities and Health in India|url=http://dx.doi.org/10.1057/palgrave.development.1110438|journal=Development|volume=46|issue=2|pages=18–20|doi=10.1057/palgrave.development.1110438|issn=1011-6370}}</ref>
 
Dalam komentarnya Zhu berusaha keras untuk menafsirkan ''Analects'' dengan menggunakan teori yang diuraikan dalam Empat Buku lainnya, sesuatu yang belum dilakukan He Yan. Zhu berusaha untuk memberikan koherensi dan kesatuan tambahan pada pesan ''Analects'', menunjukkan bahwa buku-buku individu dari kanon Konfusianisme memberi makna pada keseluruhan, sama seperti keseluruhan kanon memberi makna pada bagian-bagiannya. Dalam kata pengantarnya, Zhu Xi menyatakan, "''Analects'' dan ''[[Mengzi|Mencius]]'' adalah karya yang paling penting bagi siswa yang mengejar [[Taoisme|Jalan]] [...] Kata-kata ''Analects'' semuanya inklusif; apa yang mereka ajarkan tidak lain adalah hal-hal penting dari melestarikan pikiran dan mengembangkan sifat [seseorang]."<ref>{{Cite journal|last=Gardner|first=William N|date=2003-11|title=Hyperventilation: a practical guide|url=http://dx.doi.org/10.1383/medc.31.11.7.27185|journal=Medicine|volume=31|issue=11|pages=7–8|doi=10.1383/medc.31.11.7.27185|issn=1357-3039}}</ref>
Baris 87:
Filsuf Konfusianisme kemudian menjelaskan ''ren'' sebagai kualitas memiliki cara yang baik, mirip dengan kata-kata bahasa Inggris "manusiawi", "altruistik", atau "baik hati", tetapi, dari enam puluh contoh di mana Konfusius membahas ''ren'' dalam ''Analects'', sangat sedikit yang memiliki makna selanjutnya. Konfusius malah menggunakan istilah ''ren'' untuk menggambarkan keadaan kebajikan yang sangat umum dan mencakup segalanya, yang tidak dicapai sepenuhnya oleh orang yang hidup. (Penggunaan istilah ''ren'' ini khas ''Analects''.) <ref>{{Cite journal|last=Goschen|last2=Nuffield|last3=Beit|first3=Alfred|last4=Ebbisham|last5=Waley|first5=EricG.|date=1938-05|title=GUY'S HOSPITAL|url=http://dx.doi.org/10.1016/s0140-6736(00)94558-6|journal=The Lancet|volume=231|issue=5984|pages=1084|doi=10.1016/s0140-6736(00)94558-6|issn=0140-6736}}</ref>
 
Sepanjang ''Analects'', siswa Konfusius sering meminta agar Konfusius mendefinisikan ''ren'' dan memberikan contoh orang yang mewujudkannya, tetapi Konfusius umumnya menanggapi secara tidak langsung pertanyaan siswanya, alih-alih menawarkan ilustrasi dan contoh perilaku yang terkait dengan ''ren'' dan menjelaskan bagaimana seseorang dapat mencapainya. Menurut Konfusius, seseorang dengan rasa ''ren'' yang terlatih dengan baik akan berbicara dengan hati-hati dan sederhana (''Analects'' 12.3); tegas dan teguh (''Analects'' 12.20), berani (''Analects'' 14.4), bebas dari kekhawatiran, ketidakbahagiaan, dan ketidakamanan (''Analects'' 9.28; 6.21); memoderasi keinginan mereka dan kembali ke kepatutan (''Analects'' 12.1); bersikap hormat, toleran, rajin, dapat dipercaya dan baik hati (''Analects'' 17.6); dan mengasihi orang lain (''Analects'' 12.22). Konfusius mengakui kekecewaan para pengikutnya bahwa dia tidak akan memberi mereka definisi ''ren'' yang lebih komprehensif, tetapi meyakinkan mereka bahwa dia membagikan semua yang dia bisa (''Analects'' 7.24). <ref>{{Cite journal|last=Moss|first=Robert I.|last2=Gardner|first2=P.J.|date=2003-03|title=Shin Splints|url=http://dx.doi.org/10.1123/att.8.2.52|journal=Athletic Therapy Today|volume=8|issue=2|pages=52–53|doi=10.1123/att.8.2.52|issn=1078-7895}}</ref>
 
Bagi Konfusius, penanaman ''ren'' melibatkan depresiasi diri sendiri melalui kesopanan sambil menghindari ucapan yang berseni dan perilaku yang menarik yang akan menciptakan kesan palsu tentang karakter seseorang (''Analects'' 1.3). Konfusius mengatakan bahwa mereka yang telah membudidayakan ''ren'' dapat dibedakan dengan "sederhana dalam cara dan lambat berbicara." Dia percaya bahwa orang dapat menumbuhkan rasa ''ren'' mereka dengan menjalankan [[:en:Golden_Rule|Aturan Emas]] terbalik: "Jangan lakukan kepada orang lain apa yang tidak ingin Anda lakukan pada diri Anda sendiri"; "Seorang pria dengan ''Ren'', yang ingin membangun dirinya sendiri, membantu orang lain membangun diri mereka sendiri; berhasrat untuk menggantikan dirinya sendiri, membantu orang lain untuk berhasil" (''Analects'' 12.2; 6.28).<ref>{{Cite journal|last=Johnson|first=Daniel M.|date=2012-11|title=Social Morality and Social Misfits: Confucius, Hegel, and the Attack of Zhuangzi and Kierkegaard|url=http://dx.doi.org/10.1080/09552367.2012.729326|journal=Asian Philosophy|volume=22|issue=4|pages=365–374|doi=10.1080/09552367.2012.729326|issn=0955-2367}}</ref>
Baris 120:
Bab 20, "[[Yao Yue]]" (堯曰), khususnya ayat pertama, aneh dalam hal bahasa dan isi. Dalam hal bahasa, teks tersebut tampaknya kuno (atau tiruan yang disengaja dari bahasa kuno Zhou Barat) dan memiliki beberapa kesamaan dengan bahasa pidato di ''[[Shu Jing|Shujing]]'' (書經).<ref>{{Cite book|last=Schaller|first=Huntley|last2=van Norden|first2=Simon|date=2002|url=http://dx.doi.org/10.1007/978-3-642-51182-0_9|title=Fads or bubbles?|location=Heidelberg|publisher=Physica-Verlag HD|isbn=978-3-642-51184-4|pages=195–222}}</ref> Dari segi isinya, bagian itu tampaknya merupakan petuah Yao kepada Shun pada malam pengunduran diri [[:en:Yao_(ruler)|Yao]], yang tampaknya hanya terkait secara tangensial dengan Konfusius dan filsafatnya. Selain itu, tampaknya ada beberapa masalah dengan kontinuitas teks, dan para sarjana berspekulasi bahwa bagian-bagian teks hilang dalam proses transmisi dan mungkin ditransmisikan dengan kesalahan dalam urutan. Sifat terpisah-pisah dari bab terakhir dari teks Lu yang diterima telah dijelaskan oleh "teori akresi", di mana teks ''Analects'' secara bertahap ditambahkan selama periode 230 tahun, dimulai dengan kematian Konfusius dan berakhir tiba-tiba dengan penaklukan Lu pada tahun 249 SM.<ref>{{Cite journal|last=Casey|first=Edward S.|date=1984-10|title=Commemoration and Perdurance in the Analects. Books I and II|url=http://dx.doi.org/10.2307/1399174|journal=Philosophy East and West|volume=34|issue=4|pages=389|doi=10.2307/1399174|issn=0031-8221}}</ref>
 
Dalam incipits ini sejumlah besar bagian dalam Analects dimulai dengan ''ziyue'' (子曰) formula, "Guru berkata," tetapi tanpa tanda baca dalam bahasa Cina klasik, ini tidak mengkonfirmasi apakah yang mengikuti ''ziyue'' adalah kutipan langsung dari ucapan Konfusius yang sebenarnya, atau hanya untuk dipahami sebagai "Guru mengatakan itu.." dan parafrase Konfusius oleh penyusun Analects. <ref>{{Cite book|date=2012-09-10|url=http://dx.doi.org/10.4324/9781843145103-13|title=It has been said that Britain in the 1940s and 1950s was the only place in the world that a person’s social status could be noted within seconds by accent alone. Oral communication and vocabulary was status laden. Accent revealed education, economic position and class. Today, particularly in certain professions (including law), regional accents can often be a source of discrimination. Such discrimination is not spoken of to those whose speech habits are different; only to those whose speech habits are acceptable, creating an elite. Given the variety of oral communication, accent, tone and vocabulary, it is clear that it is not just the language that is important but how it is communicated and the attitude of the speaker. Does it include or exclude? Written expressions of language are used to judge the ultimate worth of academic work but also it is used to judge job applicants. Letters of complaint that are well presented are far more likely to be dealt with positively. The observation of protocols concerning appropriate letter writing can affect the decision to interview a job applicant. So, language is extremely powerful both in terms of its structure and vocabulary and in terms of the way it is used in both writing and speaking. Rightly or wrongly, it is used to label one as worthy or unworthy, educated or uneducated, rich or poor, rational or non-rational. Language can be used to invest aspects of character about which it cannot really speak. An aristocratic, well spoken, English accent with a rich vocabulary leads to the assumption that the speaker is well educated, of noble birth and character and is rich; a superficial rationale for nobleness, education and wealth that is quite often found to be baseless. 2.4 CASE STUDY: THE RELATIONSHIP BETWEEN LANGUAGE, LAW AND RELIGION Religion, politics and, of course, law find power in the written and spoken word. Many aspects of English law remain influenced by Christianity. The language of English law, steeped in the language of Christianity, speaks of the ‘immemorial’ aspects of English law (although the law artificially sets 1189 as the date for ‘immemoriality’!). In many ways the Christian story is built into the foundation of English law. Theories of law describe the word of the Sovereign as law; that what is spoken is authority and power, actively creating law based on analogy just as God spoke Christ into creation. Since the 16th century, when Henry VIII’s dispute with the Holy Roman Catholic Church caused England to move away from an acceptance of the religious and political authority of the Pope, English monarchs have been charged with the role of ‘Defender of the Faith’. As an acknowledgment of modern pluralist society, there have recently been suggestions that the Prince of Wales, if he becomes King, should perhaps consider being ‘Defender of Faith’, leaving it open which faith; although the role is tied at present to Anglicanism, that Christian denomination ‘established by law’. English law recognises the Sovereign as the fountain of justice, exercising mercy traceable back to powers given by the Christian God. Indeed, this aspect of the|publisher=Routledge-Cavendish|isbn=978-1-84314-510-3|pages=26–26}}</ref>
{| class="wikitable collapsible collapsed"
!Buku