Bahasa di Kabupaten Bogor: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Super Hylos (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Super Hylos (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 3:
 
==Sejarah==
Sejak masa berkuasanya [[Kerajaan Sunda]] yang berpusat di [[Pakwan Pajajaran]] ([[Kota Bogor]] saat ini), bahasa Sunda telah digunakan oleh penduduk Kerajaan Sunda saat itu dalam bentuk yang disebut [[bahasa Sunda Kuno]].<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=1lMLAQAAMAAJ&q=gambaran+kosmologi+sunda&dq=gambaran+kosmologi+sunda&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjUgZj5g4vqAhV473MBHa0gBp8Q6AEIKzAA|title=Gambaran kosmologi Sunda, kropak 420: silsilah Prabu Siliwangi, Mantera Aji Cakra, mantera Darmapamulih, ajaran Islam, kropak 421, jatiraga, kropak 422|last=Darsa|first=Undang A.|year=2006|publisher=Kiblat Buku Utama|isbn=978-979-3631-77-6|language=id|ref=harv|oclc=150237230}}</ref> Dari bahasa Sunda Kuno tersebut kemudian berkembang menjadi [[bahasa Sunda Klasik]] yang digunakan pada abad ke-17 hingga abad ke-19, tepatnya masa pemerintahan kolonial [[Hindia Belanda]]. Atas dasar bukti ini, bisa disimpulkan bahwa penduduk asli Bogor merupakan [[orang Sunda]] yang telah turun-temurun mendiami wilayah Kabupaten Bogor saat ini, bahkan tersebar hampir di seluruh pulau [[Jawa]] bagian barat.
 
Perjanjian antara [[Surawisesa]] (raja Sunda) dengan [[Portugis]] pada tahun 1512 yang mengizinkan Portugis untuk membangun suatu komunitas di [[Sunda Kalapa]] mengakibatkan perkawinan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis yang menurunkan darah campuran Portugis. Setelah kedatangan perusahaan kongsi dagang [[VOC]] yang menggantikan Portugis, kemudian Batavia sebagai pusat kegiatan niaganya, VOC yang memerlukan banyak tenaga kerja untuk membuka lahan pertanian dan membangun roda perekonomian kota itu. Selain itu, VOC juga banyak mendatangkan budak-budak dari luar pulau Jawa. Para keturunan campuran tersebut kemudian berasimilasi dan berkembang menjadi sebuah etnis yang disebut [[Suku Betawi|Betawi]].<ref>{{Cite web |url=http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/326 |title=Ensiklopedi Jakarta: Cornelis Chastelein |access-date=2011-09-03 |archive-date=2011-07-17 |archive-url=https://web.archive.org/web/20110717052850/http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/326 |dead-url=yes }}</ref>