Fortifikasi pangan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Kategori valid tersedia |
perbaikan panggilan -- templat salah: "Cat main" -> "Main" | t=309 su=24 in=26 at=24 -- only 31 edits left of totally 56 possible edits | edr=000-0001(!!!) ovr=010-1111 aft=000-0001 |
||
Baris 25:
== Alasan ==
WHO dan FAO, di antara banyak organisasi yang diakui secara nasional, telah menyadari bahwa ada lebih dari 2 miliar orang di seluruh dunia yang menderita berbagai kekurangan gizi mikro. Pada tahun 1992, 159 negara menandatangani perjanjian pada ''FAO/WHO International Conference on Nutrition'' untuk melakukan upaya membantu mengatasi masalah defisiensi mikronutrien ini, yang menyoroti pentingnya mengurangi jumlah penderita defisiensi iodium, vitamin A, dan zat besi.<ref name="WHO-FAO_Guidelines"/> Sebuah statistik penting yang mengarah pada usaha ini adalah penemuan bahwa sekitar 1 dari 3 orang di seluruh dunia berisiko mengalami defisiensi iodium, vitamin A, atau zat besi.<ref name=Danton /><!--{{cite journal
| author=Darnton-Hill, E
| title=Overview: Rationale and elements of a successful food-fortification programme
| journal=FOOD AND NUTRITION BULLETIN (United Nations University)
| volume=19
| issue=2
| year=1998
| pages=92–100
| url = http://archive.unu.edu/unupress/food/V192e/ch02.htm
| doi=10.1177/156482659801900202}}</ref>--> Meskipun diakui bahwa fortifikasi pangan saja tidak akan melawan kekurangan ini, namun merupakan langkah untuk mengurangi prevalensi defisiensi ini dan kondisi kesehatan terkaitnya.<ref name="Danton">{{cite journal|author=Darnton-Hill, E|year=1998|title=Overview: Rationale and elements of a successful food-fortification programme|url=http://archive.unu.edu/unupress/food/fnb19-2.pdf#page=4|journal=Food and Nutrition Bulletin|publisher=United Nations University|volume=19|issue=2|pages=92–100|doi=10.1177/156482659801900202|access-date=2017-06-09|archive-date=2022-10-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20221006152658/https://archive.unu.edu/unupress/food/fnb19-2.pdf#page=4|dead-url=no}}</ref>
Di Kanada, ''The Food and Drug Regulations'' telah menggariskan kriteria spesifik yang membenarkan fortifikasi pangan:
# Untuk mengganti nutrisi yang hilang selama pembuatan produk (misalnya pembuatan tepung<ref>{{cite web
|url=http://www.who.int/nutrition/publications/micronutrients/wheat_maize_fort.pdf
|format=PDF
|title=Recommendations on Wheat and Maize Flour Fortification Meeting Report: Interim Consensus Statement
|website=Who.int
|accessdate=2016-03-30
|archive-date=2017-08-05
|archive-url=https://web.archive.org/web/20170805204306/http://www.who.int/nutrition/publications/micronutrients/wheat_maize_fort.pdf
|dead-url=no
}}</ref>)
# Melakukan intervensi kesehatan masyarakat
Baris 55:
== Kritik ==
Beberapa organisasi seperti WHO, FAO, [[Health Canada]], dan [[Nestlé Research Center]] mengakui bahwa ada keterbatasan pada fortifikasi pangan. Dalam pembahasan kekurangan nutrisi topik toksisitas hara juga bisa segera dipertanyakan. Fortifikasi nutrisi dalam makanan dapat menghasilkan sejumlah nutrisi beracun kepada individu dan juga menyebabkan efek samping yang terkait. Seperti yang terlihat dengan kasus asupan [[fluorida]] yang berlebihan di bawah, hasilnya bisa menjadi pewarnaan tak dapat balik pada gigi. Meski ini mungkin efek toksik ringan terhadap kesehatan, ada beberapa hal lain yang lebih parah.<ref>{{cite web
|url=http://www.uoguelph.ca/foodsafetynetwork/food-fortification
|title=Food Science | Educating Food Leaders for over 100 years
|website=Uoguelph.ca
|date=
|accessdate=2016-03-30}}</ref>
WHO menyatakan bahwa pembatasan fortifikasi pangan dapat mencakup: isu hak asasi manusia yang menunjukkan bahwa konsumen berhak memilih apakah mereka menginginkan produk yang diperkaya atau tidak, potensi permintaan produk yang diperkaya, biaya produksi yang meningkat yang menyebabkan meningkatnya biaya retail, potensi bahwa produk yang difortifikasi masih belum menjadi solusi bagi kekurangan gizi di antara populasi berpenghasilan rendah yang mungkin tidak dapat membeli produk baru tersebut, dan anak-anak yang mungkin tidak dapat mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup.<ref name="WHO-FAO_Guidelines"/>
Kekhawatiran keamanan pangan menyebabkan undang-undang di Denmark pada tahun 2004 membatasi makanan yang difortifikasi dengan tambahan vitamin atau mineral. Produk yang dilarang meliputi: [[Rice Crispies]], [[Shreddies]], [[Horlicks]], [[Ovaltine]] dan [[Marmite]].<ref>{{Cite news
|url=http://www.telegraph.co.uk/foodanddrink/foodanddrinknews/8533896/Marmite-made-illegal-in-Denmark.html
|title=Marmite made illegal in Denmark
|work=The Telegraph
|author=Bruno Waterfield
|date=24 May 2011
|access-date=2017-06-09
|archive-date=2023-06-24
|archive-url=https://web.archive.org/web/20230624152146/https://www.telegraph.co.uk/foodanddrink/foodanddrinknews/8533896/Marmite-made-illegal-in-Denmark.html
|dead-url=no
}}</ref>
Baris 179:
=== Fluorida ===
{{
Meskipun [[fluorida]] tidak dianggap sebagai mineral esensial, tetapi dianggap berguna dalam mencegah kerusakan gigi dan menjaga kesehatan gigi<!--yang adekuat-->. Pada pertengahan 1900-an ditemukan bahwa kota-kota dengan tingkat [[fluorida]] tinggi dalam persediaan air mereka menyebabkan gigi penduduk memiliki bintik-bintik coklat dan resistensi aneh terhadap karies gigi. Hal ini menggiring fortifikasi persediaan air dengan [[fluorida]] dalam jumlah yang aman untuk mempertahankan sifat resisten terhadap karies gigi namun menghindari penodaan gigi akibat [[Fluorosis gigi|fluorosis]] (suatu kondisi yang disebabkan oleh asupan fluorida berlebihan).<ref>{{cite web|title=The Story of Fluoridation|url=http://www.nidcr.nih.gov/oralhealth/topics/fluoride/thestoryoffluoridation.htm|website=National Institute of Dental and Craniofacial Research|accessdate=30 March 2016|archive-date=2018-02-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20180207154312/https://www.nidcr.nih.gov/oralhealth/topics/fluoride/thestoryoffluoridation.htm|dead-url=no}}</ref>
|