Kerajaan Sunda: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: menambah plot atau sinopsis dalam jumlah besar pranala ke halaman disambiguasi |
|||
Baris 168:
Masa pemerintahan Raja Jayadewata disebut-sebut sebagai masa keemasan masyarakat Sunda. Kerajaan ini mengonsolidasikan kekuasaannya dan menjalankan kekuasaannya di seluruh bagian barat Jawa. Masa ini juga menandai era kemakmuran yang luar biasa yang dihasilkan dari pengelolaan pertanian yang efisien dan perdagangan lada yang berkembang pesat di wilayah tersebut. Era kemakmuran besar ini juga menandai awal kemunduran kerajaan Sunda.
===Kemunduran===
Pada masa pemerintahan Jayadewata, sudah ada sekelompok penduduk Sunda yang memeluk [[Islam]], seperti yang disaksikan oleh catatan Portugis. Tomé Pires pada tahun 1513 melaporkan, ada sejumlah besar [[Muslim]] yang tinggal di pelabuhan Cimanuk (sekarang [[Indramayu]]), pelabuhan paling timur Kerajaan Sunda. Menurut laporan Portugis, pelabuhan [[Cirebon]] yang terletak di sebelah timur Cimanuk sudah menjadi pelabuhan Muslim pada saat itu, yang diperintah oleh orang Jawa.
Para mualaf baru ini kemungkinan besar adalah orang-orang yang disebut di Carita Parahyangan sebagai "mereka yang tidak merasakan kedamaian karena telah tersesat dari ''[[Sanghyang Siksa Kandang Karesian]]''. Walaupun demikian, pada masa itu, pengaruh Islam belum merambah hingga ke pedalaman ibu kota. Seperti yang disebutkan dalam Carita Parahyangan bahwa ''mana mo kadatangan ku musuh ganal, musu(h)alit'', yang berarti ibu kota "aman dari musuh kasar/besar, (juga) musuh halus/kecil". Istilah "musuh kasar" mengacu pada tentara asing yang menyerang, sedangkan "musuh halus" mengacu pada penyebaran kepercayaan baru atau agama baru yang dapat mengganggu tatanan spiritual kerajaan yang sudah mapan.<ref name="SNI-II:Zaman Kuno"/>{{rp|394}}
Kerajaan Sunda menyaksikan pengaruh yang semakin besar dari [[Kesultanan Demak]] Islam yang ekspansif yang akhirnya berhasil menghancurkan [[Kediri]], sisa-sisa istana Hindu [[Majapahit]] pada tahun 1527. Akibat peristiwa ini, hanya [[Blambangan]] di ujung timur Jawa, dan Sunda di bagian barat yang masih menjadi kerajaan Hindu di Jawa. Sementara itu, di tanah Sunda, pengaruh Islam mulai masuk ke dalam kerajaan.
== Wilayah kekuasaan ==
|