A.P.T. Pranoto: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
PeragaSetia (bicara | kontrib)
Suntingan sementara (akan saya tambahkan besok)
PeragaSetia (bicara | kontrib)
Baris 31:
Pada masa [[Revolusi Nasional Indonesia|Revolusi Nasional]], Pranoto menjabat sebagai kepala kepolisian Kesultanan Kutai. Namun, akibat simpatinya terhadap kemerdekaan [[Indonesia]], Pranoto tidak pernah menindak tegas para pejuang dan dengan sengaja menutup mata terhadap aksi-aksi mereka. Bahkan, saat utusan Barisan Sadewa mendatanginya pada tahun 1946, Pranoto menegaskan sendiri bahwa kesultanan bersedia untuk mendukung mereka.<ref name=":1" />{{sfn|Magenda|2010|p=149}}
 
Meski demikian, Pranoto tidak menentang [[Belanda]] secara terang-terangan. Bahkan, Pranoto masih menjalin hubungan yang baik dengan mereka. Pada tanggal 27 Agustus 1947, Pranoto diangkat menjadi kesatria [[Orde Oranye-Nassau]].<ref>{{Cite news|date=1947-08-30|title=Koninklijke Onderscheidingen|url=https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=%22Toemenggoeng+Pranoto%22&coll=ddd&sortfield=date&identifier=ddd:010897535:mpeg21:a0030&resultsidentifier=ddd:010897535:mpeg21:a0030&rowid=1|work=Het Dagblad|access-date=21 Februari 2024}}</ref> Pranoto pun hadir dalam acara peresmian [[Ereveld Balikpapan]] pada tanggal 30 November 1948.<ref>{{Cite news|date=1948-12-01|title=Ereveld Balikpapan|url=https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=%22Toemenggoeng+Pranoto%22&coll=ddd&sortfield=date&identifier=MMNIOD04:000095925:mpeg21:a0064&resultsidentifier=MMNIOD04:000095925:mpeg21:a0064&rowid=7|work=Nieuwe Courant|access-date=21 Februari 2024}}</ref> Pada tahun 1949, Pranoto menjadi anggota delegasi dari Kalimantan Timur, bersama dengan [[Adji Pangeran Afloes|Aji Raden Afloes]], Aji Pangeran Sosronegoro, dan [[Adji Raden Djokoprawiro|Aji Raden Djokoprawiro]], yang pergi ke [[Batavia]] untuk membahas mengenai [[Negara Kalimantan Timur]] dengan [[Majelis Permusyawaratan Federal|BFO]].<ref>{{Cite news|date=1949-06-20|title=Korte Berichten|url=https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=%22A.P.T.+Pranoto%22+&coll=ddd&sortfield=date&identifier=ddd:010863518:mpeg21:a0021&resultsidentifier=ddd:010863518:mpeg21:a0021&rowid=1|work=De Locomotief|access-date=21 Februari 2024}}</ref>
 
Selain itu, Pranoto juga melanjutkan studinya di Fakultas Indologi [[Universitas Leiden]] pada bulan Oktober 1947 selama setahun. Pranoto berangkat dari [[Kota Makassar|Makassar]] ke Belanda dan tinggal di Huize Koetei di [[Wassenaar]], sebuah rumah yang dibeli oleh pemerintah [[Belanda]] dengan bantuan kesultanan untuk dijadikan sebagai tempat tinggal keluarga kesultanan dan pelajar dari [[Kalimantan Timur]] di Belanda.<ref>{{Cite news|date=1947-10-23|title=Indonesische princen op college|url=https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=%22Toemenggoeng+Pranoto%22&coll=ddd&sortfield=date&identifier=ddd:010895950:mpeg21:a0053&resultsidentifier=ddd:010895950:mpeg21:a0053&rowid=5|work=Het Dagblad|access-date=21 Februari 2024}}</ref> Setelah menyelesaikan studinya, Pranoto kembali ke Kalimantan dan tiba di [[Kota Balikpapan|Balikpapan]] pada tanggal 10 Agustus 1948.<ref>{{Cite news|date=1948-08-10|title=Landsgrote van Koetei teruggekeerd|url=https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=%22Toemenggoeng+Pranoto%22&coll=ddd&sortfield=date&identifier=ddd:010898193:mpeg21:a0037&resultsidentifier=ddd:010898193:mpeg21:a0037&rowid=6|work=Het Dagblad|access-date=21 Februari 2024}}</ref>